Engkau yang berusaha menarik larik-larik pelangi
Lalu membasuhnya ditujuh samudera yang terarungi
Untuk diberi sebagai selendang bertabur wangi
Kepada satu hati sarat duka belum utuh tersiangi
Dan dari tiap panjang warna itu kau selipkan harap
Bukan pada lembar-lembar hitam lagi diri menatap
Merah mewakili derap langkah dengan penuh sigap
Jingga perlahan mengulur kesabaran tanpa meratap
Kuning itu serupa gambaran mentari nan hangat
Hijau melambaikan damai agar beranjak sang penat
Biru seindah luas lautan yang bangkitkan semangat
Nila ialah wujud dari ketenangan diri kian tersemat
Ungu menjadi angin bagi sisa-sisa serpih keraguan
Diterbangkan teramat jauh dari sketsa hari depan
Mengingat kembali makna serangkaian senyuman
Berhias ketulusan dalam bingkai bernama persahabatan
Selasa, 29 November 2011
Senin, 28 November 2011
Kembali Pada Dimensi Lengang
Dimensiku kini masih sangat lengang
Terpisah begitu jauh dari riuh lalu lalang
Jalan setapak pun ditumbuhi jalar ilalang
Beribu jumlah berimbang tinggi menghadang
Tapi, tetap dapat ku nikmati sepi kala petang
Waktu hanyalah putaran yang akan berulang
Tak menampakkan wujud atas beda berpeluang
Sekali lagi tetap saja nikmati sunyi nan tenang
Kesendirian ini tak pernah memintamu tuk datang
Begitupun kelam, tak memaksa pendar benderang
Berkali ku bangun dinding semakin menjulang
Agar urung segenap langkahmu tuk bertandang
Tetapi niat hatimu itu justru kian tak terhadang
Menatah sendiri celah hingga tak lagi berkalang
Memaksa masuk diantara hidupku yang berang
Disini, hanya akan kau lihat airmata berlinang
Sebab tiada setetespun bahagia sanggup kutuang
Cinta, bukan kata yang bisa kusebut dengan lantang
Berbisikpun, menyayatkan perih bukan kepalang
Engkau dan jiwamu tak semestinya membuka ruang
Tak seharusnya memilih bersamaku yang kan terbuang
Terasing dari damai dengan kemelut tak berkurang
Kelabu menjadi kelambu yang tak kunjung menhilang
Lalu, bagaimana kan kau buat nada cinta berdendang
Sedang setiap dawainya telah putus oleh tebas pedang
Kasih untukmu bukan rajutan kepalsuan nan terbentang
Bukan pula kepura-puraan yang kubiarkan terpampang
Tiap lembar dari rasa ini ialah ketulusan tak terpantang
Hanya ketakutanku saat ini telah mutlak jadi pemenang
Merisaukan jika kelak aku tak mampu membawa terang
Gundahku bila nanti kutiup api hingga berubah jadi arang
Setiap jengkal duniamu seiring kebersamaan yang disandang
Maka lepaskan tangan ini agar dapat segera melangkah pulang
Kembali pada kesunyian yang tak pantas tuk kau pandang
Sungguh-sungguh tak pantas bahkan untuk sekedar dikenang
Terpisah begitu jauh dari riuh lalu lalang
Jalan setapak pun ditumbuhi jalar ilalang
Beribu jumlah berimbang tinggi menghadang
Tapi, tetap dapat ku nikmati sepi kala petang
Waktu hanyalah putaran yang akan berulang
Tak menampakkan wujud atas beda berpeluang
Sekali lagi tetap saja nikmati sunyi nan tenang
Kesendirian ini tak pernah memintamu tuk datang
Begitupun kelam, tak memaksa pendar benderang
Berkali ku bangun dinding semakin menjulang
Agar urung segenap langkahmu tuk bertandang
Tetapi niat hatimu itu justru kian tak terhadang
Menatah sendiri celah hingga tak lagi berkalang
Memaksa masuk diantara hidupku yang berang
Disini, hanya akan kau lihat airmata berlinang
Sebab tiada setetespun bahagia sanggup kutuang
Cinta, bukan kata yang bisa kusebut dengan lantang
Berbisikpun, menyayatkan perih bukan kepalang
Engkau dan jiwamu tak semestinya membuka ruang
Tak seharusnya memilih bersamaku yang kan terbuang
Terasing dari damai dengan kemelut tak berkurang
Kelabu menjadi kelambu yang tak kunjung menhilang
Lalu, bagaimana kan kau buat nada cinta berdendang
Sedang setiap dawainya telah putus oleh tebas pedang
Kasih untukmu bukan rajutan kepalsuan nan terbentang
Bukan pula kepura-puraan yang kubiarkan terpampang
Tiap lembar dari rasa ini ialah ketulusan tak terpantang
Hanya ketakutanku saat ini telah mutlak jadi pemenang
Merisaukan jika kelak aku tak mampu membawa terang
Gundahku bila nanti kutiup api hingga berubah jadi arang
Setiap jengkal duniamu seiring kebersamaan yang disandang
Maka lepaskan tangan ini agar dapat segera melangkah pulang
Kembali pada kesunyian yang tak pantas tuk kau pandang
Sungguh-sungguh tak pantas bahkan untuk sekedar dikenang
Malam Minggu
Malam Minggu
malam minggu
malam dimana lamunan tak kunjung jadi kenyataan
merasa baik baik saja
diam di rumah
di balik cuaca gerah
karena manusia sedang menjadi dingin
atau main bersama sang penyejuk kalbu
ke tempat yang tak kunjung sepi hingga kini
bertemaram api kecil yang menyulut senyum
yang hangat tapi tak kunjung padam
atau tertawa hingga menganga
hingga tak kuat untuk bisa diam dan serius
karena ini malam minggu
Ketika Berpapasan
tak mampu untuk berbicara
walau lidah fasih berucap bahasa
namun jantung sesaat berhenti
tanpa jeda untuk berkedip
seperti ada yang ingin menyeruak keluar
tertahan tanpa sadar
salah ucap menjadi lihai
seakan dunia tak lagi mau berputar
Aku Mau Tidur
adalah dunia yang kian kabur
entah dimana ada kehidupan
menyingkat malam
agar puas
merebah bantal
agar pulas
Minggu, 27 November 2011
Menyakitimu, Pedih Pula Dikalbuku
Berkali sudah ku ayun pucuk belati
Menyambung garis luka di muka hati
Kesengajaan tuk biarkan pijarmu mati
Namun, masih kau coba tuk mengerti
Telah lama diri ini membutakan mata
Seolah tak melihat puing coba kau tata
Sadari jiwamu itu hampir hanyut oleh derita
Tetap hujan kubawa beriring kerasnya kata
Luka yang ku lukis meresap begitu rupa
Tetap erat tanganmu, entah mengapa
Tak sedikitpun melepasku dari tiap sapa
Jawabmu "karena cinta tiada pernah terlupa"
Bersama tebaran rasa sakit yang kuberi
Terasa pula dikalbuku pedihnya tak terperi
Tak sekalipun ku tersenyum penuh seri
Ketika menuntun langkahmu diatas duri
Wahai jiwa yang kini tengah berkalang perih
Jangan lagi menyeru namaku sebagai kekasih
Sungguh tak pantas disisimu untuk terpilih
Tinggalkanlah kelam hidupku serta beralih
Menyambung garis luka di muka hati
Kesengajaan tuk biarkan pijarmu mati
Namun, masih kau coba tuk mengerti
Telah lama diri ini membutakan mata
Seolah tak melihat puing coba kau tata
Sadari jiwamu itu hampir hanyut oleh derita
Tetap hujan kubawa beriring kerasnya kata
Luka yang ku lukis meresap begitu rupa
Tetap erat tanganmu, entah mengapa
Tak sedikitpun melepasku dari tiap sapa
Jawabmu "karena cinta tiada pernah terlupa"
Bersama tebaran rasa sakit yang kuberi
Terasa pula dikalbuku pedihnya tak terperi
Tak sekalipun ku tersenyum penuh seri
Ketika menuntun langkahmu diatas duri
Wahai jiwa yang kini tengah berkalang perih
Jangan lagi menyeru namaku sebagai kekasih
Sungguh tak pantas disisimu untuk terpilih
Tinggalkanlah kelam hidupku serta beralih
Wujud Cinta Dalam Kembara
Mencari perwujudan aurora
Mengikuti arah angin utara
Disisi langit sana warna tertera
Membias disela-sela udara
Terlalu panjang hati mengembara
Turuti ragu yang masih membara
Sedang jiwa lelah sebatang kara
Mendamba tempat berbagi lara
Sendiri bukan ada diantara
Menapaki luas jejak belantara
Saat gelap dijadikan perkara
Tiada setitikpun nyala lentera
Diam dari langkah sementara
Hingga surya sedikit kentara
Meski cahaya tak bersuara
Hangatnya cukuplah mendera
Tapi letih belumlah memberi jera
Berjalan lagi memancarkan aura
Menyusuri tilas derap rasa gembira
Menjinjing duka tanpa pura-pura
Temui sungai dengan pendek muara
Namun masih layu kalbu sang dara
Bukan dengan air kesejukan bicara
Sebab bukanlah haus yang tiada tara
Rapuh perlahan tak pernah terkira
Bukan karena mengenyam sengsara
Tetapi tak pernah ada dalam aksara
Buku hidup tak tertulis manis asmara
Pedih kian kokoh sebagai penjara
Lari dan mencari ialah pilihan cara
Tiada peduli seluruh raga kan cedera
Sesekali berteduh dibawah cemara
Jawaban akhirnya tampak oleh netra
Harapan mestinya berawal dari bahtera
Sebab wujud cinta adalah serupa mutiara
Hanya kan tersimpan didasar samudera
Mengikuti arah angin utara
Disisi langit sana warna tertera
Membias disela-sela udara
Terlalu panjang hati mengembara
Turuti ragu yang masih membara
Sedang jiwa lelah sebatang kara
Mendamba tempat berbagi lara
Sendiri bukan ada diantara
Menapaki luas jejak belantara
Saat gelap dijadikan perkara
Tiada setitikpun nyala lentera
Diam dari langkah sementara
Hingga surya sedikit kentara
Meski cahaya tak bersuara
Hangatnya cukuplah mendera
Tapi letih belumlah memberi jera
Berjalan lagi memancarkan aura
Menyusuri tilas derap rasa gembira
Menjinjing duka tanpa pura-pura
Temui sungai dengan pendek muara
Namun masih layu kalbu sang dara
Bukan dengan air kesejukan bicara
Sebab bukanlah haus yang tiada tara
Rapuh perlahan tak pernah terkira
Bukan karena mengenyam sengsara
Tetapi tak pernah ada dalam aksara
Buku hidup tak tertulis manis asmara
Pedih kian kokoh sebagai penjara
Lari dan mencari ialah pilihan cara
Tiada peduli seluruh raga kan cedera
Sesekali berteduh dibawah cemara
Jawaban akhirnya tampak oleh netra
Harapan mestinya berawal dari bahtera
Sebab wujud cinta adalah serupa mutiara
Hanya kan tersimpan didasar samudera
Sabtu, 26 November 2011
Penguasa Semesta
sesungguhnya engkau berkuasa
atas apa takdir kau perhitungkan
hingga amal dan dosa kami engkau timbang
walau itu hanya sebentuk recehpun tak kau sisakan
begitu hebat namamu
hingga begitu takjub dengan neracamu
entah bagaimana engkau balas sesosok yg bersalah
namun selalu adil di mata umum
dan ketika terbalas di bumi ini
diberikanlah seuntai berlian olehmu
ketika susahpun
kau beri ksempatan
dan ketika bahagia
kau beri duka
yah, agar semua tersadar
alam ini masihlah atas kuasamu
hanya dengan kata "BERHATILAH"
maka kau sadarkan kami
yang lepas dari jalan
hingga yang hilang dan sesat
Trimakasih
semestamu begitu berharga
namun sering tak semapat terharga oleh makhluk2mu
hingga kami yg terpilih hanya berdiam
KATA HATI
Jika aku sentuhkan kata hati
aku ingin engkau menerimanya
sebgaimana engkau selalu mengejar terik pagi di waktu subuh
aku ingin kau berada bersama di setiap kelam kita
bukan rindu yg kuinginkan
bukan indahnya yg kan kubutuhkan
namun setiap kehadiranmu yang membentang surgaku
diantara setiap waktu aku ada
kata hati
hanya jawab katamu
namun aku kan setia
sebagaiman engkau hadir dalam hidupku
jika pagi terbenam
inginkan engkau bersanding bsamaku
dan ketika purnama datang
engkaulah yang di sisiku selamanya..
Sajak-Sajak Hati (Oleh: Ain Saga)
DETAK
Jam dinding berdetak
menandai irama pagi kembali meretas
menaburi semesta dengan sejuta warna
kuncup bertunas mekar
dan kelopak luruh mengganti musim lalu
tak berhabisan
justru awal tragedi
atau surga mimpi
tergantung dirimu
dan sepak terjangmu
di bumi
Jakarta, 211111
==============================
Ilusi-Ilusi Hati
Takkan pernah ada suaraku lagi
bila pagiku mati
dan kelopak mawar luruh ke bumi
daun daunpun mengisak pilu
meneteskan embun sendu
udara di sekelilingku
pekat menusuk kalbu
jelagakan langit penuh fatamorgana
usai ku sujudkan kening ini
airmataku bagaikan cahaya mentari
berhamburan melumuri hati
dan takkan bisa menepi lagi
hingga senja menyaput langit
dan cakrawala menggamit sunset
ku benamkan larik kenangan jingga
di musim yang silih berganti
di bahu malam nan kelam
ingin kusudahi
segala yang dulu kuhayati
ingin kuludahi
hiruk pikuk pikiran penuh tendensi
aku yang menepi
dari jalan dan lautan
aku yang mencoba berdiri
setelah semua tiada berarti lagi
seakan kumengerti
makna semua nafas kejadian
kuinsyafi
memahami
sepenuh arti
dan kukaramkan ilusi ilusi hati
yang mengebiri ketulusanku
mencintai hari.
Dan sepi.
Jakarta, 211111
=========================
Menyibak Tirai Pagi
Dari balik jendela
kubisikkan satu kata
tentang keindahan alam semesta
kecantikan alami sang juita
senyum elok bidadari syurga
bercengkrama dengan rinai embun yang membasahi daun
seakan ingin mengungkap untaian rasa
tentang pagi yang merebak indah
serasa menanam cinta
di setiap kelopak mata mengerjap
bianglala
meraih sejuta makna
dari lubuk hati penyayang
berpadu setia
buatku tersenyum mesra
merakit rangkai asa
di tirai pagi yang mulai merona
mengecup mekar bunga
meluruhkan genang lara
di tiap jiwa meronta
memeluk raga
dengan nafas keheningan
dan udara tanah basah habis hujan.
Mataku tertahan di semburatnya
yang begitu magis.membirukan alam bumi hatiku.
Menawan rindu
Jakarta, 221111
================================
Hujan di Senja Hitam
Sayup sayup
kepak elangpun menghilang
dedaunan tersungkur diam
alam gelap mengawang
tersentuh hujan penuh gelombang
lamat lamat
tajam kudengar guntur berkumandang
menandai jatuhnya percik hujan
yang bekukan semesta
derak ranting patah gemeretak
menangis sendiri dalam dingin
sedang senja mulai mengukir kelam
pertanda malam kan segera datang
mengubur semua cahaya
jadi gulita tanpa warna.
Hujan senja menghitam
pucatkan rasa di jiwa
jadi bongkahan nanar tanpa suara.
Selain rajukan tangis yang menghiba.
Mendera..
Di butiran tanya:
Kapan hujanku reda?
Jakarta,senja hitam
231111
=====================================
Keindahan Hati
Derap pagi mengikis sepi
berkelana mencari serpihan mimpi
yang terserak di langit hati
membumi bersama angin melintas hari
kususuri berkali bahkan berulangkali
keindahan dalam lukisan alam
syurgawi
betapa manis senyum yang kerap terpatri
seakan hidup akan ratusan kali
aduhai insan penghuni jagat bestari
mengapa tangis menghujam ke bumi
sedangkan Allah telah begitu banyak memberi
mengharap kau putih dan seharum melati..
Sadarilah..
Nikmat illahi adalah hakiki
syukuri dan sabari
dengan bekal ketabahan di diri
naif hati bukan tiada arti.
Jadi berarti adalah dambaan setiap insan membumi.
Jakarta, 241111
========================
Bekunya pagi ranumku
Dingin yang merasuk tulang
seperti membisikkan satu titis kepedihan
yang terbalut pucat kerlingan luka
saat kau ungkap aku tak setia
bekunya waktu terasa menjelma pilu
jadi selimut rindu yang merebak
ke dalam denyut jantungku
ia meneriaki rasaku
meneriaki rinduku
namun hampa terasa warnai kacaku
bumiku merana seakan pahami luka
kasih..
Dengan cara selembut apakah
kuingin kau percaya
bahwa ku mencintaimu
karena Dia semata.
Bukan nama
warna
dan kharisma
Jakarta, 251111
Sekelumit Sajak Tentang Kehidupan (Oleh: Insan Al Amin)
Di Antara Bait
kesendirian
alangkah senangnya kalau ada belahan
di jiwa, di hati, di pikiran
yang tanggap
ketika jatuh, ketika terbenam di keputusasaan
sayup sayup terlihat emas
tapi hanyut tak terlihat lagi
seolah nasib akan bergulung terus seperti ini
di antara bait dan pena
ada keluh dari cipratan cipratan kuali hati
karena kata lisan terlalu lirih untuk di budayakan
bergema di dalam nafas penciptaan
==============================================
Buih Kerinduan
hujan
seperti hari hari sebelumnya
dan berpuluh sajak tentang cipratannya
dan hari yang dingin
yang ingin dibuai pesona kehangatan
waktu seperti berhenti
tiap kali perasaan kosong menggelayut
memaksa diri diam termenung
bersama tiap rintiknya
yang turun dengan lebatnya
menghentikan jalan kelogisan pikiran
membesut buih kerinduan akan mimpi dan harapan
======================================
Warna Warni di Balik Food Court
senangnya setiap hari
setiap kali ku melihat dirimu menyapu dengan begitu giat
padahal umurmu sudah tidak lagi muda
namun karena itu kamu bijaksana
senangnya setiap hari
ketika melihatnya asik mengusung pena untuk tiap pembukuan
tak peduli hari senja atau terlalu malam
dengan sunggingan senyum dan make up yang tipis tipis datar
lampu lampu yang tertata baik
yang membuat mereka merasa nyaman untuk terus berada di sana
tak peduli seberapa besar dunia luar menyimpan beritanya
senangnya setiap hari
ditemani lap pel berpegangan
menguasai setiap jengkal halaman kamar mandi
membasuh kaca dengan penuh semangat
setiap jiwa ingin bermesra dengan pantulan dari dirinya
dan hasrat dunia
===========================
Sedikit Lebih Imut
oh,, kenapa tiba tiba mereka jadi pada tinggi
seakan meminum cairan penambah tinggi
dalam sekejap bulan
menimbulkan gemericik suara kayu
di dalam tiap perjalanan
lucu juga melihatnya
seperti melihat egrang versi sangat mini
yang membuatnya menjadi mungkin sedikit lebih imut
==================================
Mechanical Men
2006
kita semua masih leutik
seperti ulat yang mau jadi kepompong
2011
pengalaman, tempaan, kisah, kesedihan
kebangkitan, permohonan, keputusan dan kebulatan tekad
mengantarkan kita ke berbagai manuver hidup
ibarat f17 yang melintasi selat menumbuk awan awan
kebringsatan, petualangan==============================Online di Pagi Hari
pagi ini adalah momok yang menakutkan
sebegitu menakutkannya untuk belajar di rumah hatiku terkikis ketika aku diam
hanya dunia semu yang mampu mengobati kegelisahanku
tanpa ingat apa apa tentang laju waktu
walau ini perlahan membutakan keramahanku
hanya tuts tuts keyboard,
dan lembaran bernilai yang jumlahnya kian menipis
ditipu penghambaan kemunafikan
================================
Terbius Matahari
cahaya
harapan mengenai pandangan mataku
di sini di tempat ini
bersama sekelumit masalah ringkih yang kian pejam
dorongan yang begitu besar
untuk segera keluar
dari pintu pintu tak berkesudahan
menjumpai keberadaan
melihat awan, dan gerbang yang kian terbuka
yang gemboknya telah terbius matahari
---------------------------------------------
Hilang Galauanku
oh kamar mandi
engkau begitu suci walau sebenarnya tidak
walau terkadang menularkan wangi yang tak begitu menyenangkan
tetapi pagi ini
detik ini
aku melihatmu dari sini
diam menunggu
untuk segera aku mandi
menyiram air nan segar se sekujur tubuhku
hingga semua penat di kepala hilang
melenyap bersama bunyi gejebar dan gejebur
jantungku seolah bergelora kembali
seolah jum'at begitu indah untuk di lukiskan
=============================
Heroik
sosok rendah hati yang selalu
mengawal jalannya kuda kuda perang
bersama sekeping darah dari buruan
yang terpanggang di dalam zirah dan pedang
hati yang curang
berhenti berpukau
============================
Manusia Air
manusia air
hilang dari balik bukit
perlahan lahan muncul dari kedua mata kita
menjelma menjadi nurani yang retak di buai uap
diam menunggu sesosok pejalan kaki yang melewat
membisikkan kata yang teramat jarang untuk diperdengarkan
tentang kota yang dibuat dari air
yang tak pernah sepi dari badai api
api cinta yang timbul dari kejadian kejadian cinta
yang menusuk jantungnya agar segera berkata
melalui jalur telinga
ketika pagi telah tiada
==========================================
Paduan Penggugah Iman
janur kuning yang tergantung
di tiang bambu yang terukir
ketika hari mulai siang
menggema di tempat terkesan
setelah sebelumnya ucap serah terima
yang membuat keringat mengucur tanpa sengaja
perlahan melewati telinga
memberi warna
jauh sebelum itu adalah sebuah puzzle
dari hati yang kian bertanya dan bertanya
di sebuah tempat
lebih dalam dari mata air kata
muara dari dua dunia
membeku memberi arah
melaluinya dengan paduan hati
yang kini tiada sendiri
Mechanical Men
2006
kita semua masih leutik
seperti ulat yang mau jadi kepompong
2011
pengalaman, tempaan, kisah, kesedihan
kebangkitan, permohonan, keputusan dan kebulatan tekad
mengantarkan kita ke berbagai manuver hidup
ibarat f17 yang melintasi selat menumbuk awan awan
kebringsatan, petualangan
Online di Pagi Hari
pagi ini adalah momok yang menakutkan
sebegitu menakutkannya untuk belajar di rumah hatiku terkikis ketika aku diam
hanya dunia semu yang mampu mengobati kegelisahanku
tanpa ingat apa apa tentang laju waktu
walau ini perlahan membutakan keramahanku
hanya tuts tuts keyboard,
dan lembaran bernilai yang jumlahnya kian menipis
ditipu penghambaan kemunafikan
================================
Terbius Matahari
cahaya
harapan mengenai pandangan mataku
di sini di tempat ini
bersama sekelumit masalah ringkih yang kian pejam
dorongan yang begitu besar
untuk segera keluar
dari pintu pintu tak berkesudahan
menjumpai keberadaan
melihat awan, dan gerbang yang kian terbuka
yang gemboknya telah terbius matahari
---------------------------------------------
Hilang Galauanku
oh kamar mandi
engkau begitu suci walau sebenarnya tidak
walau terkadang menularkan wangi yang tak begitu menyenangkan
tetapi pagi ini
detik ini
aku melihatmu dari sini
diam menunggu
untuk segera aku mandi
menyiram air nan segar se sekujur tubuhku
hingga semua penat di kepala hilang
melenyap bersama bunyi gejebar dan gejebur
jantungku seolah bergelora kembali
seolah jum'at begitu indah untuk di lukiskan
=============================
Heroik
sosok rendah hati yang selalu
mengawal jalannya kuda kuda perang
bersama sekeping darah dari buruan
yang terpanggang di dalam zirah dan pedang
hati yang curang
berhenti berpukau
============================
Manusia Air
manusia air
hilang dari balik bukit
perlahan lahan muncul dari kedua mata kita
menjelma menjadi nurani yang retak di buai uap
diam menunggu sesosok pejalan kaki yang melewat
membisikkan kata yang teramat jarang untuk diperdengarkan
tentang kota yang dibuat dari air
yang tak pernah sepi dari badai api
api cinta yang timbul dari kejadian kejadian cinta
yang menusuk jantungnya agar segera berkata
melalui jalur telinga
ketika pagi telah tiada
==========================================
Paduan Penggugah Iman
janur kuning yang tergantung
di tiang bambu yang terukir
ketika hari mulai siang
menggema di tempat terkesan
setelah sebelumnya ucap serah terima
yang membuat keringat mengucur tanpa sengaja
perlahan melewati telinga
memberi warna
jauh sebelum itu adalah sebuah puzzle
dari hati yang kian bertanya dan bertanya
di sebuah tempat
lebih dalam dari mata air kata
muara dari dua dunia
membeku memberi arah
melaluinya dengan paduan hati
yang kini tiada sendiri
Sukma Sejati Seorang Teman Terulung (Pure Heart Of A Best Friend)
Nukilan Rasa Anita Gitasari Pujiatmoko (Pure Heart Of A Best Friend)
Diterjemahkan Secara Bebas Oleh Muhammad Shahid Boy Ahmad
Masihnya Ada Legar Waktu Terluang Buat Aku,
Selagikan Terus Terhulur Tangan Untuk Ku Darimu,
Seakan Terpinjam Sebentuk Kasih Abadi Yang Kau Seru,
Dari Sukma Sejati Seorang Teman Terulung Terus Tertuju.
Bila Mana Tergigit Zalimnya Hidup Terlayan Ku Deru,
Lantas Tiap Sisi Jiwa Ini Kan Begitu Rapuh Tersendu,
Dikaulah Pertamanya Menjinjing Mutiara Kata Bermutu,
Lantas Capek Segala Kesakitan Terbawa Berlalu.
Di Matamu, Terbentang Sekujur Malaikat Keikhlasan,
Sangat Membantu Mengubah Mimpi Ini Menjadi Kenyataan,
Bila Saja Ku Lelah, Kau Membawa Ku Pada Kemeriahan,
Sejenak Bersama Senyum Termanismu Kan Ku Utamakan.
Tak Ku Temu Sekelumit Pun Khilafnya Dunia Ini,
Sejak Dari Awalnya Ku Punya Kau Berjalan Disisi,
Darinya Senandung Semangat Kau Gubah Sebuah Melodi,
Ku Belajar Seribu Jalan Menumbuh Gagah Dalam Diri.
Damai Yang Berakar Dalam Aku, Ia Benar Sekali,
Kerna Kau Memimpin Ku Hingga Kelabu Itu Menembusi,
Hanya Denganmu, Kurasa Kita Pasangan Hebat Sejoli,
Walau Sesukar Mana Hari-Hari Yang Kita Lalui.
Takkan Ku Mengerti Bagaimana Untuk Menyatakan Syukur Akan Persahabatan Ini,
Ku Terhutang Padamu Indahnya Sebuah Bahagia Yang Takkan Pernah Mati,
Adalah Ia Rasa Terima Kasih Kerna Membuat Hibaku Tertanam Sembunyi,
Setiap Satunya Bahagian Kamu, Akan Ku Relung Tersimpannya Di Hati.
Diterjemahkan Secara Bebas Oleh Muhammad Shahid Boy Ahmad
Masihnya Ada Legar Waktu Terluang Buat Aku,
Selagikan Terus Terhulur Tangan Untuk Ku Darimu,
Seakan Terpinjam Sebentuk Kasih Abadi Yang Kau Seru,
Dari Sukma Sejati Seorang Teman Terulung Terus Tertuju.
Bila Mana Tergigit Zalimnya Hidup Terlayan Ku Deru,
Lantas Tiap Sisi Jiwa Ini Kan Begitu Rapuh Tersendu,
Dikaulah Pertamanya Menjinjing Mutiara Kata Bermutu,
Lantas Capek Segala Kesakitan Terbawa Berlalu.
Di Matamu, Terbentang Sekujur Malaikat Keikhlasan,
Sangat Membantu Mengubah Mimpi Ini Menjadi Kenyataan,
Bila Saja Ku Lelah, Kau Membawa Ku Pada Kemeriahan,
Sejenak Bersama Senyum Termanismu Kan Ku Utamakan.
Tak Ku Temu Sekelumit Pun Khilafnya Dunia Ini,
Sejak Dari Awalnya Ku Punya Kau Berjalan Disisi,
Darinya Senandung Semangat Kau Gubah Sebuah Melodi,
Ku Belajar Seribu Jalan Menumbuh Gagah Dalam Diri.
Damai Yang Berakar Dalam Aku, Ia Benar Sekali,
Kerna Kau Memimpin Ku Hingga Kelabu Itu Menembusi,
Hanya Denganmu, Kurasa Kita Pasangan Hebat Sejoli,
Walau Sesukar Mana Hari-Hari Yang Kita Lalui.
Takkan Ku Mengerti Bagaimana Untuk Menyatakan Syukur Akan Persahabatan Ini,
Ku Terhutang Padamu Indahnya Sebuah Bahagia Yang Takkan Pernah Mati,
Adalah Ia Rasa Terima Kasih Kerna Membuat Hibaku Tertanam Sembunyi,
Setiap Satunya Bahagian Kamu, Akan Ku Relung Tersimpannya Di Hati.
Senin, 21 November 2011
Tergores Luka, Sayap Sang Kupu-Kupu
Kupu-kupu tak tau arah, kemana mesti menatap
Hanya yakini setiap denyut haruslah berhias harap
Tuk temui belahan jiwa yang jadikan hidupnya lengkap
Sebab kan sepenuhnya manis dari cinta kan meresap
Tanpa disadari tergores luka satu dari dua sayap
Tak lagi terkepak terbang tinggi hanya merayap
Kebebasan merengkuh semesta seketika lenyap
Tetes madu tak dapat dicari sisa hidup terhisap
Wewangian kuncup mekar pun kalah oleh pengap
Semerbaknya terbawa bayu menderu perlahan lesap
Tak satu pun kedamaian yang mampu terus menetap
Harus rela terusik saat waktu mengikis melubangi atap
Bilik-bilik kecil diantara lebar kelopak tersingkap
Melayang menjauh daripada hanya diam meratap
Namun, ini jalan lengang yang sesatkan bila tak siap
Kepedihan menanti diantara dimensi-dimensi senyap
Hanya yakini setiap denyut haruslah berhias harap
Tuk temui belahan jiwa yang jadikan hidupnya lengkap
Sebab kan sepenuhnya manis dari cinta kan meresap
Tanpa disadari tergores luka satu dari dua sayap
Tak lagi terkepak terbang tinggi hanya merayap
Kebebasan merengkuh semesta seketika lenyap
Tetes madu tak dapat dicari sisa hidup terhisap
Wewangian kuncup mekar pun kalah oleh pengap
Semerbaknya terbawa bayu menderu perlahan lesap
Tak satu pun kedamaian yang mampu terus menetap
Harus rela terusik saat waktu mengikis melubangi atap
Bilik-bilik kecil diantara lebar kelopak tersingkap
Melayang menjauh daripada hanya diam meratap
Namun, ini jalan lengang yang sesatkan bila tak siap
Kepedihan menanti diantara dimensi-dimensi senyap
Angin kembara
Sunyi yang dingin
jadi rangkaian gelak terukir
kala hembusan angin
menyapa senyum pagiku
masih menanti shubuh
merenda impian meluruh
antara nyata dan maya
tergenang oase fatamorgana
kubiarkan anganku terbang
bersama helai kasih sayang
yang terbawa bayu malam
menepi di jantungku
darahku
melaju memburu bayang bayang kehidupan
yang meneriakkan gelisah
sekali gus nestapa..
Aku pulas di wajahnya
meneduh damai di lukisan semestaNya
seraya menaburkan seribu asa
pada tunas yang tumbuh damai
dalam jiwa
sebagai hamba sahaya
dan abdi sejatiNya
Jakarta, 211111
jadi rangkaian gelak terukir
kala hembusan angin
menyapa senyum pagiku
masih menanti shubuh
merenda impian meluruh
antara nyata dan maya
tergenang oase fatamorgana
kubiarkan anganku terbang
bersama helai kasih sayang
yang terbawa bayu malam
menepi di jantungku
darahku
melaju memburu bayang bayang kehidupan
yang meneriakkan gelisah
sekali gus nestapa..
Aku pulas di wajahnya
meneduh damai di lukisan semestaNya
seraya menaburkan seribu asa
pada tunas yang tumbuh damai
dalam jiwa
sebagai hamba sahaya
dan abdi sejatiNya
Jakarta, 211111
Waiting For a Release
Time to time, I listen to those sounds of the rainfall
Seems like a thousand miseries they wanna call
No one I could talk to, but just a silent wall
Always in such of emptiness I should stay after all
Truly I feel sick of being lonely like this
A real companion is the one I really miss
The pieces of my soul are waiting for a release
Trying to drift from that kind of dark abyss
Then somehow, when I finally find the way to escape
Above the blue sky, within the beautiful landscape
Still I wonder what color of the days I will shape
Even after getting a lot of friends, making sport of jape
I do never know the meaning of being free
This heart is getting deaf to a good decree
But God won’t leave me under the pain tree
That’s the only thing I realize without any degree
Goresan Pena Hati Ain Saga (15/11/2011 - 20/11/2011)
Hujan tiada reda
dihati kacaku
hujan seakan tiada reda
mendung bergelayut pulaskan rasa
beku seketika beruujung nelangsa
romansa yang jadi serpih seketika
ombak menerjang buluroma
getarkan nyanyian mustika
di hati para pujangga asmaradana
aku mencoba mengurai satu persatu denting bala yang kupunya
meski langit mencibir jejakku
aku bisu di atas lintas tindas katamu
yang hujaniku dengan naluri
prasangkamu.
Terlalu pedih
tapi coba kuterima
sepenuh rasa
seikhlas jiwa
Jakarta, 151111
Ain Saga
Selamat Tidur CINTA
Cinta..
Kusebut namamu
dalam doa malamku
segar dingin pagi shubuhku
dan hangat sinar mentari menabur kasih
cinta
kuingat kau dalam ingatmu
kukenang kau dalam sepiku
kuhibur dukamu
dan kularungkan sembilu
kubagikan tawa di pundak harimu
jenaka di tiap jenuhmu
kuciptakan bahagia
di lekuk nafasmu
bingkai realita saat badai taufanmu
aku mengiring gelak candamu
menghiba di setiap harapanku
memohon kasih tulus
pada Empunyamu
kubangunkan kau
saat langkahmu tersandung airmata
aku topang kelemahanmu
meski jauh dari sempurna
aku berusaha ada untukmu
dan mengikis jutaan rasa ragumu
mendobrak setiap belenggu rindu
dengan kasih sayang suciku
wangi lembut tuturku
indah bahasa cintaku
semua karena aku mencintaimu
setulus lubuk hati
sedalam aliran sungai ikhlasku.
Selamat tidur cinta..
Sampai bertemu
di muara pagi kita.
Aammiin:)
Jakarta,hening malam
151111
By: Ain Saga
Kusebut namamu
dalam doa malamku
segar dingin pagi shubuhku
dan hangat sinar mentari menabur kasih
cinta
kuingat kau dalam ingatmu
kukenang kau dalam sepiku
kuhibur dukamu
dan kularungkan sembilu
kubagikan tawa di pundak harimu
jenaka di tiap jenuhmu
kuciptakan bahagia
di lekuk nafasmu
bingkai realita saat badai taufanmu
aku mengiring gelak candamu
menghiba di setiap harapanku
memohon kasih tulus
pada Empunyamu
kubangunkan kau
saat langkahmu tersandung airmata
aku topang kelemahanmu
meski jauh dari sempurna
aku berusaha ada untukmu
dan mengikis jutaan rasa ragumu
mendobrak setiap belenggu rindu
dengan kasih sayang suciku
wangi lembut tuturku
indah bahasa cintaku
semua karena aku mencintaimu
setulus lubuk hati
sedalam aliran sungai ikhlasku.
Selamat tidur cinta..
Sampai bertemu
di muara pagi kita.
Aammiin:)
Jakarta,hening malam
151111
By: Ain Saga
TEMARAM KOTAKU
Langit yang tersedu
menerangi jalan lengang berdebu
gerimis mengiris dinginnya mimpi
di hati mereka yang rela berbakti di jalan jalan kota ini
mencari sesuap nasi
mengikis relung sepi
dari keterbatasan
kemiskinan
ketakberdayaan
selama berpuluh hari
bahkan menjadi lautan abadi
kematian dini
ditahannya rasa melilit dalam diri
haus dahaga biarkan saja
reguk gerimis kian meronta
menangisi nasib yang selalu berkubang belenggu
aroma kesakitan
juga rintihan si kecil
yang tak mungkin diabaikan
inilah wajah kotaku
temaramkan kalbu
menjadi kian kusut dan lesu
melarikkan kebisuan di pundak waktu
dan seguris warna iba
melesat manja
seperti boneka cintaku yang luka
akankah tega aku membuang
makanan dalam almari
hanya karena rasanya yang tak kusuka
sedang di jalan dan trotoar beku
berjuta tangan tengadah menatap
penuh harap
penuh nanar
aku menelan ludahku yang nyaris mati
meyakinkan diri bahwa aku baik baik saja
meski setelah kuhabiskan recehku di telapak yang tersenyum
begitu renta
namun tergambar setia
ah..kosmopolitan penuh tipu daya
hedoniskan jiwa jiwa penderma
tiba tiba temaram kota ini
membawa kenangan airmata
yang menjadi saksi
hilangnya nurani ksatria
dalam cinta,dan sebangsanya.
Akankah tragedi akan terus terjadi?
Kususuri malam yang mengajak lelahku menepi.tanpa mimpi tak pasti.
Terlanjur mati suri temaram kota ini.
Jakarta, 161111
Ain Saga
menerangi jalan lengang berdebu
gerimis mengiris dinginnya mimpi
di hati mereka yang rela berbakti di jalan jalan kota ini
mencari sesuap nasi
mengikis relung sepi
dari keterbatasan
kemiskinan
ketakberdayaan
selama berpuluh hari
bahkan menjadi lautan abadi
kematian dini
ditahannya rasa melilit dalam diri
haus dahaga biarkan saja
reguk gerimis kian meronta
menangisi nasib yang selalu berkubang belenggu
aroma kesakitan
juga rintihan si kecil
yang tak mungkin diabaikan
inilah wajah kotaku
temaramkan kalbu
menjadi kian kusut dan lesu
melarikkan kebisuan di pundak waktu
dan seguris warna iba
melesat manja
seperti boneka cintaku yang luka
akankah tega aku membuang
makanan dalam almari
hanya karena rasanya yang tak kusuka
sedang di jalan dan trotoar beku
berjuta tangan tengadah menatap
penuh harap
penuh nanar
aku menelan ludahku yang nyaris mati
meyakinkan diri bahwa aku baik baik saja
meski setelah kuhabiskan recehku di telapak yang tersenyum
begitu renta
namun tergambar setia
ah..kosmopolitan penuh tipu daya
hedoniskan jiwa jiwa penderma
tiba tiba temaram kota ini
membawa kenangan airmata
yang menjadi saksi
hilangnya nurani ksatria
dalam cinta,dan sebangsanya.
Akankah tragedi akan terus terjadi?
Kususuri malam yang mengajak lelahku menepi.tanpa mimpi tak pasti.
Terlanjur mati suri temaram kota ini.
Jakarta, 161111
Ain Saga
Pesan Keheningan
Di hening pagi
kudapati selembar pesan suci
diantara dinding bisu merambah pagi
hening ini merajai hati
mengetuk seluruh rangkai imaji
melukis jutaan arti mimpi
yang selalu kugenggam indah
mengesankan sanubari.
Dalam malam sunyi
dan hening yang selalu hadir
menemani sendiriku
kubacakan seluruh asa dan keinginan
hanya dengan denting kehambaan
ketenangan yang purna
yang menjauhkanku
dari ribuan prasangka dan reka reka belaka
langit jiwa tampak putih bersinar
Dan ku pulas bersandar dipusaran kasihNya.
Jakarta, dini hari
171111
AIN SAGA
kudapati selembar pesan suci
diantara dinding bisu merambah pagi
hening ini merajai hati
mengetuk seluruh rangkai imaji
melukis jutaan arti mimpi
yang selalu kugenggam indah
mengesankan sanubari.
Dalam malam sunyi
dan hening yang selalu hadir
menemani sendiriku
kubacakan seluruh asa dan keinginan
hanya dengan denting kehambaan
ketenangan yang purna
yang menjauhkanku
dari ribuan prasangka dan reka reka belaka
langit jiwa tampak putih bersinar
Dan ku pulas bersandar dipusaran kasihNya.
Jakarta, dini hari
171111
AIN SAGA
Jodohku
Siapakah jodohku?
Engkaukah?
Diakah?
atau lelaki diam tak bersuara
yang menatapi fotoku
atau meneriaki namaku?
genangan kenangan masa lalu
atau juga bayang dia yang kurindu
siapapun kamu
ku akan menunggu
rindu kita bertemu
dan saling bersemu dadu
melingkari semburat jingga mataku
kan kutunggu!
Jakarta, 171111
Ain Saga
Engkaukah?
Diakah?
atau lelaki diam tak bersuara
yang menatapi fotoku
atau meneriaki namaku?
genangan kenangan masa lalu
atau juga bayang dia yang kurindu
siapapun kamu
ku akan menunggu
rindu kita bertemu
dan saling bersemu dadu
melingkari semburat jingga mataku
kan kutunggu!
Jakarta, 171111
Ain Saga
Tapak Tapak Senja
Tapak senja kembali berwarna
kembali bersuara
menggetarkan jiwa
merapalkan mantra sakti mandra guna
tentang Dia Yang Maha Kuasa
juga kehambaan yang menghiba
rautan kaca jiwa terluka
badai badai yang berlumuran airmata
seolah semua menapak penuh wibawa
penuh kharisma rasa
buat langkahku nyaris fana
di alam penuh pancaroba
duka cita
arus panas dan dingin yang tak biasa
serta nyala yang meredup
hanyut
sudahi rasa
merekam beku suasana
taman canda sang bidadariindraloka loka
tempat hanya cinta yang bicara
dan berlarian menuju muara asa
hanya dia adanya
yang terpana akan maya
dia yang kurasa
menjelma di bait senja.
Dan genapkan ribuan nyala
dalam larik jiwa
Jakarta, 171111
Ain Saga
kembali bersuara
menggetarkan jiwa
merapalkan mantra sakti mandra guna
tentang Dia Yang Maha Kuasa
juga kehambaan yang menghiba
rautan kaca jiwa terluka
badai badai yang berlumuran airmata
seolah semua menapak penuh wibawa
penuh kharisma rasa
buat langkahku nyaris fana
di alam penuh pancaroba
duka cita
arus panas dan dingin yang tak biasa
serta nyala yang meredup
hanyut
sudahi rasa
merekam beku suasana
taman canda sang bidadariindraloka loka
tempat hanya cinta yang bicara
dan berlarian menuju muara asa
hanya dia adanya
yang terpana akan maya
dia yang kurasa
menjelma di bait senja.
Dan genapkan ribuan nyala
dalam larik jiwa
Jakarta, 171111
Ain Saga
Malam Jum'at
Langit senja ini lebih tampak kelam
anginnya dingin
nyaris beku
rembulan nan bisu
bagai putri langit tersenyum genit
membagi sinar bagi makhluk di bumi
malam yang sakral
adalah malam jumat
saat takbir berhias di mesjid dan surau
untuk senandungkan kalam Illahi Robby
getarkan seribu nurani
sekedar mendengar suara suci
kalamNya yang maha Tinggi
malam jumat
tempat semua makhluk ilusi
bergerilya
mencari mangsa
apakah kau takut juga
sungguh..takkan terjadi apa apa
bila kita selalu yakin
Allah ada dan selalu ada
menolong setiap hambaNya
yang mukhlisin
percayalah!
Jakarta, 171111
Ain Saga
anginnya dingin
nyaris beku
rembulan nan bisu
bagai putri langit tersenyum genit
membagi sinar bagi makhluk di bumi
malam yang sakral
adalah malam jumat
saat takbir berhias di mesjid dan surau
untuk senandungkan kalam Illahi Robby
getarkan seribu nurani
sekedar mendengar suara suci
kalamNya yang maha Tinggi
malam jumat
tempat semua makhluk ilusi
bergerilya
mencari mangsa
apakah kau takut juga
sungguh..takkan terjadi apa apa
bila kita selalu yakin
Allah ada dan selalu ada
menolong setiap hambaNya
yang mukhlisin
percayalah!
Jakarta, 171111
Ain Saga
Hati yang suci
Setetes embun menetas dari selembar daun hijau
membagi bening dan dingin
di dalam hati
shubuh baru saja terlukis pelangi
riak senyumnya bagaikan malaikat taman syurga
begitu hening mempesona
membuat lubuk kacaku terguncang
mencari keajaiban
inikah rasa cintaNya
yang tersemai diantara rimbun rahmatNya?
Kupeluk erat keyakinanku
dan kulafadzkan gulir gulir asaku
menuju ridhoMu.
Ridho akan ranum jalan yang kutuju.
Untuk lukisan wajah esok hari.
Jakarta, pagi cerah
181111
Ain Saga
membagi bening dan dingin
di dalam hati
shubuh baru saja terlukis pelangi
riak senyumnya bagaikan malaikat taman syurga
begitu hening mempesona
membuat lubuk kacaku terguncang
mencari keajaiban
inikah rasa cintaNya
yang tersemai diantara rimbun rahmatNya?
Kupeluk erat keyakinanku
dan kulafadzkan gulir gulir asaku
menuju ridhoMu.
Ridho akan ranum jalan yang kutuju.
Untuk lukisan wajah esok hari.
Jakarta, pagi cerah
181111
Ain Saga
Selamat pagi sahabat ain!
Selamat pagi sahabat Ain
kusapa engkau dengan seribu senyumanku
kusapa kau dengan denting
kerinduan dalam kalbu
kita pernah saling bergenggaman tangan
meniti hari saling berkasih sayang
merenda asa masa depan
menuai mimpi dan menyulamnya jadi pelangi pagi nan bestari
selamat pagi sahabat cintaku
langit yang merah jambu
seakan memburu waktu
untuk lekatkan rasa rindu
yang bergumpalan tak jemu
selalu dan selau
untuk kamu dan dirimu..
Semoga Allah swt
selalu menyayangi
dan menjagamu.
Aamiin..
Jakarta, 181111
Ain saga
kusapa engkau dengan seribu senyumanku
kusapa kau dengan denting
kerinduan dalam kalbu
kita pernah saling bergenggaman tangan
meniti hari saling berkasih sayang
merenda asa masa depan
menuai mimpi dan menyulamnya jadi pelangi pagi nan bestari
selamat pagi sahabat cintaku
langit yang merah jambu
seakan memburu waktu
untuk lekatkan rasa rindu
yang bergumpalan tak jemu
selalu dan selau
untuk kamu dan dirimu..
Semoga Allah swt
selalu menyayangi
dan menjagamu.
Aamiin..
Jakarta, 181111
Ain saga
Jumat mawarku
Entah berapa lama kunanti
saat bunga bunga mekar
di taman kesturi hati
entah berapa lama habis airmataku
hanya untuk menenun sepi
penjarakan emosi yang kerap laburi lazuardi
sungguh nista mengecap logika
nalar terhempas di medan laga
jurang tajam phobiakan kata dan jeritan
malang tak bisa kupenggal
sedang deru melaju bisu
senyumi jumat penuh mawar
pagi hingga kuharap senja berganti
ia akan tetap bermekaran menabuh cinta
pada jelaga usang lelahkan seruni
saat semua hanya terpikir tentang diri nan suci
aku tlah lelah terbenam di sini
menanti hangat matahari pagi
retaskan mimpi mimpi
sirami semua putik nan lesu layu
hingga tak lagi muram berkubang luka
sederhana kutuangkan makna
tapi asaku sepenuh jiwa
merdeka diantara harum dan pesona
taman mawarku
di jumat bersahaja.
Terasa berbeda
Jakarta, 181111
Ain Saga
saat bunga bunga mekar
di taman kesturi hati
entah berapa lama habis airmataku
hanya untuk menenun sepi
penjarakan emosi yang kerap laburi lazuardi
sungguh nista mengecap logika
nalar terhempas di medan laga
jurang tajam phobiakan kata dan jeritan
malang tak bisa kupenggal
sedang deru melaju bisu
senyumi jumat penuh mawar
pagi hingga kuharap senja berganti
ia akan tetap bermekaran menabuh cinta
pada jelaga usang lelahkan seruni
saat semua hanya terpikir tentang diri nan suci
aku tlah lelah terbenam di sini
menanti hangat matahari pagi
retaskan mimpi mimpi
sirami semua putik nan lesu layu
hingga tak lagi muram berkubang luka
sederhana kutuangkan makna
tapi asaku sepenuh jiwa
merdeka diantara harum dan pesona
taman mawarku
di jumat bersahaja.
Terasa berbeda
Jakarta, 181111
Ain Saga
Gerimis hati
Adakah selain hening
yang bisa menenangkan hati?
Adakah setangkup senyuman
bisa kupahat lagi di nadi merahku
malam semakin renta
gelap semakin bertahta
mengiring suara jiwa yang gundah
menarikan raut peristiwa
pada samudera cinta setia
yang terhempas badai kathulistiwa
ingin kuberlari
hingga tak bisa kulihat lagi duka
dalam larik aksara
ingin kupergi
tinggalkan semua warna yang suram
buram
muram
di peraduan manjaku
ku diam dan tak bisa bicara
sandarkan khayal dan asa
di lekuk waktu yang terlalu cepat berlalu
memeluk pagi buta
melerai kidung rasa
Jakarta, 201111
Ain Saga
yang bisa menenangkan hati?
Adakah setangkup senyuman
bisa kupahat lagi di nadi merahku
malam semakin renta
gelap semakin bertahta
mengiring suara jiwa yang gundah
menarikan raut peristiwa
pada samudera cinta setia
yang terhempas badai kathulistiwa
ingin kuberlari
hingga tak bisa kulihat lagi duka
dalam larik aksara
ingin kupergi
tinggalkan semua warna yang suram
buram
muram
di peraduan manjaku
ku diam dan tak bisa bicara
sandarkan khayal dan asa
di lekuk waktu yang terlalu cepat berlalu
memeluk pagi buta
melerai kidung rasa
Jakarta, 201111
Ain Saga
Goresan Pena Hati Insan Al Amin (November 2011)
Peneduhan
sebotol minuman kaleng mambasahi kerongkongan
mendung keliatan begitu sabar
seperti badut yang ingin menakut nakuti anak kecil
dengan sebuah kejutan bernama hujan
yang tiba tiba datang tanpa permisi
membasahi ranting pepohonan
dan seragam seragam anak sma yang kebetulan panik tanpa peneduhan
T.I.A.S
Tangan halus
Irama pembicaraan khas pelaut cinta
Asik kalau malam ini ga ada hujan
Sehingga kita bisa kembali nyanyi di bawah bintang
Tak ada guratan luka
Ibarat lantai dingin yang telah dipoles
Agar bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya
Semangat bertahan dari hati terdalam
Tanpa ragu ini jalanmu
Ibumu aku tau, ia tak tau
Asal dia bahagia, dan kita semua fun
Semua dengan segala akibat yang dibawanya
Setitik Cahaya
memegang pergelangan tanganmu di keheningan malam
hanya ada sunyi
sejauh mata memandang
dari tempat tertinggi
menyibakan ketakutan dari emosimu
setitik cahaya selalu ada untuk kita perjuangkan
Ketika Hujan
Ketika hujan
Ingetan ini membawaku kembali
Ke masa ketika tiap jengkal udara yang ku hisap
Begitu meresap ke jiwa
Masa silam seperti film yang diputar berulang ulang
Melintas dengan kencang
Melewati pandangan batin
Segalanya terasa begitu dekat, disini
Ketika hujan
Ayah dan Ibu
ibu,
engkau adalah mercusuar ketika kapal kecilku terseok
oleh ombak, kabut dan monster laut
ayah,
engkau adalah kisah pahlawan
penginspirasi setiap kejatuhan, setiap kelukaan
ayah dan ibu membina rumah tangga
membina aku ketika bayi ketika penuh ingus di idung ini
ketika merengek, ketika balita
hingga usiaku cukup untuk mulai berlayar dan membahana
UNTITLED
berlari ke tepian jalan
merona rasa batu
perut perih menganggap berisi
sambil menambal tumpukan bata dengan semen
menancap besi besi membentuk simpul temali
menggali pondasi
mencuci piring dengan siulan lembut
tanda noda telah pudar
teriakan dan kerumitan pola
menjadi begitu sederhana
Jumat, 18 November 2011
Muram Hati Dalam Ketam
Membuka segala awal langkah demi langkah
Mendekat mencoba menggapai lingkar tengah
Dimana kelopak merah perlahan mulai merekah
Kemudian disebut sebagai kesejatian yang indah
Ribuan mawar memang sempurna membuka diri
Namun bukan seluruh bagiannya yang kuberi
Hanya potongan kecil dari tajamnya rautan duri
Pastilah melukai telapak kanan begitu pun kiri
Maka lepaskan saja itu, jangan lagi digenggam
Adanya mimik taman ini hanyalah saduran muram
Tiada tempat bagi kedamaian tuk bersemayam
Kian erat lah kepingan hati terikat dalam ketam
Masihkah kau bisikan namanya sebagai cinta
Jika jadikan jiwamu terjebak ruang dan renta
Seperti rerumputan kering yang serta merta
Didekap terik matahari tanpa sepatah kata
Hingga akhirnya enggan terlepas peluk gersang
Tidak, meski hijau sudah demikian kerontang
Teduhkanlah jika kesanggupan kau sandang
Tetapi tiada lain olah wujudnya kecuali gamang
hujan mungkin mampu memang kau buat merintik
Agar tersentuh kalbu oleh rasa sedikit menitik
Tetapi keras dinding di dimensiku ini tak terusik
Tiada ingin terurai segenap warnanya lalui telisik
Mendekat mencoba menggapai lingkar tengah
Dimana kelopak merah perlahan mulai merekah
Kemudian disebut sebagai kesejatian yang indah
Ribuan mawar memang sempurna membuka diri
Namun bukan seluruh bagiannya yang kuberi
Hanya potongan kecil dari tajamnya rautan duri
Pastilah melukai telapak kanan begitu pun kiri
Maka lepaskan saja itu, jangan lagi digenggam
Adanya mimik taman ini hanyalah saduran muram
Tiada tempat bagi kedamaian tuk bersemayam
Kian erat lah kepingan hati terikat dalam ketam
Masihkah kau bisikan namanya sebagai cinta
Jika jadikan jiwamu terjebak ruang dan renta
Seperti rerumputan kering yang serta merta
Didekap terik matahari tanpa sepatah kata
Hingga akhirnya enggan terlepas peluk gersang
Tidak, meski hijau sudah demikian kerontang
Teduhkanlah jika kesanggupan kau sandang
Tetapi tiada lain olah wujudnya kecuali gamang
hujan mungkin mampu memang kau buat merintik
Agar tersentuh kalbu oleh rasa sedikit menitik
Tetapi keras dinding di dimensiku ini tak terusik
Tiada ingin terurai segenap warnanya lalui telisik
Selasa, 15 November 2011
Rimbun Daun Didahan Beringin
Tiap helai mampu lewati ruang sebebas angin
Seperti itu melepas kekang hati dari dingin
Tanpa terbatas ataupun terbata menjabar ingin
Serimbun daun tak terhitung didahan beringin
Ada kala musim menjadikannya berguguran
Tak mengapa mentari membuatnya kekuningan
Namun layu bukan penutup akhir perjalanan
Sekali lagi, tiada sekat, bebas beterbangan
Andai memang harus diam diatas julur-julur akar
Disitu merelakan sengat musim terus membakar
Merubah layu daun menjadi serpihan bertukar
Sebagai penyubur tingginya batang berdiri tegar
Melalui repih lembut itulah ia kembali menyatu
Meresap dicelah-celah untuk menunggu waktu
Tumbuh menghijau dari pupus satu per satu
Merindang lagi bersama alur masa telah tentu
"sehelai daun yang telah jatuh dan dianggap tidak berguna pun, bisa menjadi penyubur bagi pohon tempatnya tumbuh, atau pohon lain jika diterbangkan angin kemudian ikut tumbuh menjadi daun-daun baru. tak ada satupun yang sia-sia dalam hidup ini."
Seperti itu melepas kekang hati dari dingin
Tanpa terbatas ataupun terbata menjabar ingin
Serimbun daun tak terhitung didahan beringin
Ada kala musim menjadikannya berguguran
Tak mengapa mentari membuatnya kekuningan
Namun layu bukan penutup akhir perjalanan
Sekali lagi, tiada sekat, bebas beterbangan
Andai memang harus diam diatas julur-julur akar
Disitu merelakan sengat musim terus membakar
Merubah layu daun menjadi serpihan bertukar
Sebagai penyubur tingginya batang berdiri tegar
Melalui repih lembut itulah ia kembali menyatu
Meresap dicelah-celah untuk menunggu waktu
Tumbuh menghijau dari pupus satu per satu
Merindang lagi bersama alur masa telah tentu
"sehelai daun yang telah jatuh dan dianggap tidak berguna pun, bisa menjadi penyubur bagi pohon tempatnya tumbuh, atau pohon lain jika diterbangkan angin kemudian ikut tumbuh menjadi daun-daun baru. tak ada satupun yang sia-sia dalam hidup ini."
JUJUR / DUSTA
lidah mulai bermain
ketika kata indah dijadikan senjata
di saat tajamnya mampu merobek jiwa
sedang indahnya seolah untaian nada klasik
saat seseorang tak mengerti
maka teracuni ia
entah dengan bisa (racun ular) ataukah cita
namun tetap membuatnya mengerang
melawan balik pun tak dapat
ketika kata memperlakukan semua
bagai awan yang dipermainkan angin
dirobek oleh indahnya sinar mentari
membuat kesenduan dan derita
tak pendek namun sepanjang masa
menyesal dengan api membakar dada
menunjukkan nikmatnya kehancuran
hanya dua yang menyelamatkannya
lupa dan terbalaskan
sedang kata tetap bertahan sebagai racun
dan setiap saat membunuh dengan masa lalu
lupakan..!!
lupakanlah..!!
jadikan kata sebagai pelajaran
semata-mata bukan untuk diingat..
Lekang Kasmaran
Jika cinta aku mengerti
tak akan aku berdusta
ketika waktu membisu pagi
tak mungkinku berharap duka
Tapi ini telah terjadi
seketika hutan telah menjadi padang
sementra hanya terlihat riak2 rumput kering
menancap sendu di atas bebatuan
Sungguh aku tak suka
namun berubah menjadi cinta
sungguh aku tak biasa
namun waktu menjadi lama
Benarlah kalau pagi itu buta
sedang malam justru seperti siang
bgaimana tidak?? sementara pagi tertidur
sedang malam mencari cinta
Yah itulah penyakitnya
ketika hati dilanda suka
sementara semua karna terpaksa
seluruh kelakuan untuk cinta
Tak habis pikir
berkali-kali tak sempurna
namun karna waktu, menjadi suka
walau awal yang tak biasa
sehingga habis semua cinta
maka habislah crita
tinggal duri memupuk di dada
sedang romansa habis seketika..
Yang Terbaik
Hujan tlah lama reda
langit kan kembali menyala
dalam sinar gempita
mentari menarikan asa bahagia
disekujur cahaya emasnya
kehangatannya
seakan kepakan sayang angsa
di samudera lara
hingga tiada duka datang menyuling senyumku
atau rintik goda menelan seribu
hikayat rasaku
aku ingin bahagia di alam cinta
yang tak cuma menabuh tarian maya.hingar di telinga.bingar tak tentu rimba.
Aku segaris saja rasa.tak mau lain kucoba.tak.
Jakarta, 141111
Ain Saga
dalam sinar gempita
mentari menarikan asa bahagia
disekujur cahaya emasnya
kehangatannya
seakan kepakan sayang angsa
di samudera lara
hingga tiada duka datang menyuling senyumku
atau rintik goda menelan seribu
hikayat rasaku
aku ingin bahagia di alam cinta
yang tak cuma menabuh tarian maya.hingar di telinga.bingar tak tentu rimba.
Aku segaris saja rasa.tak mau lain kucoba.tak.
Jakarta, 141111
Ain Saga
Untuk Sebuah Nama
Dengarlah
suara hatiku
yang kerap kunyanyikan
dalam rinai doa terpanjangku
diantara detik berlalu
asa membubung biru
ke jantung waktu
dengarkan lagu kasihku
mengalun di sela asa
yang rapuh oleh hujan katamu
tiada pernah bisa kupahami
kecuali oleh kedewasaan hati
dan kelembutan budi
saat kau pergi
meninggalkan bumi hatiku
dan menanam bunga rindu
di pusara belenggu
dinding yang merahkan jalanku
untuk bersamamu
lagukan kidung mentari
diterang biru lazuardi.hati.
Akankah kita 'bertemu' lagi?
Jakarta, 141111
suara hatiku
yang kerap kunyanyikan
dalam rinai doa terpanjangku
diantara detik berlalu
asa membubung biru
ke jantung waktu
dengarkan lagu kasihku
mengalun di sela asa
yang rapuh oleh hujan katamu
tiada pernah bisa kupahami
kecuali oleh kedewasaan hati
dan kelembutan budi
saat kau pergi
meninggalkan bumi hatiku
dan menanam bunga rindu
di pusara belenggu
dinding yang merahkan jalanku
untuk bersamamu
lagukan kidung mentari
diterang biru lazuardi.hati.
Akankah kita 'bertemu' lagi?
Jakarta, 141111
Dini Hari
Begitu cepat hari berganti
mengganti semua yang bernama kehidupan
menitiskan serabut kepedihan
ataukah selapis senyuman
begitu dalam malam meninabobo alam
menggamit bintang dan rembulan
saling berbagi sinar
dalam bayang dan angan
menyentuh sampan kenangan
yang berkayuh mengiring setiap ingatan
yang jatuh dipelupuk mata
di samudera jiwa
tersandera bersama hembusan
kata 'aku cinta'
menyampaikan bahasa rahasia.
Tentang rasa tak biasa.
Jakarta, 141111
Ain Saga
mengganti semua yang bernama kehidupan
menitiskan serabut kepedihan
ataukah selapis senyuman
begitu dalam malam meninabobo alam
menggamit bintang dan rembulan
saling berbagi sinar
dalam bayang dan angan
menyentuh sampan kenangan
yang berkayuh mengiring setiap ingatan
yang jatuh dipelupuk mata
di samudera jiwa
tersandera bersama hembusan
kata 'aku cinta'
menyampaikan bahasa rahasia.
Tentang rasa tak biasa.
Jakarta, 141111
Ain Saga
Siang Berhujan
Langit yang biasa garang itu
kini tampak redup dan malu
alam meremang dalam mendung besar
labuhkan dingin diantara semak dan rimbunya pepohonan
menyatu dalam rinai hujan yang menderu ramah
kucoba menghitung jejak langkahku
di sini
menembus cakrawala yang semu dan melankolis
seakan hatiku terperangkap di kuyup waktu
hujan lalu menyempurnakan
jadi serpihan kenangan
tentang sesosok bayang pujaan
yang tersimpan sakral digaris waktulangit kan terang
namun hanya siluet tertawan
tak mampu kan kugenggam
tak bisa kuwartakan
sekejap mata aku mengharap
hanya sepi tempat kumenatap
hujan..meneriakkan serpihan rindu perduku..pada ribuan dahan
melambai beku.memanggilku.
Lembut dan penuh ketulusan
Jakarta, 131111
Ain Saga
alam meremang dalam mendung besar
labuhkan dingin diantara semak dan rimbunya pepohonan
menyatu dalam rinai hujan yang menderu ramah
kucoba menghitung jejak langkahku
di sini
menembus cakrawala yang semu dan melankolis
seakan hatiku terperangkap di kuyup waktu
hujan lalu menyempurnakan
jadi serpihan kenangan
tentang sesosok bayang pujaan
yang tersimpan sakral digaris waktulangit kan terang
namun hanya siluet tertawan
tak mampu kan kugenggam
tak bisa kuwartakan
sekejap mata aku mengharap
hanya sepi tempat kumenatap
hujan..meneriakkan serpihan rindu perduku..pada ribuan dahan
melambai beku.memanggilku.
Lembut dan penuh ketulusan
Jakarta, 131111
Ain Saga
Membasuh pagi
Hilir mudik manusia
seperti kereta senja
berlari mengejar seribu ambisi
berjalan tergesa dan wangi
seolah hidup tuntutan harmoni
menanti setiap hari
setiap detak langkah menuju asa
tempat bersemayam genap bahagia
lengkung warna cinta
penghias hati dan cakrawala
tak lagi bertanya
siapa dan mengapa
kenapa dan untuk apa
dunia mengalir
saat kubasuh warna pagi
melumuri hati dengan percik cahaya mentari
menghangatkan
mencitrakan
siapa diri dan semangat juang
menggapai seribu mimpi
di sanalah ku kini mengabdi
Jakarta,151111
Antara dinding masa
Aku berjalan dalam gelombang
pedih perih tak lagi kurasakan
hanya serenade hatiku
penuh menyimpan harapan
menghiba hanya di mimbar doa
penuh kearifan
aku melangkah tersentuh kenangan
merah biru cinta
selalu melenakan
membuahkan ribuan teka teki hidup
saling bersahutan
seolah jiwa hanya untuk kasih sayang
kini senja pun pudar
merambah malam kian kelam
kususuri jalan berbatu
dalam tangga keemasan
tak ingin kulupakan
cukup terkenang
namun terus kumunajahkan
sebab hanya ditanganNya
kumerasa sempurna merayakan
getaran rasa yang tak bisa kuelakkan
juga tak mampu kuhanyutkan
hanya dengan linangan airmata
dan detak kelemahan
sebagai pemilik seribu senyuman
aku terkapar di rona yang tak berkesudahan
menyanjungi pikiran
hati dan alam kedewasaan.
Aku ingin selaras dalam nyaman.
Bukan berakhir dengan gamang
dan kepayahan.
Keinsyafan yang lahir
dari dua telapak tangan
isyaratkan ketabahan
kesabaran
jalan panjang penantian
yang harus kusemaikan.
Selamanya dalam ridhoNya.
Aku pun kini merasa tenang
merajut impian dan sungai sungai
penghayatan.
Meski kadang diamuk sepi dan gelap melaburi keikhlasan.
Aku tak ingin menoleh jalan kebelakang.
Jakarta, 121111
Jumat, 11 November 2011
Selendang Doa
Dalam hangat pagi
kucoba bertafakur
kehadirat illahi Robby
tempat bersemayamnya keteduhan
keindahan
keimanan
yang kuhias sederhana
setiap aku mengetuk pintuNya
setiap kali kusebut NamaNya
hanya cahayaNya menyapa sempurna
dan aku tersandera di lorong sesal
terdiam diantara gelombang kehidupan
terhempas dalam arus yang terhindari
sanjung puji tak terbatasi
dari warna warni imaji
aku jatuh
lelap
dimihrabNya yang Agung
menghisab syukur
tak berkesudahan
laksana udara di nuansa dhuha
Jakarta, 11/11/11
Kidung Pagi
Alam merebak terang
seiring pagi datang
membuka hari baru
bagi nafas kehidupan
rindu yang hanyut semalam
kulihat mekar diantara senyum dan rinai kekanakan
menyemai di kepak sang kupu
dan percikan air embun nan syahdu
kidung cinta di alam semesta
memberi berjuta pesona sang maha perkasa
tempat mata kita saling bicara
akhirnya menuai rasa dan merdeka
tak usah senja kau harap
bila mentari panas menyengat
cukup senyuman jadi penghangat
bila warna akan terus berbias jingga
aku dan kamu senatiasa ada
untuk semua guratan sakral indra prasta
turun selimuti jiwa
jadi lentera dalam hati yang papa
Jakarta, 11 NOV 2011
SHOLEHAH
perhiasan paling indah itu
konon katanya
adalah
jreng jreng
wanita eh wanita
sholeeeehaaah
menjaga mata, menjaga hidung
menjaga telinga, lidahnya harum ( tidak menggunjing )
SEBERAT BADAK
ada masa ketika kita ga boleh ganggu mereka banyak banyak
ada masa ketika tensi darah bisa tiba tiba naik
ketika masa itu tiba
bulu bisa seberat badak
badan pegel pegel mendadak
dan kita hanya bisa memakluminya
karena itulah keajaiban Tuhan
yang di anugerahkan kepada
makhluk bernama wanita
Aduh
aduh
banyak banget masalah
tapi itu bukan masalah
selama kita menganggapnya teman seperjalanan
yang menggandeng tangan kita selama hidup
bukti kalau kita makhluk hidup
bersyukur banyak banyak bersyukur
setidaknya yang bisa disyukuri jauh lebih banyak
dari yang perlu ditangisi
Kerjakanlah
selangkah begitu berarti
dimanapun kamu berada
apapun yang kamu kerjakan
tanpa penilaian
aku kan berjalan
berapa puluh minuman air putih
berkarbonasi hilangkan dahaga siang
tak perduli apa yang kau kerjakan
kerjakanlah
Kepadamu Pahlawan
Butir peluru menembus didadamu
Kau tergusur tak berdaya
Namun semangatmu masih membara
Kau tetap berjuang hingga titik penghabisan
Demi meraih kata merdeka
Dan bebaskan negeri dari penjajahan
Kepadamu pahlawan kami mengucapkan terima kasih
Karena jasamu kini bangsa kita merdeka
Do'a kami selalu menyertaimu
Kaulah bunga bangsa negeri
Yang namanya akan selalu terkenang sepanjang masa
"selamat hari pahlawan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya"
Rabu, 09 November 2011
Lilin Ditelapak Tangan
Menggenggam lilin ditelapak tangan
Terlalu takut lalai dalam penjagaan
Meski lepuh kulit juga oleh lelehan
Dianggap teguh tegak kesetiaan
Bukan badai yang meniup galau
Jika benar padam dihantam risau
Harapan adalah nyala memukau
Namun tak berarti suarakan garau
Tak mudah tuk menemui terang
Setelah kegelapan yang panjang
Tapi cahaya mestinya tiada berang
Api itu baik jika tak menjilat garang
Ada saat mentari harus usaikan tugas
Menelan kelam dengan tapak lekas
Walau terkadang sinarnya terpangkas
Jika awan melantun hitam menukas
"Menyusun harapan setinggi langit itu keharusan, namun jika terhalang aral dan tertunda wujudnya, bukan berarti harus menyerah dan menyalahkan atau bahkan melukai diri sendiri. Karena sering kali kebahagiaan muncul dalam wujud yang tidak kita sangka."
Terlalu takut lalai dalam penjagaan
Meski lepuh kulit juga oleh lelehan
Dianggap teguh tegak kesetiaan
Bukan badai yang meniup galau
Jika benar padam dihantam risau
Harapan adalah nyala memukau
Namun tak berarti suarakan garau
Tak mudah tuk menemui terang
Setelah kegelapan yang panjang
Tapi cahaya mestinya tiada berang
Api itu baik jika tak menjilat garang
Ada saat mentari harus usaikan tugas
Menelan kelam dengan tapak lekas
Walau terkadang sinarnya terpangkas
Jika awan melantun hitam menukas
"Menyusun harapan setinggi langit itu keharusan, namun jika terhalang aral dan tertunda wujudnya, bukan berarti harus menyerah dan menyalahkan atau bahkan melukai diri sendiri. Karena sering kali kebahagiaan muncul dalam wujud yang tidak kita sangka."
7 Keajaiban Dunia (Yang Sesungguhnya)
SUMBER:kapanlagi.com
Murid-murid sebuah sekolah mengah pertama di Chicago sedang belajar tentang 7 Keajaiban Dunia. Di akhir pelajaran, para murid diminta untuk membuat daftar apa saja yang mereka anggap sebagai 7 Keajaiban Dunia. Meskipun ada beberapa pendapat yang berbeda, hasil yang paling banyak menunjukkan bahwa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Piramida terbesar di Mesir 2. Taj Mahal di India 3. Grand Canyon di Arizona 4. Terusan Panama 5. The Empire State di New York 6. Basilika Santo Petrus 7. Tembok besar China Sambil mengumpulkan daftar tentang 7 Keajaiban Dunia tersebut, sang guru memperhatikan seorang siswa, seorang gadis yang pendiam. Gadis ini masih sibuk dengan daftarnya, jadi sang guru bertanya apakah dia mempunyai masalah dengan tugasnya. Si gadis pendiam ini menjawab, "Iya, ada sedikit masalah. Saya bingung menentukan 7 Keajaiban Dunia karena ada begitu banyak keajaiban di dunia ini." Gurunya menjawab, "Baik, katakan pada kita daftar yang kamu punya, dan mungkin kita dapat membantu." Si gadis sedikit ragu, lalu membaca daftar yang ia punya, "Saya rasa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Bisa menyentuh 2. Bisa berbicara 3. Bisa melihat 4. Bisa mendengar (Dia kembali ragu, lalu kembali berbicara..) 5. Bisa merasa 6. Bisa tertawa 7. Dan bisa mencintai" Ruang kelas itu sunyi seketika, bahkan semua orang bisa mendengar bila ada koin yang terjatuh di ruangan tersebut.
Kisah ini sedikit mengingatkan kita bahwa kadang hal-hal kecil dan terlihat biasa adalah hal terindah yang kita miliki. Kita lupa untuk bersyukur akan apa yang kita punya, sedangkan di luar sana banyak orang yang tidak dapat mendengar, buta, tidak dapat tertawa karena dirundung duka, serta perang yang terjadi di mana-manapun menunjukkan kurangnya kita mencintai sesama. Bersyukur pada hal-hal kecil akan membuat kita menghargai apa yang kita miliki. Membuat dunia terasa indah dengan cinta dan kedamaian adalah keajaiban yang tidak pernah kita sadari. So, be thankful to God for everything He has given for us!
Murid-murid sebuah sekolah mengah pertama di Chicago sedang belajar tentang 7 Keajaiban Dunia. Di akhir pelajaran, para murid diminta untuk membuat daftar apa saja yang mereka anggap sebagai 7 Keajaiban Dunia. Meskipun ada beberapa pendapat yang berbeda, hasil yang paling banyak menunjukkan bahwa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Piramida terbesar di Mesir 2. Taj Mahal di India 3. Grand Canyon di Arizona 4. Terusan Panama 5. The Empire State di New York 6. Basilika Santo Petrus 7. Tembok besar China Sambil mengumpulkan daftar tentang 7 Keajaiban Dunia tersebut, sang guru memperhatikan seorang siswa, seorang gadis yang pendiam. Gadis ini masih sibuk dengan daftarnya, jadi sang guru bertanya apakah dia mempunyai masalah dengan tugasnya. Si gadis pendiam ini menjawab, "Iya, ada sedikit masalah. Saya bingung menentukan 7 Keajaiban Dunia karena ada begitu banyak keajaiban di dunia ini." Gurunya menjawab, "Baik, katakan pada kita daftar yang kamu punya, dan mungkin kita dapat membantu." Si gadis sedikit ragu, lalu membaca daftar yang ia punya, "Saya rasa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Bisa menyentuh 2. Bisa berbicara 3. Bisa melihat 4. Bisa mendengar (Dia kembali ragu, lalu kembali berbicara..) 5. Bisa merasa 6. Bisa tertawa 7. Dan bisa mencintai" Ruang kelas itu sunyi seketika, bahkan semua orang bisa mendengar bila ada koin yang terjatuh di ruangan tersebut.
Kisah ini sedikit mengingatkan kita bahwa kadang hal-hal kecil dan terlihat biasa adalah hal terindah yang kita miliki. Kita lupa untuk bersyukur akan apa yang kita punya, sedangkan di luar sana banyak orang yang tidak dapat mendengar, buta, tidak dapat tertawa karena dirundung duka, serta perang yang terjadi di mana-manapun menunjukkan kurangnya kita mencintai sesama. Bersyukur pada hal-hal kecil akan membuat kita menghargai apa yang kita miliki. Membuat dunia terasa indah dengan cinta dan kedamaian adalah keajaiban yang tidak pernah kita sadari. So, be thankful to God for everything He has given for us!
Senin, 07 November 2011
Menghilang Tuk Dikenang
Pertautan dua kisah telah menghilang
Membaur dengan abstrak petang
Untuk siapa pekat madu ini dituang
Cawannya berisi airmata berlinang
Saat itu terakhir kali kita bersulang
Mereguk bahagia yang tak terulang
Kemudian muka meja menjadi usang
Sebab debu tengah nyaman melintang
Seperti onggok tubuh tanpa tulang
Pergimu membawa sakit tak terbilang
Kupersilahkan jarak kita membentang
Setelah jaring-jaring beda merintang
Kemudian dibacakan begitu lantang
Bukan untuk satu mimpi kita berjuang
Tak lagi senada langkah dalam juang
Berpisah sebelum bersama jadi arang
Namun masih utuh pulam kasih sayang
Belum menjadi serpih atau terbuang
Biar kusimpan tuk sekedar dikenang
Saat hembus kerinduan kembali datang
"Setelah lelah mencoba saling mengerti, terkadang banyaknya perbedaan membuat kita harus memilih berjauhan dengan teman, sahabat, kerabat, atau bahkan kekasih untuk menghindari perselisihan. Perpisahan tak jarang jadi jawaban terbaik, namun perbedaan bukan alasan untuk saling membenci dan saling menghindari."
Membaur dengan abstrak petang
Untuk siapa pekat madu ini dituang
Cawannya berisi airmata berlinang
Saat itu terakhir kali kita bersulang
Mereguk bahagia yang tak terulang
Kemudian muka meja menjadi usang
Sebab debu tengah nyaman melintang
Seperti onggok tubuh tanpa tulang
Pergimu membawa sakit tak terbilang
Kupersilahkan jarak kita membentang
Setelah jaring-jaring beda merintang
Kemudian dibacakan begitu lantang
Bukan untuk satu mimpi kita berjuang
Tak lagi senada langkah dalam juang
Berpisah sebelum bersama jadi arang
Namun masih utuh pulam kasih sayang
Belum menjadi serpih atau terbuang
Biar kusimpan tuk sekedar dikenang
Saat hembus kerinduan kembali datang
"Setelah lelah mencoba saling mengerti, terkadang banyaknya perbedaan membuat kita harus memilih berjauhan dengan teman, sahabat, kerabat, atau bahkan kekasih untuk menghindari perselisihan. Perpisahan tak jarang jadi jawaban terbaik, namun perbedaan bukan alasan untuk saling membenci dan saling menghindari."
TAK MEMBERAT HARTA DILEPAS
Temaram rembulan tertutup selendang mendung
Agaknya mengerti benar saat semesta mesti merenung
Ke sisi yang lebih tinggi hati akan diusung
Melebur kawanan awan dari sekecil butir
Elok menggemakan melodi tetesan air
Mengiring syahdu lantunan kebesaran-Nya dibibir
Bawa kesejukan merasuk hingga ketitik nadir
Enggan relakan keindahan sebuah nuansa berakhir
Rinai damai belum menyapa bumi yang fakir
Adakah telah berkelana jauh pemilik pikir
Tiadalah sempurna sujud, ucap doa, serta dzikir
Hujan ini penanda terbukanya pintu langit
Agar sebentuk gurat syukur dihati terbersit
Rasa antara nikmat dan sadar mesti terkait
Tempatkan kemurahan sebagai pelapang sempit
Aliri kembali pundi harta dengan membuka sedikit
Dibagi, sesungguhnya begitu jauh dari arti dikurangi
Ikhlas memberi, dengan kelembutan kalbu menggenangi
Luaskan rizqi seraya biarkan kikir terus disiangi
Entah, tak ingin mendekap satu dunia tuk disenangi
Perlahan menepis nafsu, tak henti diperangi
Antarkan bias keridhoan-Nya esok melebihi pelangi
Sebab tak memberat harta dilepas setelah lama mendatangi
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan ia akan memperoleh pahala yang banyak (Al-Hadid: 11)."
Agaknya mengerti benar saat semesta mesti merenung
Ke sisi yang lebih tinggi hati akan diusung
Melebur kawanan awan dari sekecil butir
Elok menggemakan melodi tetesan air
Mengiring syahdu lantunan kebesaran-Nya dibibir
Bawa kesejukan merasuk hingga ketitik nadir
Enggan relakan keindahan sebuah nuansa berakhir
Rinai damai belum menyapa bumi yang fakir
Adakah telah berkelana jauh pemilik pikir
Tiadalah sempurna sujud, ucap doa, serta dzikir
Hujan ini penanda terbukanya pintu langit
Agar sebentuk gurat syukur dihati terbersit
Rasa antara nikmat dan sadar mesti terkait
Tempatkan kemurahan sebagai pelapang sempit
Aliri kembali pundi harta dengan membuka sedikit
Dibagi, sesungguhnya begitu jauh dari arti dikurangi
Ikhlas memberi, dengan kelembutan kalbu menggenangi
Luaskan rizqi seraya biarkan kikir terus disiangi
Entah, tak ingin mendekap satu dunia tuk disenangi
Perlahan menepis nafsu, tak henti diperangi
Antarkan bias keridhoan-Nya esok melebihi pelangi
Sebab tak memberat harta dilepas setelah lama mendatangi
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan ia akan memperoleh pahala yang banyak (Al-Hadid: 11)."
BINGUNG
Sejenak mengikat hati
Sejenak kemudian melepaskan mimpi
Mencoba mengikat seseorang
Namun mencoba pula melepas segala kenang
Hanya karena salah paham
Semesta berubah kelam
Hanya mencari dan mengetahui
Namun justru melukai hati
Apakah ini caraku, ataukah ini caramu
Namun jelas kita sama tak tahu..
Sabtu, 05 November 2011
Hukum Syair, Puisi, atau Sajak dalam Islam
Syair merupakan salah satu dari berbagai macam puisi lama. Menurut sejarahnya, syair berasal dari negara Iran (awalnya dikenal dengan sebutan Persia). Kata syair itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Syu'ur, yang berarti perasaan. Lambat laun kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi jika dijabarkan secara umum. Dalam dunia sastra Melayu, termasuk yang berkembang di Indonesia saat ini, syair dipahami sebagai puisi secara umum.
Berikut ini adalah pengertian puisi menurut beberapa ahli:
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan pemikiran penulisnya, yang disusun dengan berbagai keterikatan, baik jumlah bait, larik, maupun rima yang dihasilkan dan pada akhirnya menciptakan sebuah keindahan estetika dalam perasaan pembacanya.
Sajak adalah juga salah satu jenis karya sastra yang juga dimaknai seperti puisi. Hanya saja bentuknya lebih bebas dan tidak lagi terikat oleh keteraturan bait, larik, atau rima. Bentuk sajak tergantung pada penulisnya. Namun sajak bukanlah sesuatu yang hanya ditulis asal-asalan. H.B. Jassin, menjelaskan bahwa sajak adalah suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata. Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran yang dapat menjadi renungan masyarakat. Hal yang hampir serupa diungkapkan oleh Abdul Hadi W.M., beliau mengatakan bahwa sajak ditulis untuk mencari kebenaran. Beliau juga menambahkan bahwa dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara batiniah. Oleh sebab itu menurut beliau, di dalam sajak harus ada gagasan dan keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
Dalam ajaran Islam, tidak ada larangan untuk menulis syair, puisi, ataupun sajak.
Allah SWT berfirman:
وَالشُّعَرَاء يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ. أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ. وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لا يَفْعَلُونَ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 224-227)
Dalam hadist dibawah ini juga dijelaskan diperbolehkannya menulis dan membaca syair.
إِنَّ مِنْ الشِّعْرِ حِكْمَةً
“Sesungguhnya di antara syair itu ada yang merupakan hikmah.” (HR. Al-Bukhari no. 6145)
Dari Al-Bara` bin ‘Azib radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Hassan bin Tsabit pada perang Quraizhah:
اهْجُ الْمُشْرِكِينَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ مَعَكَ
“Seranglah kaum musyrikin (dengan syairmu), karena Jibril bersamamu.” (HR. Al-Bukhari no. 6153 dan Muslim no. 2486)
Namun, meskipun demikian. ada satu hadist yang meriwayatkan tentang keburukan dalam bersyair (baik membaca ataupun menulis).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا يَرِيهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا
“Sesungguhnya perut salah seorang di antara kalian penuh dengan nanah hingga merusak ususnya, itu lebih baik daripada perutnya penuh dengan syair (sajak).” (HR. Al-Bukhari no. 6154 dan Muslim no. 2258)
Maksud dari hadist diatas adalah kita boleh saja bersyair, tapi jangan terlalu sering, sampai membuat kita lupa mengkaji dan mempelajari Al-Qur'an serta sumber2 ilmu agama yang lain.
Kesimpulannya, kita sebagai umat islam diperbolehkan menulis atau membaca syair yang berisi kebaikan dan ajakan membentuk akhlaq yang lebih baik. Syair itu baik jika dapat melembutkan hati dan menanamkan perilaku positif terhadap pembacanya, terlebih lagi yang dapat meningkatkan ketaqwaan seseorang. Tetapi kita harus ingat bahwa kita juga tidak diperbolehkan terlalu sering menulis atau membaca puisi, karena mengkaji ilmu2 agama dalam Al-Qur'an dan hadist lebih diutamakan.
Berikut ini adalah pengertian puisi menurut beberapa ahli:
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan pemikiran penulisnya, yang disusun dengan berbagai keterikatan, baik jumlah bait, larik, maupun rima yang dihasilkan dan pada akhirnya menciptakan sebuah keindahan estetika dalam perasaan pembacanya.
Sajak adalah juga salah satu jenis karya sastra yang juga dimaknai seperti puisi. Hanya saja bentuknya lebih bebas dan tidak lagi terikat oleh keteraturan bait, larik, atau rima. Bentuk sajak tergantung pada penulisnya. Namun sajak bukanlah sesuatu yang hanya ditulis asal-asalan. H.B. Jassin, menjelaskan bahwa sajak adalah suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata. Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran yang dapat menjadi renungan masyarakat. Hal yang hampir serupa diungkapkan oleh Abdul Hadi W.M., beliau mengatakan bahwa sajak ditulis untuk mencari kebenaran. Beliau juga menambahkan bahwa dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara batiniah. Oleh sebab itu menurut beliau, di dalam sajak harus ada gagasan dan keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
Dalam ajaran Islam, tidak ada larangan untuk menulis syair, puisi, ataupun sajak.
Allah SWT berfirman:
وَالشُّعَرَاء يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ. أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ. وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لا يَفْعَلُونَ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 224-227)
Dalam hadist dibawah ini juga dijelaskan diperbolehkannya menulis dan membaca syair.
إِنَّ مِنْ الشِّعْرِ حِكْمَةً
“Sesungguhnya di antara syair itu ada yang merupakan hikmah.” (HR. Al-Bukhari no. 6145)
Dari Al-Bara` bin ‘Azib radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Hassan bin Tsabit pada perang Quraizhah:
اهْجُ الْمُشْرِكِينَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ مَعَكَ
“Seranglah kaum musyrikin (dengan syairmu), karena Jibril bersamamu.” (HR. Al-Bukhari no. 6153 dan Muslim no. 2486)
Namun, meskipun demikian. ada satu hadist yang meriwayatkan tentang keburukan dalam bersyair (baik membaca ataupun menulis).
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا يَرِيهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا
“Sesungguhnya perut salah seorang di antara kalian penuh dengan nanah hingga merusak ususnya, itu lebih baik daripada perutnya penuh dengan syair (sajak).” (HR. Al-Bukhari no. 6154 dan Muslim no. 2258)
Maksud dari hadist diatas adalah kita boleh saja bersyair, tapi jangan terlalu sering, sampai membuat kita lupa mengkaji dan mempelajari Al-Qur'an serta sumber2 ilmu agama yang lain.
Kesimpulannya, kita sebagai umat islam diperbolehkan menulis atau membaca syair yang berisi kebaikan dan ajakan membentuk akhlaq yang lebih baik. Syair itu baik jika dapat melembutkan hati dan menanamkan perilaku positif terhadap pembacanya, terlebih lagi yang dapat meningkatkan ketaqwaan seseorang. Tetapi kita harus ingat bahwa kita juga tidak diperbolehkan terlalu sering menulis atau membaca puisi, karena mengkaji ilmu2 agama dalam Al-Qur'an dan hadist lebih diutamakan.
Jumat, 04 November 2011
Kusentuh nuansa baru
Nuansa baru
laburi pikiranku
senandung tangisan
himpitan luka dan bencana
seakan jadi bagian
nuansa yang kureguk baru saja
tawa canda
betapa mahalnya
buat cinta alam semesta
kita senyum
tertawa bahagia
tapi bila Ia merenggutnya
seakan dunia hanya sepotong bias
lara
tentu saja
hidup bisa sesuka kita
cita cita bisa seindah bianglala
namun perjuangan tetaplah
harus digjaya
bila kita tak mau terpedaya
lama tak kusapa
bunga kupu penuh cinta
biarlah hidup
dalam balutan kasihku mesra
kan kubawa kenangan indah
dalam surga indraloka
tempat kuraih bintang cita dan asa
Jakarta, 021111
Ain Saga
laburi pikiranku
senandung tangisan
himpitan luka dan bencana
seakan jadi bagian
nuansa yang kureguk baru saja
tawa canda
betapa mahalnya
buat cinta alam semesta
kita senyum
tertawa bahagia
tapi bila Ia merenggutnya
seakan dunia hanya sepotong bias
lara
tentu saja
hidup bisa sesuka kita
cita cita bisa seindah bianglala
namun perjuangan tetaplah
harus digjaya
bila kita tak mau terpedaya
lama tak kusapa
bunga kupu penuh cinta
biarlah hidup
dalam balutan kasihku mesra
kan kubawa kenangan indah
dalam surga indraloka
tempat kuraih bintang cita dan asa
Jakarta, 021111
Ain Saga
Kamis, 03 November 2011
Untukmu, Ibu
Seribu warna dalam bias bening penglihatan
Tak kan pernah cukup tuk sekedar menjelaskan
Jejak-jejak makna yang tertorehkan kehidupan
Melalui derai kasih nan mengalir wujud keabadian
Denyut nadi ini seirama dengan tiap hela nafasmu
Jauh sebelum dunia mulai menyapa tuk bertemu
Bahkan saat mentari menyibakkan awan jadi semu
Tak terasa lebih hangat sinarnya dari selimutmu
Dirajut helai demi helai dari benih sebentuk cinta
Perlahan membalut beku nuansa tanpa diminta
Ketika perjalanan tertunda oleh arah tak tertata
Kan terbuka peneduh paling nyaman didepan mata
Tak kan lama aku bercengkrama dengan tangis
Sebab lembut jemarinya segera buat gundah terkikis
Ketika kelabu bertandang pada kanvas yang kulukis
Penuh kesabaran tinta emas miliknya coba menepis
Ibu, tak pernah kumengerti nyata dari kebahagiaan
Sebelum terpatri dalam ingatan sekuntum senyuman
Yang merekah di ayu paras penuh damai pancaran
Terus berbunga ditaman suramku jadi terang harapan
Ibu, kerap kali naif diri membeban pundakmu rasa lelah
Namun tak sekalipun jadi alasan bagimu berkeluh kesah
Tanamkan dikalbu bahwa jiwa raga ini tiada pernah lemah
Hingga dalam tiap perjuangan tidak pula kukenal kata kalah
Meski segala dayaku satukan seisi bumi sebagai bingkisan
Tak jua cukup ucap terima kasih dalam lubuk terungkapkan
Untukmu kini coba ku ubah nyata sulaman sketsa impian
Yang ku rangkai dari keteguhanmu meyakini indah masa depan
Tak kan pernah cukup tuk sekedar menjelaskan
Jejak-jejak makna yang tertorehkan kehidupan
Melalui derai kasih nan mengalir wujud keabadian
Denyut nadi ini seirama dengan tiap hela nafasmu
Jauh sebelum dunia mulai menyapa tuk bertemu
Bahkan saat mentari menyibakkan awan jadi semu
Tak terasa lebih hangat sinarnya dari selimutmu
Dirajut helai demi helai dari benih sebentuk cinta
Perlahan membalut beku nuansa tanpa diminta
Ketika perjalanan tertunda oleh arah tak tertata
Kan terbuka peneduh paling nyaman didepan mata
Tak kan lama aku bercengkrama dengan tangis
Sebab lembut jemarinya segera buat gundah terkikis
Ketika kelabu bertandang pada kanvas yang kulukis
Penuh kesabaran tinta emas miliknya coba menepis
Ibu, tak pernah kumengerti nyata dari kebahagiaan
Sebelum terpatri dalam ingatan sekuntum senyuman
Yang merekah di ayu paras penuh damai pancaran
Terus berbunga ditaman suramku jadi terang harapan
Ibu, kerap kali naif diri membeban pundakmu rasa lelah
Namun tak sekalipun jadi alasan bagimu berkeluh kesah
Tanamkan dikalbu bahwa jiwa raga ini tiada pernah lemah
Hingga dalam tiap perjuangan tidak pula kukenal kata kalah
Meski segala dayaku satukan seisi bumi sebagai bingkisan
Tak jua cukup ucap terima kasih dalam lubuk terungkapkan
Untukmu kini coba ku ubah nyata sulaman sketsa impian
Yang ku rangkai dari keteguhanmu meyakini indah masa depan
Selasa, 01 November 2011
Tak Satupun Menjadi Sempurna
Jika hati adalah sebongkah baja
Biar dipahat pelan, teruskan saja
Mesti tajam tatah dibuat sengaja
Maka tak jua ada perih meraja
Namun selubungnya pun lembut
Luruh seketika duka bersambut
Begitu mudahnya luka membarut
Menganga lebar meski coba dibalut
Diletakkan dibalik perisai kaca
Tetapi justru kan semakin terbaca
Tak tersembunyi layaknya arca
Yang hanya diam mendengar cerca
Goresan tiap rasa sakit itu nyata
Bukan gurat-gurat kepalsuan semata
Maka cobalah mengeja tiap kata
Agar lugas bait-bait luka bercerita
Airmata mengalirkan pedih pada celah
Seraya iringan sapa malam tak lagi ramah
Ranting didepan jendelaku penuh amarah
Bergesekan dengan kelam tak memlemah
Bersama perisai, kugantungkan kalbu disana
Walau gemuruh topan tiada henti membahana
Terbang sajalah nanti diantaranya entah kemana
Sebab kumengerti tak satupun menjadi sempurna
"terus mencoba berdamai dengan segala hal yang menyakitkan adalah hal terbaik. Itulah salah satu wujud syukur, sebab dunia kita tak pernah sempurna."
Biar dipahat pelan, teruskan saja
Mesti tajam tatah dibuat sengaja
Maka tak jua ada perih meraja
Namun selubungnya pun lembut
Luruh seketika duka bersambut
Begitu mudahnya luka membarut
Menganga lebar meski coba dibalut
Diletakkan dibalik perisai kaca
Tetapi justru kan semakin terbaca
Tak tersembunyi layaknya arca
Yang hanya diam mendengar cerca
Goresan tiap rasa sakit itu nyata
Bukan gurat-gurat kepalsuan semata
Maka cobalah mengeja tiap kata
Agar lugas bait-bait luka bercerita
Airmata mengalirkan pedih pada celah
Seraya iringan sapa malam tak lagi ramah
Ranting didepan jendelaku penuh amarah
Bergesekan dengan kelam tak memlemah
Bersama perisai, kugantungkan kalbu disana
Walau gemuruh topan tiada henti membahana
Terbang sajalah nanti diantaranya entah kemana
Sebab kumengerti tak satupun menjadi sempurna
"terus mencoba berdamai dengan segala hal yang menyakitkan adalah hal terbaik. Itulah salah satu wujud syukur, sebab dunia kita tak pernah sempurna."
Langganan:
Postingan (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...