Adakah alam menitikkan berkas-berkas sinar
Pada puluhan ribu mata yang mestinya berbinar
Atau sang pemilik hanya bisa melihat kepak camar
Lalu terbersit, tak mungkin meletakkan bersandar
Keindahan sayap-sayap itu dalam sebuah sangkar
Bahkan sehelai dari bulu lepasnya tak terjamah
Meyakini bentangan terlalu tinggi tuk terambah
Mungkin juga percaya langit tidaklah ramah
Terkadang begitu penuh dengan gelegar amarah
Selalu terjatuh lagi menyentuh dinginnya tanah
Lalu tanyakan apa gunanya setengah dari sisa usia
Tiada arti meski menyandang gelar seraya belia
Bagai benang layang-layang ditengah roda dunia
Terhimpit begitu rupa hingga putusnya pun sia-sia
Menjadi serpih kertas kecil diantara layu akasia
Tak terdengar lagi deru gelora jiwa para pemuda
Segilintir yang membakar semangat dalam dada
Pergi, denyut kecintaan pada negeri direlakan tiada
Suara ibu pertiwi pun bukan merupakan sabda
Katanya, kini bumi berputar dengan cara berbeda
Siapa ambil peduli akan penulisan nasib bangsa
Sedang pada generasi ini tak ada satupun tersisa
Sanggahnya, percuma meraut mimpi tanpa kuasa
Tak kan runcing, bahkan segera patah seperti biasa
Sampai langit berubah hijaupun tak pernah bisa
Hari esok, tak sudi menjemput generasi tanpa impian
Yang merasa nyaman berselimut bayang kegagalan
Menjadi terbiasa dengan lirih senandung ketakutan
Terpaku ditepi samudra memandang nanar ketinggian
Dalihnya, wajar, mereka bukan camar dengan kebebasan
Masa depan, tak tau kemana arah tangan menuju kelak
Tak pasti yang digenggam bila tetap enggan bergerak
Ketidakmampuan jangan jadi alasan mutlak tanpa bertindak
Impian tak pernah serupa kembang kaca begitu mudah retak
Setelah susah diukir tak kan begitu saja hancur berserak
"Pilihan ada ditangan kita sendiri, ingin menjadi GENERASI IMPIAN atau GENERASI TANPA IMPIAN yang tak punya keberanian bermimpi setinggi-tingginya karena takut gagal, mau menjadi optimis dan penuh semangat atau justru pesimis dan mudah menyerah seperti pemuda kebanyakan saat ini?"
Jumat, 28 Oktober 2011
Kamis, 27 Oktober 2011
Melodi Memori
Terdengar kembali getar dawai nyanyian hati
melodi yang semerbak menyanjung jantungku, darahku dan juga nadiku
semua yang bernafas tentangmu aku suka
kurindui sampai fajar berhenti lelap dan memerahkan alam dengan jingga mentarinya
ataukah aku yang terlalu terbata
membaca warna di singgasana jiwa?
Atau kuncup yang dulu bertunas
lalu sekarang mekar dewasa
tak bisa lagi ku simpan dalam aksara?
Entah beribu kali rinai hujanku mencoba membasuhnya.
Membuangnya diam diam
agar tiada tersisa di seroja kata
biar ia tersaput kabut dini hari yang bertaburan bak kejora
saat angin dingin menerpa alam
aku tak ingat kapan segalanya
jadi selaksa getar
jadi pekikan tertahan seperti
ikan kecil kehausan
dan aku memberinya embun pagi ke mulutnya yang mungil
ia tampak gembira
melihat bintang cinta
dalam senyum yang tak lagi berdarah karena musim memucatkan lekuknya.
Aku diam dalam seribu kata
namun dadaku terguyur doa doa semesta
dari semua yang kumaknai cinta
mereka memeluk aku penuh percaya
bahwa suatu hari nanti
ku akan kembali membidik sempurna
rasa penuh keindahan
dari sesosok insan
yang tercinta.
Terukir permata dalam lubuk
tak bernama.
Siapakah dia?
hanya Dia yang maha segala.
Tahu dan faham jawabnya.
Aku hanya sebutir debu getir di
nuansa takdirNya.
Aku lemah dalam pinta.
Jakarta, 271011
Ain Saga
melodi yang semerbak menyanjung jantungku, darahku dan juga nadiku
semua yang bernafas tentangmu aku suka
kurindui sampai fajar berhenti lelap dan memerahkan alam dengan jingga mentarinya
ataukah aku yang terlalu terbata
membaca warna di singgasana jiwa?
Atau kuncup yang dulu bertunas
lalu sekarang mekar dewasa
tak bisa lagi ku simpan dalam aksara?
Entah beribu kali rinai hujanku mencoba membasuhnya.
Membuangnya diam diam
agar tiada tersisa di seroja kata
biar ia tersaput kabut dini hari yang bertaburan bak kejora
saat angin dingin menerpa alam
aku tak ingat kapan segalanya
jadi selaksa getar
jadi pekikan tertahan seperti
ikan kecil kehausan
dan aku memberinya embun pagi ke mulutnya yang mungil
ia tampak gembira
melihat bintang cinta
dalam senyum yang tak lagi berdarah karena musim memucatkan lekuknya.
Aku diam dalam seribu kata
namun dadaku terguyur doa doa semesta
dari semua yang kumaknai cinta
mereka memeluk aku penuh percaya
bahwa suatu hari nanti
ku akan kembali membidik sempurna
rasa penuh keindahan
dari sesosok insan
yang tercinta.
Terukir permata dalam lubuk
tak bernama.
Siapakah dia?
hanya Dia yang maha segala.
Tahu dan faham jawabnya.
Aku hanya sebutir debu getir di
nuansa takdirNya.
Aku lemah dalam pinta.
Jakarta, 271011
Ain Saga
Bukan caraku
Bukan caraku menusukmu dari belakang
tapi cukup tersenyum dalam doaku
bukan caraku juga mengetuk kemarahan
namun cukup kunyalakan lentera pengertian
andaikan kau dan mereka tetap tak bisa diam
mengusik tapaku dan lingkaran keberanian
mungkin aku akan menjauh dari wangi tawamu
atau kubiarkan kau berlabuh dalam lautan hatiku
tanpa ku merasa perlu menggoda mimpimu
ada saat saat ku sangat ramah
ada saat ku berubah
seperti musim salju yang beku
di jemari waktu
aku pun bergerak mencari tandaku
kenangan tempatku lelap tanpa gelombang
tanpa riak ombak yang kau labuhkan cuma cuma
karena sesungguhnya aku tak punya siapa siapa
kecuali Dia yang segala maha
tempat kutenun pinta
dan kuluruhkan noda dosa.
Cuma itu aku menujuNya.
Sebanyak apapun nada lagu bersuara.
Biarlah berlalu.tanpa harap dan asa menujumu.
Karena bukan itu mauku.
Bukan itu inginku.
Jakarta, 261011
Ain Saga
tapi cukup tersenyum dalam doaku
bukan caraku juga mengetuk kemarahan
namun cukup kunyalakan lentera pengertian
andaikan kau dan mereka tetap tak bisa diam
mengusik tapaku dan lingkaran keberanian
mungkin aku akan menjauh dari wangi tawamu
atau kubiarkan kau berlabuh dalam lautan hatiku
tanpa ku merasa perlu menggoda mimpimu
ada saat saat ku sangat ramah
ada saat ku berubah
seperti musim salju yang beku
di jemari waktu
aku pun bergerak mencari tandaku
kenangan tempatku lelap tanpa gelombang
tanpa riak ombak yang kau labuhkan cuma cuma
karena sesungguhnya aku tak punya siapa siapa
kecuali Dia yang segala maha
tempat kutenun pinta
dan kuluruhkan noda dosa.
Cuma itu aku menujuNya.
Sebanyak apapun nada lagu bersuara.
Biarlah berlalu.tanpa harap dan asa menujumu.
Karena bukan itu mauku.
Bukan itu inginku.
Jakarta, 261011
Ain Saga
Rinai tangisanku
Mendung kembali membayang
di sudut jalanku terpanah gelombang
berderai rinai tangisan
takkan bisa memaafkan semua perasaan
keadaan yang kerap menafsirkan
suara kegetiran diantara suka cita
yang kita rasakan.
Biarkan ia menyemai bibit bibit kesabaran
di setiap tepian terhampar
luas dan tak terjabar logika kota.
Jakarta, 261011
Ain Saga
di sudut jalanku terpanah gelombang
berderai rinai tangisan
takkan bisa memaafkan semua perasaan
keadaan yang kerap menafsirkan
suara kegetiran diantara suka cita
yang kita rasakan.
Biarkan ia menyemai bibit bibit kesabaran
di setiap tepian terhampar
luas dan tak terjabar logika kota.
Jakarta, 261011
Ain Saga
Rabu, 26 Oktober 2011
Tujuh Penadah Airmata Langit
Coba kususun berjajar tujuh buah gelas
Meletakkannya tepat ditepi kanan teras
Nanti, saat airmata langit menetes deras
Menerima kesejukan dari sisa tempias
Satu diantara mereka menyimpan syukur
Yang akan kureguk saat jatuh tersungkur
Mengingat betapa akrabnya ego membaur
Menyanding kepuasan diri bak tolok ukur
Ada pula yang mempersilahkan bulir akal
Tuk diteguk ketika terhadang oleh aral
Agar sekuat diri memperlebar tiap jengkal
Jauhkan langkah menerobos jalan terjal
Tak tertinggal ia yang menahan repih senyum
Penawar getir dari secuil duka yang dikulum
Seketika berubah manis laksana buah ranum
Sebelum lembar kelopak jiwa mulai mengalum
Disampingnya ada yang meyambut kedamaian
Diramu sebagai madu disela pahit kehidupan
Yang tercipta dari butir-butir ketidakpuasan
Sebab sejak mula hanya tercipta ketidakadilan
Kemudian yang lain menyiapkan keikhlasan
Tuk dipintal menjadi benang-benang kelembutan
Dirajut seindah mungkin sebagai helai pakaian
Dikenakan bersama penerimaan akan kekurangan
Lalu yang lain lali gigih menjamu sikap optimis
Tuk diseduh saat mata tak bisa hentikan tangis
Hangatkan raga jika pada dinding beku tertepis
Kuatkan diri mendekap caya mentari berlapis
Dipenghujung, gelas ketujuh terima kebahagiaan
Kan disimpan sebagai puncak segala jamuan
Ketika temukan titik tertinggi sebuah pencapaian
Saat kemilau hari esok menutup alur perjalanan
Meletakkannya tepat ditepi kanan teras
Nanti, saat airmata langit menetes deras
Menerima kesejukan dari sisa tempias
Satu diantara mereka menyimpan syukur
Yang akan kureguk saat jatuh tersungkur
Mengingat betapa akrabnya ego membaur
Menyanding kepuasan diri bak tolok ukur
Ada pula yang mempersilahkan bulir akal
Tuk diteguk ketika terhadang oleh aral
Agar sekuat diri memperlebar tiap jengkal
Jauhkan langkah menerobos jalan terjal
Tak tertinggal ia yang menahan repih senyum
Penawar getir dari secuil duka yang dikulum
Seketika berubah manis laksana buah ranum
Sebelum lembar kelopak jiwa mulai mengalum
Disampingnya ada yang meyambut kedamaian
Diramu sebagai madu disela pahit kehidupan
Yang tercipta dari butir-butir ketidakpuasan
Sebab sejak mula hanya tercipta ketidakadilan
Kemudian yang lain menyiapkan keikhlasan
Tuk dipintal menjadi benang-benang kelembutan
Dirajut seindah mungkin sebagai helai pakaian
Dikenakan bersama penerimaan akan kekurangan
Lalu yang lain lali gigih menjamu sikap optimis
Tuk diseduh saat mata tak bisa hentikan tangis
Hangatkan raga jika pada dinding beku tertepis
Kuatkan diri mendekap caya mentari berlapis
Dipenghujung, gelas ketujuh terima kebahagiaan
Kan disimpan sebagai puncak segala jamuan
Ketika temukan titik tertinggi sebuah pencapaian
Saat kemilau hari esok menutup alur perjalanan
Cinta, Tanpa Sempat Terungkap
Mendaki puncak tertinggi dari kaki gunung ini sendiri
Sekedar menitipkan tangisku sebelum awan berlari
Menuju hamparan gersang bersama kesunyian mengitari
Telah lama diabaikan karena terlalu terik mentari
Padang panas nan luas itu jelas terbentuk pada sebuah hati
Laksana pijakan penuh retak bagi penggalan kota mati
Derasnya hujan pun kan sia-sia terserap musnah terselimuti
Harapan ialah serpihan yang harus dibayar sebagai upeti
Sejenak menyusun doa-doa kecil merajut sehelai pinta
Agar kembali terbasahi setiap jengkal tempat itu dengan airmata
Bukan kemudian menjadi udara yang menghilang tanpa berkata
Hingga sekali lagi terbukalah pucuk-pucuk asa juga cinta
Namun anginnya lamban pun meniup awan dengan lambat
Kembalilah ia menumpahkan tetes duka teramat sangat
Jauh disana, ada sekilas kesejukan tengah lembut tertambat
Lebih dulu sampai, sebelum bulir rasa kalbuku merapat
Berjuta warna dari mahkota cinta tengah elok bermekaran
Tapi bukan terambil dari benih ketulusan yang kusematkan
Kering jiwamu tersentuh olehnya dengan wujud kebahagiaan
Tanpa sempat terungkap segenap isi benakku terus tersimpan
Gelitik Rindu
Dalam hatiku yang beku
ada serabut bayangmu
mengendap tenang seakan tak ingin
mengganggu udara yang kuhirup
tak urung ku sentuhmu dalam
alunan doaku
berharap kau pergi dengan tenang
saat bayangku datang
membawa serabut impian.
Tak terkatakan
terlukiskan.
bila kelopak tak lagi merah dadu
kan kubasuh seluruh kenangan
meski tetap menjelma kerinduan
ku akan pejamkan matahati
dan berharap sentuhan kasihmu
membantuku menyayangimu
meski dengan cara yang tak kuduga
tak apa.
Karena kau bukan seorang dewa
dalam mata bathinku yang peka.
Rindu pun memeluk rasaku sempurna.
Seperti rinai hujan yang kini menjadi berhamburan berkasih sayang
dengan penghuni bumi.
Alam terlalu jujur mengajarkan
sedang kita hanya mengumbar keluhan.
Itu yang kini kusesali.
ada serabut bayangmu
mengendap tenang seakan tak ingin
mengganggu udara yang kuhirup
tak urung ku sentuhmu dalam
alunan doaku
berharap kau pergi dengan tenang
saat bayangku datang
membawa serabut impian.
Tak terkatakan
terlukiskan.
bila kelopak tak lagi merah dadu
kan kubasuh seluruh kenangan
meski tetap menjelma kerinduan
ku akan pejamkan matahati
dan berharap sentuhan kasihmu
membantuku menyayangimu
meski dengan cara yang tak kuduga
tak apa.
Karena kau bukan seorang dewa
dalam mata bathinku yang peka.
Rindu pun memeluk rasaku sempurna.
Seperti rinai hujan yang kini menjadi berhamburan berkasih sayang
dengan penghuni bumi.
Alam terlalu jujur mengajarkan
sedang kita hanya mengumbar keluhan.
Itu yang kini kusesali.
Jejak musafir
Padang tandus gersang
seakan menjadi warna aral
tersendiri
tak hanya fatamorgana
bahkan halimun pun mengaduh peluhmu
menampar setiap titis asa yang tersandang di atas pundakmu
ada segumpal warna luka kurasakan di detak nadimu
tapi dunia tak selalu akan memberi senyum melati untukmu
kau bahkan kadang harus melupakan jejak rindu
akan indahnya nyanyian kampung halaman
semua bayang menjadi begitu berarti
teramat berarti
saat saat kau tercekam dalam sepi
atau tergores sepotong duri
tak ada tempat yang bisa buatmu tenang
selain mengambil air suci nan bening
dan kau adukan hati pada Illahi Robby...
Hanya Dia yang akan mengerti..
Apa warna yang akan terjadi.kini, esok dan nanti.
Perjalanan musafir yang tinggalkan tapak jalan ini.
Takkan ku lepas meski duri mengelupas pori.
Aku terbiasa luka
Jakarta, 261011
Selalu begitu
Mungkin kau adalah salah satu
warna yang menggores ceritaku
tatkala tinta ini masih baru
biru menajamkan paras pulasmu
menyanyi di kurun waktu
tak kenal kata jemu
mungkin seribu kemelutmu
akan sulutkan merah dalam aksaraku
buih tawa tertahan dalam gelombang
menahan rasa sakitku
untuk sekedar menarikan lentik jemari ini
di lembaran penuh tanda tanya
tak selamanya warnamu
menjadi warnaku
kadang cuaca mengebirinya saat senja datang
mengungkap ending penuh kesan
tapi terkadang juga kau sendiri
memaki pelangi
untuk patuh pada bingkai egomu
katakan apa arti semua ini
bila hanya tajam tinta tercecer
di lembah noda
doasa dosa maya yang tak habis kan kau pahami
selain dengan kesucian wudhumu
setiap waktu
membasuhnya kembali tawar
kembali biru.
Sebiru hati yang tak ingin kau
pergi hanya karena kita berbeda.
Entah apa warna pikiranmu.
Tentang aku.
Tak ingin ku hias jadi misteri
di kabut yang berlapis tanya.
Karena kita tak lebih hanya lakon sebuah dongeng fantasi
tak jua menjadi nyata
selain dengan kuasa kasih sayangNya
yang kerap kita lupa merawatnya
dengan sempurna.
Dengan sempurna.
Jakarta, 241011
Pergi
Mungkin mimpiku telah pergi
Sisakan kenangan indah yang tak dapat ku lupakan
Dan kenangan indah itu adalah saat bersamamu
Kini semua telah pergi
Aku tak bisa lagi melihatmu
Kau pergi tanpa alasan yang jelas
Membuatku bingung dan hati bertanya-tanya
Mengapa sekarang tak ada kabar?
Dimana dirimu berada?
Sungguh ku ingin ikut bersamamu
Harusnya kau juga bawa aku pergi bersamamu
Karena kau adalah separuh jiwaku
Aku akan setia menantimu kembali
Aku janji
Kembalilah padaku wahai kasih
Jangan kau pergi lagi
Aku merindumu
Aku sepi bila kau tak ada
Senin, 24 Oktober 2011
Dalam Diam
Disinilah kubangun sepasang istana pasir
Berdiri meninggi dari sebutir demi sebutir
Agar sempurna menyatu dengan getir
Berdampingan senantiasa disatu pesisir
Biarlah ombak menyapa hingga bibir pantai
Berharap tak tersentuh dibawah bakau menjuntai
Tapi perlahan dindingnya pun kan tetap terurai
Sebab angin terpanggil pula tuk dapat membelai
Hilang singgasanaku yang tak terlalu tinggi
Namun aku tak sedikitpun merasa telah merugi
Sebab rasa yang memahkotai hati lama pergi
Mengarungi lautan lepas mencari tempat berbagi
Mencoba temui dirimu yang ada di seberang pulau
Setelah sekian lama terbuai harum yang memukau
Yang diterbangkan bayu lalu menjelmalah engkau
Sebagai cinta yang menawan jiwaku dalam galau
Tanyalah mengapa kubuat mereka berpasangan
Tak ada alasan kecuali temaniku lewati kesepian
Atau mungkin masih tersembunyi sebuah keinginan
Andai kau sudi jadikan pantaiku sebagai persinggahan
Teramat jauh daratan milikmu tuk bisa kudekati
Sekalipun sampai, apakah yang kan tersisa nanti
Tak satupun dapat kuberi kecuali sekeping hati
Tak berharga, tuk disimpan pun tak kan berarti
Cukuplah aku terima menjadi bayangan dititik semu
Yang segera memudar setelah gemintang saling bertemu
Sesekali kembali dan menyusun istana pasir itu untukmu
Dalam diam memperjelas sketsa keindahanmu tanpa jemu
Berdiri meninggi dari sebutir demi sebutir
Agar sempurna menyatu dengan getir
Berdampingan senantiasa disatu pesisir
Biarlah ombak menyapa hingga bibir pantai
Berharap tak tersentuh dibawah bakau menjuntai
Tapi perlahan dindingnya pun kan tetap terurai
Sebab angin terpanggil pula tuk dapat membelai
Hilang singgasanaku yang tak terlalu tinggi
Namun aku tak sedikitpun merasa telah merugi
Sebab rasa yang memahkotai hati lama pergi
Mengarungi lautan lepas mencari tempat berbagi
Mencoba temui dirimu yang ada di seberang pulau
Setelah sekian lama terbuai harum yang memukau
Yang diterbangkan bayu lalu menjelmalah engkau
Sebagai cinta yang menawan jiwaku dalam galau
Tanyalah mengapa kubuat mereka berpasangan
Tak ada alasan kecuali temaniku lewati kesepian
Atau mungkin masih tersembunyi sebuah keinginan
Andai kau sudi jadikan pantaiku sebagai persinggahan
Teramat jauh daratan milikmu tuk bisa kudekati
Sekalipun sampai, apakah yang kan tersisa nanti
Tak satupun dapat kuberi kecuali sekeping hati
Tak berharga, tuk disimpan pun tak kan berarti
Cukuplah aku terima menjadi bayangan dititik semu
Yang segera memudar setelah gemintang saling bertemu
Sesekali kembali dan menyusun istana pasir itu untukmu
Dalam diam memperjelas sketsa keindahanmu tanpa jemu
Melukis Pelangi
Dalam senyum jinggaku
aku menyapa mentari pagi ini
untuk bersama melukis pelangi
meniti hari yang taburkan beribu
mimpi
di jantung semangatku berlari
rinduku pada tetesan embun pagi
kicau burung bernyanyi merdu
seruling sang gembala sapi
seakan harmoni hidup yang meretaskan sejumput bahagia
kini padangku tak lagi elegi
musim dingin bersemi cerah
bunga bunga pun bermekaran
dalam lagu keindahan
hakikat syukur pada Dia yang
maha menciptakan
hakikat hati yang tunduk
kepada jalan kehambaan
kehidupan pun terus melaju
seiring waktu terus memburu
meninggalkan desau luka di alam
penuh kepalsuan
lupakan
tinggalkan
bila memang tiada berkenan
aku melukis pelangi
di pagi penuh warna berseri
seperti hati yang tak henti bertasbih
mengingat segala yang telah
kureguk bak susu dan madu
Aku bahagia menggenggam asa
dalam jiwa penuh cintaNya
Jakarta, 241011
AIN SAGA
Minggu, 23 Oktober 2011
Percik Bunga Api Warna Merah
Bunga api memantul warna merah
Memercik bukan dari tersulutnya amarah
Meski terbakar tiang penyangga jiwa lemah
Dan segala daya seolah habis dimamah
Kata hati tak bertahan gumamkan jenuh
Pada segenggam nuansa yang mulai rapuh
Menjadi uap bersama panas sepersepuluh
Dari rasa yang tak lagi riuh bergemuruh
Kepulan asap ini lebih dari sekedar pertanda
Engkau bukan lagi yang terindah dalam dada
Tercegah waktu tak bergulir seperti tertunda
Seiring terpaan bimbang kian kuat melanda
Sempat kupercaya kaulah yang terakhir
Sebagai kata penutup untuk semua syair
Yang jemarinya kurapatkan hingga hari berakhir
Penghabisan bagi ribuan kisah yang terukir
Namun kini hanyalah angan tuk dikenang
Disampingmu tak lagi berhembus nafas tenang
Hampir serupa badai makin garang menerjang
Lepaskan tangan ini agar padamu perih tak terulang
"Ditulis atas permintaan sahabat yang saat ini dilanda kebimbangan"
Memercik bukan dari tersulutnya amarah
Meski terbakar tiang penyangga jiwa lemah
Dan segala daya seolah habis dimamah
Kata hati tak bertahan gumamkan jenuh
Pada segenggam nuansa yang mulai rapuh
Menjadi uap bersama panas sepersepuluh
Dari rasa yang tak lagi riuh bergemuruh
Kepulan asap ini lebih dari sekedar pertanda
Engkau bukan lagi yang terindah dalam dada
Tercegah waktu tak bergulir seperti tertunda
Seiring terpaan bimbang kian kuat melanda
Sempat kupercaya kaulah yang terakhir
Sebagai kata penutup untuk semua syair
Yang jemarinya kurapatkan hingga hari berakhir
Penghabisan bagi ribuan kisah yang terukir
Namun kini hanyalah angan tuk dikenang
Disampingmu tak lagi berhembus nafas tenang
Hampir serupa badai makin garang menerjang
Lepaskan tangan ini agar padamu perih tak terulang
"Ditulis atas permintaan sahabat yang saat ini dilanda kebimbangan"
Sabtu, 22 Oktober 2011
Mengais Bukan Mengemis
Mungkinkah merapat seluruh kaki langit
Saat ulur kegelapan jelas nian terbersit
Perselisihan hatipun jadi semakin sengit
Sesaat setelah keputus-asaan menghimpit
Benarkah bumi ini cukup luas tuk dipijak
Tak begitu adanya bagi erangan memekak
Dunia layaknya penempa tindak lebih bijak
Tidaklah benar bagi yang tangisnya semarak
Terlalu sempit tuk sekedar menggeser langkah
Terlampau pasti tak mungkin kan membantah
Dinding antara lapar dan kenyang kian megah
Sebutir nasi saja cukup buat mereka berlelah
Tetapi, bersyukur mereka meski harus mengais
Ditengah gundukan sampah berlumur bau amis
Merasa berkali lebih baik daripada mengemis
Tak pernah merelakan harga diri semakin tipis
Saat ulur kegelapan jelas nian terbersit
Perselisihan hatipun jadi semakin sengit
Sesaat setelah keputus-asaan menghimpit
Benarkah bumi ini cukup luas tuk dipijak
Tak begitu adanya bagi erangan memekak
Dunia layaknya penempa tindak lebih bijak
Tidaklah benar bagi yang tangisnya semarak
Terlalu sempit tuk sekedar menggeser langkah
Terlampau pasti tak mungkin kan membantah
Dinding antara lapar dan kenyang kian megah
Sebutir nasi saja cukup buat mereka berlelah
Tetapi, bersyukur mereka meski harus mengais
Ditengah gundukan sampah berlumur bau amis
Merasa berkali lebih baik daripada mengemis
Tak pernah merelakan harga diri semakin tipis
Ain Saga By Request
Patah Hati Request akun :Entog Mulang
Tak ada yang bisa
buat hatiku kembali tertawa
selain cinta yang kau lukai
kau cantik dan cerdas
seperti tak ada rasa bersalah
kau campakkan hati ini
kau sungguh kejam
merajam laraku
musnahkan genap cita citaku
dan berlalu mencari bunga baru.
Itu saja yang ada dalam ilusiku
unek unek kalbu
Jakarta,221011
Ain Saga
===================
Cahaya Hati Request akun : Dedy Putra Bungsu WRITTEN : ain Saga
Malam minggu kelabu
hujan merambah jendela kamarku
menantimu
wahai kekasih
seakan tak jemu kumerindu
sungguh elok semua data yang kau kirimkan
bagai bertemu rembulan di balik awan
aku memujamu laksana bintang
dan matahari
meski banyak keterbatasan
kau wanita pujaan
dalam gemerlap cahaya yang ku
rasakan.
Jakarta, 221011
Ain saga
====================
Si kembar request :Zya verani written : ain saga
Dua adikku si kembar
bernama Tina dan Tini
berkepang dua
masih bersekolah
sepanjang semester dua
namun mereka sungguhlah nakal
kadang bertengkar
lalu berbaikan
bersekutu
atau merajam waktu
dengan seribu permainan
sejuta tawa dan keindahan
si kembar
yang selalu menawan
dan berbinar bak kejora
di waktu malam
menggemaskan
membingungkan..
Mana cantik
mana manis
tak beda di raut wajah
hanya sifat saling mengalah
akan memperkuat tim berjuan
=====================
Kidung kerinduan Request : akunnya ima
Tak terasa malam kembali bertahta
gelap pun mengukir cerita
dalam doa dan kesyukuran
kudapati lautan udara
bening mengayun waktu
dan serakkan ribuan keindahan
yang kan kau tanam di padang
cinta merah jambu
seperti bernas embun dini hari
jakarta, 221011
ain saga
================
Kado Pernikahan Buat Ummi Request : Astuti indriawati
Di mataku kau laksana bidadari
malaikat penuh kelembutan
balutan kasih sayang penuh ketulusan
telah bertahun kita tak lagi ingat
bahwa rumah kita adalah surga kita
kasih sayang seorang Ummi
akan memberi oase baru
di padang penuh harmoni
tak banyak yang bisa kuberikan
sebagai kado special
atas tertiupnya lilin tanda ikatan sakinah
selamat dan sukses
jakarta,221011
Ain saga
=================
Cinta biru cinta yang baru request : Riska Puspita written : Ain Saga
Setelah dia pergi
hatiku serasa mati
setelah dia pergi
ombak pun tak sanggup kuterjang lagi
semua sepi
semua tersudut mati
sampai pagi menitiskan hangat mentari
kau datang membawa sejuta arti
membelah bimbang hati
dan luka yang pernah hadir
merajai mimpi
meski tak sehebat dirinya
dirimu ternyata kekasih idaman
tempat kulukis biru hati
tempat kuusap warna pelangi
di gelap sepi jalanku ini.
Jakarta, 221011
Ainsaga
Tak ada yang bisa
buat hatiku kembali tertawa
selain cinta yang kau lukai
kau cantik dan cerdas
seperti tak ada rasa bersalah
kau campakkan hati ini
kau sungguh kejam
merajam laraku
musnahkan genap cita citaku
dan berlalu mencari bunga baru.
Itu saja yang ada dalam ilusiku
unek unek kalbu
Jakarta,221011
Ain Saga
===================
Cahaya Hati Request akun : Dedy Putra Bungsu WRITTEN : ain Saga
Malam minggu kelabu
hujan merambah jendela kamarku
menantimu
wahai kekasih
seakan tak jemu kumerindu
sungguh elok semua data yang kau kirimkan
bagai bertemu rembulan di balik awan
aku memujamu laksana bintang
dan matahari
meski banyak keterbatasan
kau wanita pujaan
dalam gemerlap cahaya yang ku
rasakan.
Jakarta, 221011
Ain saga
====================
Si kembar request :Zya verani written : ain saga
Dua adikku si kembar
bernama Tina dan Tini
berkepang dua
masih bersekolah
sepanjang semester dua
namun mereka sungguhlah nakal
kadang bertengkar
lalu berbaikan
bersekutu
atau merajam waktu
dengan seribu permainan
sejuta tawa dan keindahan
si kembar
yang selalu menawan
dan berbinar bak kejora
di waktu malam
menggemaskan
membingungkan..
Mana cantik
mana manis
tak beda di raut wajah
hanya sifat saling mengalah
akan memperkuat tim berjuan
=====================
Kidung kerinduan Request : akunnya ima
Tak terasa malam kembali bertahta
gelap pun mengukir cerita
dalam doa dan kesyukuran
kudapati lautan udara
bening mengayun waktu
dan serakkan ribuan keindahan
yang kan kau tanam di padang
cinta merah jambu
seperti bernas embun dini hari
jakarta, 221011
ain saga
================
Kado Pernikahan Buat Ummi Request : Astuti indriawati
Di mataku kau laksana bidadari
malaikat penuh kelembutan
balutan kasih sayang penuh ketulusan
telah bertahun kita tak lagi ingat
bahwa rumah kita adalah surga kita
kasih sayang seorang Ummi
akan memberi oase baru
di padang penuh harmoni
tak banyak yang bisa kuberikan
sebagai kado special
atas tertiupnya lilin tanda ikatan sakinah
selamat dan sukses
jakarta,221011
Ain saga
=================
Cinta biru cinta yang baru request : Riska Puspita written : Ain Saga
Setelah dia pergi
hatiku serasa mati
setelah dia pergi
ombak pun tak sanggup kuterjang lagi
semua sepi
semua tersudut mati
sampai pagi menitiskan hangat mentari
kau datang membawa sejuta arti
membelah bimbang hati
dan luka yang pernah hadir
merajai mimpi
meski tak sehebat dirinya
dirimu ternyata kekasih idaman
tempat kulukis biru hati
tempat kuusap warna pelangi
di gelap sepi jalanku ini.
Jakarta, 221011
Ainsaga
Hujan hati persahabatan Request akun : Yuliana sugestina Written : Ain Saga
Entah siapa bermula
kau dan aku saling menyapa
merindukan saat jauh
bertanya bila tiada
kau hitam
aku putih
kau tertawa dan aku juga
kita sewarna seirama
kita menjaga dan selalu bersama
dimana cinta kan menyatukan
bila hatiku terjerat persahabatan
sedang kau terlalu diam
dan terkesan tak acuh
padahal peluh terasa jauh
keluh jadi ricuh yang penuh ambisi
pergilah sahabatku
karena ku tak ingin
rasaku tumbuh lebih dalam
dan tak mau singgah
selain dalam cinta yang bukan persahabatan
aku mengusap bening mataku
berharap ini hanya sepenggal mimpi.
Dan kubiarkan semua sepi merajai.meski hanya setitis tentangmu
aku tak berani memilih.
Jakarta, 221011
Ain Saga
kau dan aku saling menyapa
merindukan saat jauh
bertanya bila tiada
kau hitam
aku putih
kau tertawa dan aku juga
kita sewarna seirama
kita menjaga dan selalu bersama
dimana cinta kan menyatukan
bila hatiku terjerat persahabatan
sedang kau terlalu diam
dan terkesan tak acuh
padahal peluh terasa jauh
keluh jadi ricuh yang penuh ambisi
pergilah sahabatku
karena ku tak ingin
rasaku tumbuh lebih dalam
dan tak mau singgah
selain dalam cinta yang bukan persahabatan
aku mengusap bening mataku
berharap ini hanya sepenggal mimpi.
Dan kubiarkan semua sepi merajai.meski hanya setitis tentangmu
aku tak berani memilih.
Jakarta, 221011
Ain Saga
SEPI Request akun: Abimanyu isweriwerigood Written : AIN SAGA
Kuhela nafas panjang
senyumi keadaan
perasaan pun tak kupedulikan
semua kelam
mengerjap kedip mataku pilu
terpagut hening meraja
sepi menjelma
seperti waktu yang beku
terbawa rindu
dan ku tetap termangu
dalam pancaran kenangan
yang hanyutkan sunyi hatiku
karena seseorang yang pernah
tuliskan prasasti
pada namaku dan juga asa terindahku.
Pergi selamanya.
Melebur bara hangat di nadiku
setengah egois.
Aku menganyam waktu
tanpa jeda.
Sepi.
Kuhirup sejengkal mimpi
sebelum jatuh dan kembali
sepi.
Jakarta, 221011
Ain Saga
senyumi keadaan
perasaan pun tak kupedulikan
semua kelam
mengerjap kedip mataku pilu
terpagut hening meraja
sepi menjelma
seperti waktu yang beku
terbawa rindu
dan ku tetap termangu
dalam pancaran kenangan
yang hanyutkan sunyi hatiku
karena seseorang yang pernah
tuliskan prasasti
pada namaku dan juga asa terindahku.
Pergi selamanya.
Melebur bara hangat di nadiku
setengah egois.
Aku menganyam waktu
tanpa jeda.
Sepi.
Kuhirup sejengkal mimpi
sebelum jatuh dan kembali
sepi.
Jakarta, 221011
Ain Saga
RINDU BERJARAK Request akun: Andrean Al-Adnan written : AIN SAGA
Seperti menatap bintang
kau jauh namun selalu bersinar cemerlang
kau sentuhkan satu asa dalam jiwaku yang kerap melara
menunggu hadirmu
seperti merindu purnama melintas
di siang terang
apakah jalan ini memang terguris
demikian kelam
ataukah takdir menguji hatiku dan hatimu
untuk tumbuh dan terus mekar
dalam jarak dan waktu
yang tak bisa bertahan
dalam terik dan hujan
aku menyimpan bayanganmu
sendiri
terbalut sepi
di samudera hati
adakah kau dengar wahai cinta?
Aku dan kamu saling merajut setia
diantara keindahan
perasaan dan harapan
saling bergenggaman
mengadukan seribu janji yang tertinggal
dalam kabut rinduku
Jakarta, 221011
Ain Saga
kau jauh namun selalu bersinar cemerlang
kau sentuhkan satu asa dalam jiwaku yang kerap melara
menunggu hadirmu
seperti merindu purnama melintas
di siang terang
apakah jalan ini memang terguris
demikian kelam
ataukah takdir menguji hatiku dan hatimu
untuk tumbuh dan terus mekar
dalam jarak dan waktu
yang tak bisa bertahan
dalam terik dan hujan
aku menyimpan bayanganmu
sendiri
terbalut sepi
di samudera hati
adakah kau dengar wahai cinta?
Aku dan kamu saling merajut setia
diantara keindahan
perasaan dan harapan
saling bergenggaman
mengadukan seribu janji yang tertinggal
dalam kabut rinduku
Jakarta, 221011
Ain Saga
Doa dalam hujan
Oleh Ain Saga
Ya Robb..
Ijinkanlah aku mendekatMu
di saat rinai hujanMu
payungi waktu
ijinkanlah aku menumpahkan genap rindu
mengadukan semua yang elegi
di bentang jalanku dari masa lalu
hingga hari hari sepiku
Ya Robb,
terlalu lama ku tak menyentuh
cintaMu
padahal pelataranku
begitu berserak beledru rindu
terlalu lama
tak kudengar alunan cintaMu
padahal hati dan pikiranku
adalah milikMu
aku pasrah berdiam di mimbar
kasih sayangMu
aku diam di genang airmata
pedihku
kuberharap Engkaulah penjaga hidup dan kehidupanku
kuberharap kau ampuni segala
noda di dalam jelaga hariku
Ya Robb,
rinai hujan berdendang khusyu
aku terisak di pelukan syahdu
tak ingin lagi kuulangi
segala pilu yang basahi putihku.
Aku tenang di cahayaMu
ku ingin jadi bagian keindahanMu
aamiin
Jakarta, 221011
Cahaya senjaku
Aku menatap langit yang berhujan
berharap bumi kan tenang
alam tak lagi suarakan kepedihan
tanah tak kan merekah kehausan
aku berdiri di atas bukit sunyi
menatap sang mentari perlahan melukis semburat jingga
dan memadukannya di helai doa
yang kupunya
aku menikmati semesta
dengan rasa cinta yang sulit kuungkapkan
menyanjungi rerumputan hijau yang tak henti bertasbih
aku merasa penuh debu dalam udara senjaku
namun cahayaNya
mengusap hati dan wajahku
hingga merona di pelukan
waktu.
Malampun tiba dengan kelamnya
dan ku masih terpesona
akan nikmat illahi
tak putus kulantun doa
kubingkiskan pada alam semesta.
Yang menanti warna cerita
di dunia serba maya.
Jakarta, 221011
Suara hujan
Rinai hujan kudengar rawan
meninabobokan alam
mendinginkan semesta kerontang
menabur Rahmat dan irama kesyukuran
hujan..
Datanglah dengan sejuk dan kasih sayang
datanglah dalam pesona sinaran bintang
redupkan kealpaan
redupkan kebimbangan
redupkan terik di musim mencekik asa
terlalu lama kami menangis
bumi meratap
alam bergejolak gelisah
karena dirimu tak hadir di sela dedaunan
di sungai sungai sumber kehidupan
dan diantara rimbun semak belukar
hujan..selamat datang
biarkan kami senang dengan setetes cintaNya di udara kian pekat
di tanah kian gersang.
Biarkan kami sedikit terhibur
dalam kasih sayang di kehidupan
yang keras dan menyimpan semburat kepedihan
biarkan kami mencintaimu..
Hujan..
Jakarta, 221011
Bayang dalam rinai hujan
Tak seperti perkiraanku
langit mendung bergulung pekat
menumpahkan airmatanya ke bumi yang gersang
hanya dengan begitu
alam akan ceria
hijau merona mayapada
serta sungai sungai tersenyum dalam dingin air yang mengaliri bebatuan
tanah tanah meranggas
pepohonan kerontang
seperti muka pesakitan
yang nyaris temui ajal.
Hujan yang tiba tiba datang
merinaikan juga bayangan kepedihan
larutan airmataku yang lama pergi
menyemai kemarau
kini kembali menderas
membedah luka lama
melagukan kidung getir nan dalam.
ataukah hanya hatiku yang teramat rapuh dan perasa
hingga senyum penolakanmu kuartikan kejahatan dalam cinta
Ah..aku buta menafsirkan katamu
buta disudut rindumu
aku buta di setiap gejolak rasamu
yang terlalu paradok dan pahit
tak seperti karedok.
Aku menghela sejenak
dari permainanmu.menepi dan sendiri.
Jakarta, 211011
Ain Saga
Ku Ingin
Arti hadirmu sangat berarti untukmu
Ku ingin kau tahu tentang perasaanku
Bahwa sebenarnya hatiku untukmu
Terlukis indah namamu didinding hatiku
Tak ada hentinya aku memikirkanmu
Kau bagai udara yang ku hirup dalam nafasku
Kau sangat berarti
Ku ingin kau jaga selalu hatimu
Dari cinta lain yang mungkin menggoda
Disini,aku pun akan menjaga hatiku
Demi keutuhan cinta kita
~with love~
Untuk Tiap Hati Yang Tersakiti
Ketika hamparan langit ungu bersemburat
Antara mendung atau malam yang terlihat
Sesungguhnya waktu berjalan bukan kelebat
Meski sering dianggap berlalu terlalu cepat
Telah kudengar rintih dari hati yang terluka
Tersakiti teramat dalam hingga luruh terleka
Ditengah derai airmata tiada kunjung terseka
Akhirnya pada mentaripun mata tak memeka
Langit bukanlah berwarna ungu tetapi biru
Hanya penuh tertutup gumpal duka menderu
Mendungpun benar sedang enggan berseru
Namun cerahnya tergulung resah berseteru
Aku tak pernah punya kuasa menafikkan lara
Bukan pula coba menyangkal pedihmu membara
Tapi tiap jiwa selalu punya tempat tuk bermuara
Walau acap kali tersesat saat harus padam lentera
Cinta, memang lebih dari rasa yang penuhi palung kalbu
Namun hanya mengalir, pada ketetapan-Nya bersumbu
Seperti manis yang ditinggalkan pada batang-batang tebu
Kan dikecap setelah coba disuling airnya disebuah bambu
Menderanya sapa perih kala hilang belahan terkasih
Bukan lagi alasan bagi untaian butir asa tuk merepih
Segala yang tertulis tak mesti sekehendak diri dipilih
Harusnya rela biarkan keputusan-Nya mengambil alih
Akan tersambung kembali tiap keping hati yang patah
Bila meletakkannya ditangan Tuhan dengan penuh pasrah
Karna duka diukir dalam diri agar mampu lebih berserah
Menjejaki hidup dengan keyakinan jalan-Nya pasti indah
Antara mendung atau malam yang terlihat
Sesungguhnya waktu berjalan bukan kelebat
Meski sering dianggap berlalu terlalu cepat
Telah kudengar rintih dari hati yang terluka
Tersakiti teramat dalam hingga luruh terleka
Ditengah derai airmata tiada kunjung terseka
Akhirnya pada mentaripun mata tak memeka
Langit bukanlah berwarna ungu tetapi biru
Hanya penuh tertutup gumpal duka menderu
Mendungpun benar sedang enggan berseru
Namun cerahnya tergulung resah berseteru
Aku tak pernah punya kuasa menafikkan lara
Bukan pula coba menyangkal pedihmu membara
Tapi tiap jiwa selalu punya tempat tuk bermuara
Walau acap kali tersesat saat harus padam lentera
Cinta, memang lebih dari rasa yang penuhi palung kalbu
Namun hanya mengalir, pada ketetapan-Nya bersumbu
Seperti manis yang ditinggalkan pada batang-batang tebu
Kan dikecap setelah coba disuling airnya disebuah bambu
Menderanya sapa perih kala hilang belahan terkasih
Bukan lagi alasan bagi untaian butir asa tuk merepih
Segala yang tertulis tak mesti sekehendak diri dipilih
Harusnya rela biarkan keputusan-Nya mengambil alih
Akan tersambung kembali tiap keping hati yang patah
Bila meletakkannya ditangan Tuhan dengan penuh pasrah
Karna duka diukir dalam diri agar mampu lebih berserah
Menjejaki hidup dengan keyakinan jalan-Nya pasti indah
Jumat, 21 Oktober 2011
Sejenak Terdiam Dalam Peristirahatan
Bagai tak bisa menatap mentari hari ini
Hanya terpasung belenggu kehampaan disini
Disudut-sudut kamar yang tertutup tirani
Langkah kakipun memberat seperti terbebani
Bagaimana raga jadi terdiam didalam lubang
Sedang pepohonan diluar memanggil riang
Menari menyambut pagi hingga tiba siang
Dengan sesal kedua mata hanya memandang
Sekali lagi terikat di pekatnya ketidakberdayaan
Mengalah akhirnya membiarkan penundaan
Relakan roda mimpi sejenak berputar pelan
Untuk saat ini saja bergerak sangat perlahan
Esok, ketika seluruh tubuh tak lagi terlalu letih
Kembali mengejar segala yang mestinya diraih
Tinggalkan peristirahatan tanpa harus berselisih
Dengan balut pijar terang semangat yang telah pulih
Hanya terpasung belenggu kehampaan disini
Disudut-sudut kamar yang tertutup tirani
Langkah kakipun memberat seperti terbebani
Bagaimana raga jadi terdiam didalam lubang
Sedang pepohonan diluar memanggil riang
Menari menyambut pagi hingga tiba siang
Dengan sesal kedua mata hanya memandang
Sekali lagi terikat di pekatnya ketidakberdayaan
Mengalah akhirnya membiarkan penundaan
Relakan roda mimpi sejenak berputar pelan
Untuk saat ini saja bergerak sangat perlahan
Esok, ketika seluruh tubuh tak lagi terlalu letih
Kembali mengejar segala yang mestinya diraih
Tinggalkan peristirahatan tanpa harus berselisih
Dengan balut pijar terang semangat yang telah pulih
Menanti Dibalik Pintu Hati
Engkau yang terdiam dibalik pintu hati
Berapa lamakah lagi harus menanti
Serasa ribuan musim terus terlewati
Jutaan kelopak bunga gugur lalu mati
Lebih dari seikat lili senantiasa kugenggam
Berkali layu seiring sang surya tenggelam
Tak mengapa sebab setiaku kian dalam
Meski ditengah bimbangmu diri terbenam
Waktu ini kan tetap seutuhnya milikku
Tak jua terbuang bersama sikapmu nan beku
Laksana merpati tiada beralih ubah laku
Sekali mencinta, selama hidup terpaku
Wahai kekasih yang menempati relung jiwa
Masih kutunggu dirimu tanggalkan kecewa
Luka masa silam biar tenggelam terbawa
Dalam harum ranum kasih baru bersenyawa
"ditulis atas permintaan seorang sahabat yg sedang menanti sekeping hati terbuka untuknya."
Berapa lamakah lagi harus menanti
Serasa ribuan musim terus terlewati
Jutaan kelopak bunga gugur lalu mati
Lebih dari seikat lili senantiasa kugenggam
Berkali layu seiring sang surya tenggelam
Tak mengapa sebab setiaku kian dalam
Meski ditengah bimbangmu diri terbenam
Waktu ini kan tetap seutuhnya milikku
Tak jua terbuang bersama sikapmu nan beku
Laksana merpati tiada beralih ubah laku
Sekali mencinta, selama hidup terpaku
Wahai kekasih yang menempati relung jiwa
Masih kutunggu dirimu tanggalkan kecewa
Luka masa silam biar tenggelam terbawa
Dalam harum ranum kasih baru bersenyawa
"ditulis atas permintaan seorang sahabat yg sedang menanti sekeping hati terbuka untuknya."
Rabu, 19 Oktober 2011
Krisan Kuning Diatas Pusara Jiwa
Krisan kuning diseru sebagai bunga emas
Namun didalamnya bayang luka dikemas
Menjadi rangkaian tangkai yang selaras
Diatas pusara jiwa, jelas kepedihan terbias
Sampaikanlah berita duka pada angkasa luas
Agar lara yang dirasa jiwa sedikit terbilas
Kemarau padang asa tak butuh angin mengipas
Sebab hanya oleh hujan saja dahaga terlepas
Serumpun warna kehilangan kini menghias
Memaksa wajah senyum segera mengelupas
Saatnya tiba mencari, meniti jalanan bergegas
Tuk temukan topeng kedamaian sebagai paras
Dalam acak sketsa cerita ulu kalbu telah terlibas
Hancur berkeping dibawah tajam realita tergilas
Nyatanya bukan balada hidup dimainkan culas
Hanya kekuatan penyangga dirilah mulai meretas
Tak lagi sempurna iringi pandu harapan menapak tilas
Luntur bersama peluh serta tangis mengucur deras
Dengan tinta emas kini kelabu sedang coba dipulas
Karena hari esok tak terlukis hanya dari satu kuas
"Tak ada yang benar2 mudah dalam hidup ini. Semua butuh kerja keras. Dalam tiap sisi, entah itu perjalanan meraih cita atau atau cinta, akan selalu ada aral melintang. Tapi yang terbaik adalah berkali-kali jatuh dan merasakan sakit, namun tak pernah takut untuk kembali bangkit."
Namun didalamnya bayang luka dikemas
Menjadi rangkaian tangkai yang selaras
Diatas pusara jiwa, jelas kepedihan terbias
Sampaikanlah berita duka pada angkasa luas
Agar lara yang dirasa jiwa sedikit terbilas
Kemarau padang asa tak butuh angin mengipas
Sebab hanya oleh hujan saja dahaga terlepas
Serumpun warna kehilangan kini menghias
Memaksa wajah senyum segera mengelupas
Saatnya tiba mencari, meniti jalanan bergegas
Tuk temukan topeng kedamaian sebagai paras
Dalam acak sketsa cerita ulu kalbu telah terlibas
Hancur berkeping dibawah tajam realita tergilas
Nyatanya bukan balada hidup dimainkan culas
Hanya kekuatan penyangga dirilah mulai meretas
Tak lagi sempurna iringi pandu harapan menapak tilas
Luntur bersama peluh serta tangis mengucur deras
Dengan tinta emas kini kelabu sedang coba dipulas
Karena hari esok tak terlukis hanya dari satu kuas
"Tak ada yang benar2 mudah dalam hidup ini. Semua butuh kerja keras. Dalam tiap sisi, entah itu perjalanan meraih cita atau atau cinta, akan selalu ada aral melintang. Tapi yang terbaik adalah berkali-kali jatuh dan merasakan sakit, namun tak pernah takut untuk kembali bangkit."
Untuk hatimu
Hatimu yang demikian beku
selalu mendinginkan rinduku
begitu sulit kutapak waktu
bila hanya udara hampa semu
kuhirup bersama merenggut asaku
aku mencoba bernafas lebih baik
menghindari luka atau bersihkannya
namun tak semudah kata
tak seharum rasa
bayangmu selalu menggoda
airmata pun selalu bicara
retaskan nada sumbang peristiwa
dan penggal kata tiada
seolah semua simalakama
aku terpuruk di sudut cintamu
yang perkasa,
tak pernah akan ku duga.
Karena kau jelaga maya.
Pekat aku memandangnya
pekat!
Jakarta, 191011
Ain SAGa
selalu mendinginkan rinduku
begitu sulit kutapak waktu
bila hanya udara hampa semu
kuhirup bersama merenggut asaku
aku mencoba bernafas lebih baik
menghindari luka atau bersihkannya
namun tak semudah kata
tak seharum rasa
bayangmu selalu menggoda
airmata pun selalu bicara
retaskan nada sumbang peristiwa
dan penggal kata tiada
seolah semua simalakama
aku terpuruk di sudut cintamu
yang perkasa,
tak pernah akan ku duga.
Karena kau jelaga maya.
Pekat aku memandangnya
pekat!
Jakarta, 191011
Ain SAGa
Arung perjalanan
Aku bersimpuh
diatas lafadz kesyukuran
tempat kusemaikan lentera kesepian
kubenamkan lingkaran tuak tangis
dan darah airmata
aku merasa kecil
dihadapanNya yang maha
aku merasa lemah
diantara tegapnya rimbun do'a
biar kularukan semua tawa
dalam buku harianku
dialah penawar rindu dan kelu
Jakarta, 181011
Ain Saga
diatas lafadz kesyukuran
tempat kusemaikan lentera kesepian
kubenamkan lingkaran tuak tangis
dan darah airmata
aku merasa kecil
dihadapanNya yang maha
aku merasa lemah
diantara tegapnya rimbun do'a
biar kularukan semua tawa
dalam buku harianku
dialah penawar rindu dan kelu
Jakarta, 181011
Ain Saga
Selasa, 18 Oktober 2011
Peraduan Sejati
Bukan lagi dengan airmata kumenangis
Hanya diantara susunan bait dan baris
Mendung yang menggelayut dijiwa kulukis
Meski tak butuh panjang aksara ditulis
Berbincang dengan malam itu mudah
Sebentar saja terkuaklah repihan resah
Bila yang dicari adalah arti dari keluh kesah
Kesunyian selalu sempurna jadi penerjemah
Tak cukup jika sekedar diberikan makna
Hanya terjawab segelintir tanya sederhana
Tentang apa dan mengapa ia berada disana
Bukan membuatnya beralih entah kemana
Seonggok gundah tetap diam direlung hati
Meski penghujung waktu acap kali berganti
Hingga penuh bawa diri pada peraduan sejati
Serahkan kepada-Nya sampai nafas terhenti
Hanya diantara susunan bait dan baris
Mendung yang menggelayut dijiwa kulukis
Meski tak butuh panjang aksara ditulis
Berbincang dengan malam itu mudah
Sebentar saja terkuaklah repihan resah
Bila yang dicari adalah arti dari keluh kesah
Kesunyian selalu sempurna jadi penerjemah
Tak cukup jika sekedar diberikan makna
Hanya terjawab segelintir tanya sederhana
Tentang apa dan mengapa ia berada disana
Bukan membuatnya beralih entah kemana
Seonggok gundah tetap diam direlung hati
Meski penghujung waktu acap kali berganti
Hingga penuh bawa diri pada peraduan sejati
Serahkan kepada-Nya sampai nafas terhenti
Senin, 17 Oktober 2011
Tentang Cinta
Berapa banyak pujangga bicara tentang cinta
Kemudian munuangkannya dalam tetes tinta
Dilukiskannya riuh rasa itu dalam ramai cerita
Menuntun banyak hati memahat ribuan kata
Tiada yang kan peduli bagaimana lisan terbata
Asal dihadapan yang terkasih berbinarlah mata
Sekeping batu hitam pun menjelmakan permata
Kedukaan tak ditelan sebagai seduhan derita
Diatas kuasa yang mana sebenarnya cinta bertahta
Direlung jiwa atau sekedar penutup wajar semata
Hingga kerap raib logika dibawah penanya menggeleta
Membentuk raut murung dari luka dibalik paras jelita
Biarlah aku tak pernah menjadi satu diantara ratusan juta
Yang rela mengulum pahit hanya demi kesejatian pecinta
Sebab bukan lagi cinta bila yang diteguk selalu airmata
Karena setiap kalbu berhak atas kedamaian isi semesta
Tiada guna jika ditaman milik sendiri ditebarkan benih dusta
Tentang eloknya kuncup rasa meski tumbuh ditengah sengketa
Tetap saja itu bukan keindahan justru kesakitan akan merata
Maka lepaskan saja cinta dari genggaman hati yang mulai buta
"Cinta memang adalah anugrah paling indah yang diberikan oleh Yang Maha pengasih dalam hati setiap insan. Namun, bila cinta itu tak terbalas atau telah mulai melukai, jangan lagi menjadi buta dan bertahan dalam rasa sakit dan kepedihan itu atas nama kesetiaan dan ketulusan. Melangkahlah dan temukan wujud cinta yang lebih indah. Karena setiap hati, berhak atas kebahagiaan."
Kemudian munuangkannya dalam tetes tinta
Dilukiskannya riuh rasa itu dalam ramai cerita
Menuntun banyak hati memahat ribuan kata
Tiada yang kan peduli bagaimana lisan terbata
Asal dihadapan yang terkasih berbinarlah mata
Sekeping batu hitam pun menjelmakan permata
Kedukaan tak ditelan sebagai seduhan derita
Diatas kuasa yang mana sebenarnya cinta bertahta
Direlung jiwa atau sekedar penutup wajar semata
Hingga kerap raib logika dibawah penanya menggeleta
Membentuk raut murung dari luka dibalik paras jelita
Biarlah aku tak pernah menjadi satu diantara ratusan juta
Yang rela mengulum pahit hanya demi kesejatian pecinta
Sebab bukan lagi cinta bila yang diteguk selalu airmata
Karena setiap kalbu berhak atas kedamaian isi semesta
Tiada guna jika ditaman milik sendiri ditebarkan benih dusta
Tentang eloknya kuncup rasa meski tumbuh ditengah sengketa
Tetap saja itu bukan keindahan justru kesakitan akan merata
Maka lepaskan saja cinta dari genggaman hati yang mulai buta
"Cinta memang adalah anugrah paling indah yang diberikan oleh Yang Maha pengasih dalam hati setiap insan. Namun, bila cinta itu tak terbalas atau telah mulai melukai, jangan lagi menjadi buta dan bertahan dalam rasa sakit dan kepedihan itu atas nama kesetiaan dan ketulusan. Melangkahlah dan temukan wujud cinta yang lebih indah. Karena setiap hati, berhak atas kebahagiaan."
Sepenggal Goresan Pena Hati Arista Putra
kirimkanlah aku sepenggal katamu, yg sebaik permata, seelok mutiara di antara batuan karang, karena aku menyanjungnya dengan seungkap kata indah diantara malam2mu.. namun tak akan aku sembarang bersua, karena tiap2 punya kisah berbeda, ketika tertawa gelisah dan khawatir, sebab aku adalah kalimatmu di ujung penamu.
sesungguhnya liar itu ombak, bergulung bersama gelombang, mengikis batuan terjal nan keras, hingga memukul perahu impian sampai ke tujuan.. tak mungkin berada di depan, tak mampu ke belakang, terus maju demi rotasi, terus bergelut melawan angin.. mka ombakkah engkau??
Serpihan tersisa
Hati..
Adalah tempatku menuangkan bergelas rasa
tentang cinta dan asa
yang lama kupuja
dan terkikis oleh gemuruh luka
cinta
meneguk wangiku dengan ungkap dan makna
dalam diam
dalam sepi
akan tetap menggurat cerita
entah kapan kan kubisa menerka
pintu pintu akan selalu terbuka
dalam tawa dan birunya kata.
Maaf yang sederhana.
Jakarta, 161011
Ain Saga
Adalah tempatku menuangkan bergelas rasa
tentang cinta dan asa
yang lama kupuja
dan terkikis oleh gemuruh luka
cinta
meneguk wangiku dengan ungkap dan makna
dalam diam
dalam sepi
akan tetap menggurat cerita
entah kapan kan kubisa menerka
pintu pintu akan selalu terbuka
dalam tawa dan birunya kata.
Maaf yang sederhana.
Jakarta, 161011
Ain Saga
Lihatlah Hatiku
Betapa indahnya kau dimataku
Kau sempurna untukku
Meski aku tahu tak ada manusia yang sempurna
Bagiku kau sempurna untukku cintai
Lihatlah hatiku
Aku sungguh mencintaimu
Tak ada dusta yang tersembunyi
Percayalah kasih,
Rasa ini tercipta untukmu
Takkan pernah ada niat tuk lukai hatimu
Yang aku inginkan melihatmu bahagia
Sekarang dan selamanya
Dalam Jalan Cinta-Nya
Ada cerita baru yang akan terukir
Sebab aku telah bertemu dengan sang adam
Dia yang akan temani waktuku
Mencintaku hingga akhir menutup mata
Cinta yang dia beri sungguh sempurna
Mampu membawaku dalam jalan cinta-Nya
Dia tak pernah lukai hatiku
Dia sangat mencintai aku
Namun tak berlebih
Cintanya yang sejati bukan untukku
Tapi untuk Tuhan yang telah anugrahkan cinta
Minggu, 16 Oktober 2011
Lelah Ditengah Terpaan Kemelut
Saat berjuta lelah melanda
Kau tuang secawan canda
Agar direguk yang berbeda
Dari pengap nafas didada
Aku teramat sibuk bergelut
Ditengah terpaan kemelut
Bukan tuk menangi salut
Ditiap berdecaknya mulut
Hasrat ini tak serupa tamak
Yang mendiami kalbu serentak
Tiada pula haus puji semerbak
Hanya harus kalahkan gertak
Dipandang selalu lebih rendah
Orang-orang yang dirasa lemah
Padahal hanya sedikit lengah
Lambat waktu dalam berbenah
Masih belum cukup ilmu dunia
Yang ku kais semenjak belia
Telah seperempat abad usia
Masih saja terasa sia-sia
Atau hanya aku tak pandai
Memaknai ilmu yang di pindai
Tetap pencarian tak jua usai
Malah pemahaman kian berai
Kucari sebenar-benar kawan
Tuk jadi penawar kepenatan
Dengan sejuknya rinai senyuman
Hingga tersentuh batas perjalanan
Kau tuang secawan canda
Agar direguk yang berbeda
Dari pengap nafas didada
Aku teramat sibuk bergelut
Ditengah terpaan kemelut
Bukan tuk menangi salut
Ditiap berdecaknya mulut
Hasrat ini tak serupa tamak
Yang mendiami kalbu serentak
Tiada pula haus puji semerbak
Hanya harus kalahkan gertak
Dipandang selalu lebih rendah
Orang-orang yang dirasa lemah
Padahal hanya sedikit lengah
Lambat waktu dalam berbenah
Masih belum cukup ilmu dunia
Yang ku kais semenjak belia
Telah seperempat abad usia
Masih saja terasa sia-sia
Atau hanya aku tak pandai
Memaknai ilmu yang di pindai
Tetap pencarian tak jua usai
Malah pemahaman kian berai
Kucari sebenar-benar kawan
Tuk jadi penawar kepenatan
Dengan sejuknya rinai senyuman
Hingga tersentuh batas perjalanan
Gontai
Salahkah terus bertahan disini
Disudut terdalam ruang nurani
Meski bilik sunyi tak berpenghuni
Tapi enggan beranjak kaki ini
Jika engkau adalah teman hati
Jadikan penggalan waktu berarti
Dengan mencoba tetap mengerti
Aku tak ingin ada yang terganti
Biarlah dari sisiku melihat
Seperti awal mulanya terpahat
Sebab langkahmu yang mesti mendekat
Saat ruas beda mulai mencuat
Tak kan ku ubah letak sudut mata
Tuk kemudian pura-pura buta
Tiada memandang selain cinta
Bukanlah cara redakan sengketa
Harus tetap ku menggenggam logika
Walau tak jarang menautkan duka
Namun inilah caraku terbuka
Bukan tuk merengkuh ego belaka
Lembar kisah ini mesti dimulai
Dari penutup jika kelak usai
Dengan kesiapan kalbu teruntai
Andai tak bisa menyambung yang gontai
Tak ada waktu
Tak ada waktu
mengetuk tawa bersamamu
tak ada waktu
bergurau dalam kata
tak ada waktu
buat serakan rindu di padang cemburu
tak ada waktu
merayu dinding nan beku.
Tak
Jakarta, 161011
Ain saga
mengetuk tawa bersamamu
tak ada waktu
bergurau dalam kata
tak ada waktu
buat serakan rindu di padang cemburu
tak ada waktu
merayu dinding nan beku.
Tak
Jakarta, 161011
Ain saga
Terbenam di ujung penantian
Terbenam ku di ujung jalan
antara cinta dan kebencian
antara sayang dan kesetiaan
selalu rapuhkan semua impian
padamkan getar yang pernah ada
di siluet rasaku dan rasamu
saling menyentuh waktu
dan labuhkan seribu degup yang bertalu
di lintas hari hari biru
akankah semua kan terwujud
hanya Tuhan yang maha tahu.
Jakarta, 161011
Ain Saga
antara cinta dan kebencian
antara sayang dan kesetiaan
selalu rapuhkan semua impian
padamkan getar yang pernah ada
di siluet rasaku dan rasamu
saling menyentuh waktu
dan labuhkan seribu degup yang bertalu
di lintas hari hari biru
akankah semua kan terwujud
hanya Tuhan yang maha tahu.
Jakarta, 161011
Ain Saga
Tak cukup hanya menjadi baik
Tak cukup
hanya menjadi baik
tapi kau juga harus berilmu
berbagilah dengan udara dan air
di alam kehidupanmu
mengertilah
untuk belajar dimengerti juga
tak cuma sekedar baik
tapi kau juga harus berani
memimpin hati
melihat cermin diri
agar tak terinjak duri yang pernah
mengeringkan darah lukamu
agar sempurna bathin mengolah
tawadhu.
Indah..bila kita mampu
menjadi imam dalam hidup kita
yang sebentar.
Manis..bila kita tahu
betapa jalan perjuangan
tak cukup hanya dengan satu kata usang..
Sudahlah..
Karena tiap kata dan jalan
akan punya ceritanya sendiri.
Carilah dalam diri.
Cari dalam budi pekerti.
Apa yang ingin kau cari?
Di hidup yang penuh warna warni
elegi.
Jakarta, 151011
Ain Saga
hanya menjadi baik
tapi kau juga harus berilmu
berbagilah dengan udara dan air
di alam kehidupanmu
mengertilah
untuk belajar dimengerti juga
tak cuma sekedar baik
tapi kau juga harus berani
memimpin hati
melihat cermin diri
agar tak terinjak duri yang pernah
mengeringkan darah lukamu
agar sempurna bathin mengolah
tawadhu.
Indah..bila kita mampu
menjadi imam dalam hidup kita
yang sebentar.
Manis..bila kita tahu
betapa jalan perjuangan
tak cukup hanya dengan satu kata usang..
Sudahlah..
Karena tiap kata dan jalan
akan punya ceritanya sendiri.
Carilah dalam diri.
Cari dalam budi pekerti.
Apa yang ingin kau cari?
Di hidup yang penuh warna warni
elegi.
Jakarta, 151011
Ain Saga
Sabtu, 15 Oktober 2011
Laksana Ombak
Debur ombak dikatakan garang
Ketika telah membelah karang
Entah dengan belaian nan tenang
Atau bersama kuat laju menerjang
Bersandar pada tiupan sang bayu
Tak peduli lain dari bujuk rayu
Jangan melarung sebongkah kayu
Jadi serpih pula akhirnya mendayu
Seperti tarian air diatas lautan
Bukan tak tentu mengambil arahan
Hanya ikuti angin dalam alunan
Terkadang ramah, pun menghanyutkan
Maka jika ingin mengerbang layar
Tak perlu takut akan terdampar
Bila badai datang lalu mengejar
Bertahan andai tak kuasa menghindar
Laksana ombak, hidup dirasa keras
Sedang peluh dan keluh tak terbalas
Meski mampu dan sanggup diri terbatas
Hingga kerap kali raga jatuh terhempas
Seolah tak ada lagi sketsa tampak indah
Kelam memaksa merah tuk menyerah
Tinggallah asap kelabu yang tertumpah
Dari sisa bara semangat padamlah sudah
Memilih hanyut kemudian tenggelam
Membiarkan secercah asa ikut terpejam
Menolak berontak dari kapal yang karam
Karna terlalu jauh harus sampaikan salam
Pulau tempat berlabuh memang tak terlihat
Tersisa hanya perahu dengan dayung terikat
Sedang mereka terlalu kecil takkan kuat
Seakan takkan mendarat hingga akhir hayat
Itulah penglihatan bagi jiwa-jiwa yang kerdil
Mengaku kalah saat sedikit kemudahan diambil
Menjadi lemah hanya karena rintangan secuil
Tak pernah mengijinkan kebesaran-Nya tampil
Sejatinya, jerat keputusasaan itulah musuh
Penghancur bagi sendi-sendi mimpi yang rapuh
Hingga tiap-tiap keyakinan jiwa pun luruh
Sebelum gerbang melintas cita terbangun utuh
Pilar penyangga senyum boleh sejenak remuk
Namun gemuruh harapan harus tetap mengamuk
Menghalau gundah yang mungkin berkecamuk
Jadikan esok lebih indah dari gambaran dilubuk
Ketika telah membelah karang
Entah dengan belaian nan tenang
Atau bersama kuat laju menerjang
Bersandar pada tiupan sang bayu
Tak peduli lain dari bujuk rayu
Jangan melarung sebongkah kayu
Jadi serpih pula akhirnya mendayu
Seperti tarian air diatas lautan
Bukan tak tentu mengambil arahan
Hanya ikuti angin dalam alunan
Terkadang ramah, pun menghanyutkan
Maka jika ingin mengerbang layar
Tak perlu takut akan terdampar
Bila badai datang lalu mengejar
Bertahan andai tak kuasa menghindar
Laksana ombak, hidup dirasa keras
Sedang peluh dan keluh tak terbalas
Meski mampu dan sanggup diri terbatas
Hingga kerap kali raga jatuh terhempas
Seolah tak ada lagi sketsa tampak indah
Kelam memaksa merah tuk menyerah
Tinggallah asap kelabu yang tertumpah
Dari sisa bara semangat padamlah sudah
Memilih hanyut kemudian tenggelam
Membiarkan secercah asa ikut terpejam
Menolak berontak dari kapal yang karam
Karna terlalu jauh harus sampaikan salam
Pulau tempat berlabuh memang tak terlihat
Tersisa hanya perahu dengan dayung terikat
Sedang mereka terlalu kecil takkan kuat
Seakan takkan mendarat hingga akhir hayat
Itulah penglihatan bagi jiwa-jiwa yang kerdil
Mengaku kalah saat sedikit kemudahan diambil
Menjadi lemah hanya karena rintangan secuil
Tak pernah mengijinkan kebesaran-Nya tampil
Sejatinya, jerat keputusasaan itulah musuh
Penghancur bagi sendi-sendi mimpi yang rapuh
Hingga tiap-tiap keyakinan jiwa pun luruh
Sebelum gerbang melintas cita terbangun utuh
Pilar penyangga senyum boleh sejenak remuk
Namun gemuruh harapan harus tetap mengamuk
Menghalau gundah yang mungkin berkecamuk
Jadikan esok lebih indah dari gambaran dilubuk
More Than a Simple Answer
What I have learnt about this life
It's only a bally slice made by the knife
Losing the mind that I couldn't drive
Far away from the place I want to arrive
Just try to account how many tears drop
Within heart breakers I can never crop
It's not about who they bring me a flop
Neither the hard rain that never stop
I'm not sure of every word they wanna tell
If it's a lovely sound or a wishper of hell
Even those soft voices make me feel unwell
How could this sorrow takes them hear the yell
But I couldn't take these people to blame
Though they look at this pain as the game
For a reason that I'm completely not the same
Someone who doesn't deserve to be a fame
In fact, this life only bring me a simple answer
That I'm just a different one cannot be better
Then I'll prove them another big deal sooner or later
I will light up all the dreams as the best one ever
It's only a bally slice made by the knife
Losing the mind that I couldn't drive
Far away from the place I want to arrive
Just try to account how many tears drop
Within heart breakers I can never crop
It's not about who they bring me a flop
Neither the hard rain that never stop
I'm not sure of every word they wanna tell
If it's a lovely sound or a wishper of hell
Even those soft voices make me feel unwell
How could this sorrow takes them hear the yell
But I couldn't take these people to blame
Though they look at this pain as the game
For a reason that I'm completely not the same
Someone who doesn't deserve to be a fame
In fact, this life only bring me a simple answer
That I'm just a different one cannot be better
Then I'll prove them another big deal sooner or later
I will light up all the dreams as the best one ever
Jumat, 14 Oktober 2011
Getar cinta berjuta cerita part 1-7
Part 1
Selalu indah jatuh cinta
namun tak seindah cerita di dalamnya
getar cinta penuh luka
petaka tangis penuh lorong duka
semburat tawamu
bagaikan lantunan bidadari syurga
lembut dan manja
kerap hadirkan rindu nan purba
jadi riuh di ambang senja
apakah ia sungguh mencintaiku?
Ada nada luka menganga bersama
titis sepi.
Luka cinta takkan pernah bisa tersembuhkan
selain oleh cinta dan keikhlasan
itulah yang coba kudawamkan.
Diatas getir kesunyian
cinta yang kurasa sebelah tangan
aku berlalu tanpa nada.tanpa irama
semua hening
digulung kenangan merah jambu.
Dan itupun mungkin hanya ada dalam rasaku.
Tidak dalam dirinya.
Langit tiba tiba terasa menertawakan.
Aku diam dan mencoba bersabar.
Bertahan.meski perih kugenggam bara.
Entah sampai kapan kan bisa kusudahi
misteri ganjil cinta yang tiada kata kata.lupakan dan biarkan jadi onggok kenangan.itu yang tersabdakan.dari bibir kesetiaan.
Kau hilang.
Aku pun terbang
ke atas awan mencari pendar bintang.
Ain saga,
131011
Part 2
Kau pun memandangku
penuh seribu arti
getarmu berpadu degup jantungku
meski kau tak ingin nyatakan itu
aku menelan curigaku dengan senyuman ikhlasku
kau bilang hanya menjaga hatimu
mennyimpannya sampai malam menyapa langit dan bintang bintang sempurna bertahta
bumi jadi saksi..
Kau persilakan ku pergi
mencari arti cinta sejati
meski berkali kuingati
kau sedang bermimpi
namun tak urung kusesali
semua yang terjadi
aku putuskan menghindarimu
buat sementara waktu
ataukah selamanya?
Menjadi lautan tanya
di palung jiwa.
Penuh serakan luka.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 3
Ku selalu ada
meski kau tak selalu tiba
ku ada di setiap puisi yang kubangun jenaka
ku akan selalu hadir dimanapun adamu
meski kita salimg memendam butiran kata.kutakut mencoba mengkhayalkannya.entahlah.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 4
Ku dengar rumor tak sedap
kau bermain mata
kau bermain hati
kau ingin berbagi
kau melukaiku
aku pun emosi
mencoba dinginkan hati
tak urung semua tak bisa kulalui
dengan pertahanan
dan kesabaran
aku mulai membencimu.
Aku menghardikmu
menepis cintamu
membelenggu rindu dan seribu
kenangan terindahmu.
Siapa kamu?
Tak kan kusentuh lagi namamu.biar ku berlalu.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 5
Inboxku penuh tulisanmu
lima hapeku berdering nomermu
sms pun bertaut selalu
kau menyangkal
dengan umpatan marah
kau bertanya
kenapa kamu?
Apa yang terjadi?
Siapa yang katakan itu padamu?
Suaramu kubuang dalam sepi
kerontang rasaku terjebak dustamu.
Tak ingin ku ukir lagi semua rasa
dalam hujan dan hutan yang memayungi indah hariku
kuadukan semua yang hilang digenggam kehampaan.
Kau kini diam.
Kau tak percaya lagi.
Aku tak acuh.
Kau pun berlalu.
Entah kapan semua kan kembali sewarna..
Bila kepingan telah jadi serpih luka.
Jakarta, 11011
ain saga
Part 6
Kau mengagetkanku
sms dan telepon untukku
ku tak dapat sembunyikan rindu
angan tentangmu memanah waktu
semburat hangat menjalari rasa
kabut telah sirna
ungkapan tak bisa diungkapkan
semua sangat rahasia.
Aku masih bisa merasakan
meretaskan simbol rindu di ujung sajadah ini.
Cinta kadang menuntut setia.
Curahkan genap kata
ingin bermanja
ingin berkata
namun tak semua terwujud indah.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 7
Ada yang hilang
kurasakan dalam nadiku
ada yang pergi
kurasakan di dalam sanubari
merah hitam cinta
sungguh berlapis misteri
tak bisa kuraih
hanya dengan diam dan bertahan
tak dapat hilang.
Membayang
diantara udara kenyataan
kini ku menyepi
hindari semua sengat bayang dan kenangan
biar kususun indahnya mimpi
dari awal yang tiada kata perpisahan
dunia berputar
manusia pun saling berbinar
merenda cerita
yang mungkin dapat terwakili
hanya dengan satu kata mujijat
lautan doa.
Itu saja.akhirnya menghiba
di dalam puncak putus asa
getar cinta berjuta cerita
bersama semua rasa
semua warna
yang mengiringinya.
Sempurna.
biar segalanya terselesaikan lewat untai Tangan KuasaNya
Jakarta , 131011
Ain Saga
Selalu indah jatuh cinta
namun tak seindah cerita di dalamnya
getar cinta penuh luka
petaka tangis penuh lorong duka
semburat tawamu
bagaikan lantunan bidadari syurga
lembut dan manja
kerap hadirkan rindu nan purba
jadi riuh di ambang senja
apakah ia sungguh mencintaiku?
Ada nada luka menganga bersama
titis sepi.
Luka cinta takkan pernah bisa tersembuhkan
selain oleh cinta dan keikhlasan
itulah yang coba kudawamkan.
Diatas getir kesunyian
cinta yang kurasa sebelah tangan
aku berlalu tanpa nada.tanpa irama
semua hening
digulung kenangan merah jambu.
Dan itupun mungkin hanya ada dalam rasaku.
Tidak dalam dirinya.
Langit tiba tiba terasa menertawakan.
Aku diam dan mencoba bersabar.
Bertahan.meski perih kugenggam bara.
Entah sampai kapan kan bisa kusudahi
misteri ganjil cinta yang tiada kata kata.lupakan dan biarkan jadi onggok kenangan.itu yang tersabdakan.dari bibir kesetiaan.
Kau hilang.
Aku pun terbang
ke atas awan mencari pendar bintang.
Ain saga,
131011
Part 2
Kau pun memandangku
penuh seribu arti
getarmu berpadu degup jantungku
meski kau tak ingin nyatakan itu
aku menelan curigaku dengan senyuman ikhlasku
kau bilang hanya menjaga hatimu
mennyimpannya sampai malam menyapa langit dan bintang bintang sempurna bertahta
bumi jadi saksi..
Kau persilakan ku pergi
mencari arti cinta sejati
meski berkali kuingati
kau sedang bermimpi
namun tak urung kusesali
semua yang terjadi
aku putuskan menghindarimu
buat sementara waktu
ataukah selamanya?
Menjadi lautan tanya
di palung jiwa.
Penuh serakan luka.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 3
Ku selalu ada
meski kau tak selalu tiba
ku ada di setiap puisi yang kubangun jenaka
ku akan selalu hadir dimanapun adamu
meski kita salimg memendam butiran kata.kutakut mencoba mengkhayalkannya.entahlah.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 4
Ku dengar rumor tak sedap
kau bermain mata
kau bermain hati
kau ingin berbagi
kau melukaiku
aku pun emosi
mencoba dinginkan hati
tak urung semua tak bisa kulalui
dengan pertahanan
dan kesabaran
aku mulai membencimu.
Aku menghardikmu
menepis cintamu
membelenggu rindu dan seribu
kenangan terindahmu.
Siapa kamu?
Tak kan kusentuh lagi namamu.biar ku berlalu.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 5
Inboxku penuh tulisanmu
lima hapeku berdering nomermu
sms pun bertaut selalu
kau menyangkal
dengan umpatan marah
kau bertanya
kenapa kamu?
Apa yang terjadi?
Siapa yang katakan itu padamu?
Suaramu kubuang dalam sepi
kerontang rasaku terjebak dustamu.
Tak ingin ku ukir lagi semua rasa
dalam hujan dan hutan yang memayungi indah hariku
kuadukan semua yang hilang digenggam kehampaan.
Kau kini diam.
Kau tak percaya lagi.
Aku tak acuh.
Kau pun berlalu.
Entah kapan semua kan kembali sewarna..
Bila kepingan telah jadi serpih luka.
Jakarta, 11011
ain saga
Part 6
Kau mengagetkanku
sms dan telepon untukku
ku tak dapat sembunyikan rindu
angan tentangmu memanah waktu
semburat hangat menjalari rasa
kabut telah sirna
ungkapan tak bisa diungkapkan
semua sangat rahasia.
Aku masih bisa merasakan
meretaskan simbol rindu di ujung sajadah ini.
Cinta kadang menuntut setia.
Curahkan genap kata
ingin bermanja
ingin berkata
namun tak semua terwujud indah.
Jakarta, 131011
Ain Saga
Part 7
Ada yang hilang
kurasakan dalam nadiku
ada yang pergi
kurasakan di dalam sanubari
merah hitam cinta
sungguh berlapis misteri
tak bisa kuraih
hanya dengan diam dan bertahan
tak dapat hilang.
Membayang
diantara udara kenyataan
kini ku menyepi
hindari semua sengat bayang dan kenangan
biar kususun indahnya mimpi
dari awal yang tiada kata perpisahan
dunia berputar
manusia pun saling berbinar
merenda cerita
yang mungkin dapat terwakili
hanya dengan satu kata mujijat
lautan doa.
Itu saja.akhirnya menghiba
di dalam puncak putus asa
getar cinta berjuta cerita
bersama semua rasa
semua warna
yang mengiringinya.
Sempurna.
biar segalanya terselesaikan lewat untai Tangan KuasaNya
Jakarta , 131011
Ain Saga
Mengalah, Nikmati Kesendirian
Rebahkan gelisah dibawah rembulan
Bias lepas gelap dibawa sinaran
Kali ini diam dalam kepatuhan
Menyerah sajalah pada keheningan
Sejenak menikmati kesendirian
Tak perlu bersikukuh melawan
Mengalah adalah wujud kelembutan
Tetap tenang ialah kepercayaan
Anggun menata hati di kepasrahan
Nyalakan lentera doa dan harapan
Apinya remangpun cukup menenangkan
Bukan penerang, hanya penyampai pesan
Bahwa sekalipun tanpa sang rembulan
Kelak kan kuat langkah diayunkan
Menapaki hitam tanpa keraguan
Satukan lagi serpih kedamaian
Bias lepas gelap dibawa sinaran
Kali ini diam dalam kepatuhan
Menyerah sajalah pada keheningan
Sejenak menikmati kesendirian
Tak perlu bersikukuh melawan
Mengalah adalah wujud kelembutan
Tetap tenang ialah kepercayaan
Anggun menata hati di kepasrahan
Nyalakan lentera doa dan harapan
Apinya remangpun cukup menenangkan
Bukan penerang, hanya penyampai pesan
Bahwa sekalipun tanpa sang rembulan
Kelak kan kuat langkah diayunkan
Menapaki hitam tanpa keraguan
Satukan lagi serpih kedamaian
PENA HATI AIN SAGA (7-13 oKTOBER 2011)
Dinding Rahasia
Langit menuju rembang petang
selalu saja mampu menawan perasaan
sepertinya warna terangnya berkibar erat
dalam jiwaku yang tengah tersedu
gerangan apa yang berkecamuk dalam dada
gulir rasa yang hinggap tiba tiba
terasa beku di mata sederhanaku
aku bukanlah terlalu banyak meminta
tiap tiap penat itu melanda
tersungkur segala luka
dan mengoyak cinta diantara dinding rahasia
hatiku selalu menyimpannya
putih
seperti salju yang beku
aku bahasakan ini dengan bijak bersahaja
karena terlalu banyak ku meminum luka
yang getirnya memahat separoh
kecewa..
Impian yang luruh di saat ku yakin kau memang pernah ada.
Dan benar ada.
Tak sekedar bayang semu fatamorgana..
Jakarta, 071011
AIN SAGA
========================
Cukup Dia Saja
Dalam samudera kesyukuranku
mataku membasah
dan ranum doaku melayang
menggetarkan seribu sayap malaikat
bilakah mendung akan menjadi
percikan senyum
bilakah langit segera mengusung
tawa
bukankah banyak cinta terkecup mesra
diantara tapak jalan temaram
aku pun menepikan sakitnya
menghisap luka
bara merah yang menghantui
kenangan usang
diantara cinta..rindu..dan kasih sayang
ku tak punya apa apa lagi
bahkan sekedar helaan nafas
kau pun memilikinya.
Aku terhamba dalam rinai waktuNya
menggelepar di genggam sedih rapuh
tak terkira meraja
tertatih kupeluk asmaNya
kuyup basahi lara
tak ingin beranjak meski sedepa
kurindu peluk cintaNya
dari semua yang mengulurkan cinta
aku hanya ingin bahagia
dalam asuhan CintaNya.
Tak sekedar kata dunia.
Dunia tempat ketukan tipu daya
Jakarta, 071011
Ain SAga
====================
Senja nan Muram
Tak bisa lagi kulukis senyuman
saat senja menyapa netra
masih terasa sakit sayapku terluka
robek oleh rangkai kata kata
entah dengan cara apa
kusulap sedih jadi bianglala
kusihir mawar berduri
jadi edelweis sang pujangga
kuterlalu percaya pada alam tinta
jika kemudian panahnya membunuh rasa jingga
hanya sebait kata dahaga
akhiri getar warna
kala kiatmu merdukan suara
penuhkan cawan cita cita
meski semua semu belaka
tetaplah aku jatuh dan setengah amnesia
tak kukenali lagi cintamu
rindumu pun lama tak kusapa
kini bejana telah terhimpun
lembar kenangan
yang mengetuk nafasku diam diam
lalu menawarkan seteguk madunya
apa mau dikata
aku terlanjur tak peduli
kecuali semua kasih yang pernah
mendoakan kebahagiaanku
bukan sekedar dengusan kata cinta bernafsu
atau memahat luka tanpa malu
sedang aku hanya ilalang yang hilang
terpanah mati dilekuk ciuman
bintang
entah kapan aku bisa menjadi awan
yang bebas bergerak
kemana pun sang bayu membawanya terbang
atau kah memang sudah suratan
harus selalu bersahabat dengan gelombang?
Atau mengayuh sampan kenyataan?
di lautan getir tanpa rasa belas kasihan
selain Allah yang Maha Penyayang.
Jakarta, 071011
Ain SAga
==============
Cahaya Magrib
Geletar suara adzan
seakan menukar senyuman
seraya melambaikan tangan
seperti rindu bercengkrama
bersama degup kekhusyuan
melantunkan keikhlasan
pelepas kewajiban
kehangatan dan bahasa indahnya
dalam tauhid cinta
aku pun mabuk memenuhinya
aku hedonis di alunan dzikirNya
aku tertatih isakkan rasa
hakikat hamba menuju taqwaNya
meski baru sebesar jagung
ku menimba ilmu semestaNya..
Tak mengapa..
Aku bahagia bersimpuh sapa
di mihrabNya yang teduh
Mengulum lekuk indahnya do'a.
Jakarta, 071011
Ain SaGa
===================
Secangkir kopiku Hangatkan Pagi
Tak sampai hitungan ke tiga
kutuangkan air panas mendidih
ke dalam cangkir kopiku
asap pun berhamburan ke udara
menghembuskan wangi kopi tiada tara
perlahan kuaduk dengan gerakan tangan penuh cinta
seakan memahat bianglala
aku terhipnotik aromanya
menggelitik rasanya
sruuppp...seteguk mengalir ke dalam tenggorokkanku
kubiarkan berlalu.beku.
Kureguk kedua kali dan ku baca koran pagi
ada bayangan mu lagi
padahal semalaman ia menemani
mimpi? Mengapa harus ada pula di sini
saat kureguk nikmat kopi
kopiku yang berarti dan hangatkan
dinginnya pagi.
Seperti saat ini.
Jakarta, 081011
Ain SAga
========================
PETIR CINTA
Hujan turun laksana badai
hatiku gemuruh menahan dingin
meraja
mengenang pertikaian itu
saat cinta terhujani aneka cemburu
lugas katamu hanguskan bara hatiku
lekat sabdamu hantarkan api di jemariku
tak lah ada kata indah dulu
tak guna kau kembali merayu rindu
inikah semua getir yang tampias
ke lubukku yang merindu
mengapa mudah kau dawamkan
api cemburu
sedang aku menunggu dalam diam bersemu dadu
sampai hujan datang mengurung kesabaran
dan petir menyambar nyambar kesetiaan
aku rapuh tercekam bimbang
petir cintamu padamkan rasa kasih sayang
yang pernah ada antar hati kita
aku kecewa dan hatiku merana dalam gulana.
Petir cinta hanyutkan semua rasa.
Jakarta, 081011
Ain Saga
====================
Yang menyebalkan yang tersayang
Biar saja kuhabiskan tangisanku
di pagi buta kuyup dan penuh beku
kabut memagari keindahan alamku
membuatnya kuncup layu
masih samar kurasakan aksi tawamu
tawa kebencian yang kau display
dalam flasdisk hatiku
sumbang kurasakan kidung sepimu
karena kau begitu menyebalkan
membutakan
memahatkan satu titis emosi
tak tertahankan
salahkah aku dengan adaku
kau melihat namun mencibiri senyumanku
salahkah aku menyayangimu
selimuti hatimu dengan hiasan harum mawar merah jambu
untukmu sahabat
percayalah..
Ku takkan mengambih alih
semua suksesmu..
Jadi tatap aku dengan rindumu
bukan permusuhan dibelitan kalbu
karena sudah terlalu sering kudapai itu.
Ku tak ingin kau pun memakaikan jubah itu ke ragaku.
Aku sahabatmu
bukan musuh yang akan habisi persediaan amunisimu.
Moga kau mengerti..melati
Jakarta, 081011
Ain Saga
==========================
Telephathy Cinta
Bayangmu selalu saja hadir
dalam hujan dan gelombang
namamu melintasi berjam jam
saat sendiriku
seakan kau tahu yang kutahu
kau rasa yang kurasa
kau bagai satu dalam dua raga
antara hatimu dan hatiku
terucap setia dan sewarna
seperti benang benang telephathy cinta
mengikat rasa jadi harmoni merah muda
jadi bingkai cinta yang abadi
dalam memori hati
selamanya jadi satu
Jakarta, 081011
Ain Saga
======================
Kenangan biru
Masih lekat kuterbayang
pernah kita tertawa saling menyayang
katamu aku cerewet
dan kenapa kau pendiam
kau minta padaku carikan
seorang kekasih
yang manja,lucu dan manis
kembali kulebur tawaku diantara
gelombang suaramu
tak apa aku pilihkan yang terbaik untukmu
namun kau malah meragu
kau bilang tak mau dengan itu
dan mulai menebak rasaku
aku kembali tertawa
dan kau mengaminkannya
terkadang kau sangat baik padaku
kadang kau buatku menangis pilu
kadang pun namamu melayang di
udara rinduku
dan aku tak mau jauh darimu
lamat laun kaupun berlalu
seiring isakkan pilu
andai kan hari ini ku tetap bersamamu
itu karena hatiku yang mengenangmu
tak pernah mengerti jalan pikiranmu
kau tersenyum tapi melukaiku
kau tertawa
dan buatku menangis
kini semua hanya jadi bagian kenangan
yang kerap harubirukan kenyataan
entah di bumi mana kan bisa
ku temukan
ataukah kau telah larut dalam
bayang kenangan
tak terhentikan
oleh putaran waktu dan keadaan.
Kau melabuh dalam biru ingatan.
Jakarta, 091011
Ain SaGa
===================
Ku ingat Kamu
Mendung yang selimuti awan
seakan berlari bersama hembusan bayu nakal
bercengkrama menatap gelombang
di samudera alam nan indah megah
semalam aku bermimpi bayangmu
tanpa mendung dan hujan
kau tersenyum meraih jemariku
seakan tak pernah ingin kau lepaskan
aku benci ini
karena kau telah lukai hati
dan pergi tanpa permisi
seolah kau inginkan aku gelisah
dalam resah pilu
mengadu histeria bersama hujan
luruh hingga pagi datang
Jakarta, 091011
===================
Hari cerah
Tak bisa kupercaya
pagi ini begitu buatku bahagia
kuhirup nafas pagi dengan semangat empat lima
kumandi dan tak lupa bersihkan diri
aku pun telah siap dan percaya diri
kususun lagi langkah langkah perjuangan
kulapisi hati dengan rasa cinta dan kasih sayang.
Aku merasa tertantang
sanggupkah kini ku mulai
debut trengginas di dalam diri
agar semua mimpiku
terwujud penuh harmoni
mungkin takkan semudah
tergumamkan
tak seindah senja yang datang
saat kelam datang
namun kita harus terus berjuang
sampai titik darah penghabisan
Jakarta, 101011
Ain Saga
====================
Kau dan Mimpiku
Biar saja aku terus mendoakanmu
berharap dalam bahagiamu
ada arti kehadiranku
tanpa ragu
kan kukecup waktu bersamamu
kan kubasahi rindu
dengan semboyan setiaku
biar saja kau pergi dan menghilang
bagai bayangan
suatu hari nanti kau akan kembali
bersandar di bahu cintamu
dan kau akan berkata:
terima kasih cinta kau telah ada untukku..
Saat itu mungkin..
Airmataku akan berubah jadi mawar merah jambu
di putik hati putihku
Jakarta, 101011
Ain Saga
====================
Saat ku membelah malam
Tak kupedulikan raut bimbang di wajah kekanakkanku
tak kuhirau angin senja yang mendayu lebih keras dari sentuhan rindumu
aku membelah malam dengan
sedikit arogan biru membeku
seperti engkau yang pecahkan keping rindu
jadi serbuk debu di hatiku
kusimpan hangat senyuman
kulagukan kidung jual mahal
kubasuh seluruh harmoni lara
ke dalam jiwa meluka
dan kutepiskan nama kelembutanmu
diantara dinding bisu
namun menyimpan tangisku
kulapangkan jarak meninggalkan
serbuk bayangmu
merangkak pelan dalam lahan
perang..
Perang yang menjual kepercayaan
mengobarkan dendam
rindu tergadai di pucuk malam
melayang merayu waktu
tuk singgah di hati kecilku yang perasa
tapi jejakku keburu berlalu
meninggalkan serpih usang semua
yang menyebut kamu
lelaki dalam hujan mataku.
Jakarta, 121011
AIN SAGA
=======================
Naluri
Sendiri mengarungi sepi
seperti menemani kuncup pagi
hanya embun yang saling bergetaran bermain di pucuk daun
bening mengerjap di mataku
dingin melaburi rasaku
menuai irama keindahan
panorama kehangatan
dari sang Maha Pencipta
membuat mataku berembun juga
kususuri tanah basah terinjak hujan semalam
angin bertiup sedang
tanpa aral dan rintang
aku berjalan menuju harapan
menembus angan dan cita
yang jauh tertinggal
jauh melayang
mendesak kebimbangan
pagi telah melenturkan gores
kesyahduan
di bibir para penghuni bumi
dan melengkapi kebahagiaan
bagi naluriku yang kerap terlukakan
oleh keadaan dan perasaan.
Jakarta, 131011
Ain Saga
====================
Dalam sakitku
Hanya Engkau
yang kubawa bersama rapuhku
asmaMu
indahMu
hangatMu
menyentuh relung kosong jiwaku
kucari nafas cinta
pada desir kalam penuh kesucian
kudapati kasih sayangMu
di mahabbah restuMu
aku terjatuh
dan kau semaikan cinta
aku terluka
kau bawakan dendang kesabaran
entah telah brapa lama
raga ini merasa tak mengenalmu
sampai tasbihku memeluk erat
ridhoMu
bersimpuh ku dalam bingkai takdir dan kuasaMu.
Tanpa merasa sendiri lagi.
Sunyi perciki maghfirahMu
di lembut waktuku
Jakarta, 131011
Ain saga
Langit menuju rembang petang
selalu saja mampu menawan perasaan
sepertinya warna terangnya berkibar erat
dalam jiwaku yang tengah tersedu
gerangan apa yang berkecamuk dalam dada
gulir rasa yang hinggap tiba tiba
terasa beku di mata sederhanaku
aku bukanlah terlalu banyak meminta
tiap tiap penat itu melanda
tersungkur segala luka
dan mengoyak cinta diantara dinding rahasia
hatiku selalu menyimpannya
putih
seperti salju yang beku
aku bahasakan ini dengan bijak bersahaja
karena terlalu banyak ku meminum luka
yang getirnya memahat separoh
kecewa..
Impian yang luruh di saat ku yakin kau memang pernah ada.
Dan benar ada.
Tak sekedar bayang semu fatamorgana..
Jakarta, 071011
AIN SAGA
========================
Cukup Dia Saja
Dalam samudera kesyukuranku
mataku membasah
dan ranum doaku melayang
menggetarkan seribu sayap malaikat
bilakah mendung akan menjadi
percikan senyum
bilakah langit segera mengusung
tawa
bukankah banyak cinta terkecup mesra
diantara tapak jalan temaram
aku pun menepikan sakitnya
menghisap luka
bara merah yang menghantui
kenangan usang
diantara cinta..rindu..dan kasih sayang
ku tak punya apa apa lagi
bahkan sekedar helaan nafas
kau pun memilikinya.
Aku terhamba dalam rinai waktuNya
menggelepar di genggam sedih rapuh
tak terkira meraja
tertatih kupeluk asmaNya
kuyup basahi lara
tak ingin beranjak meski sedepa
kurindu peluk cintaNya
dari semua yang mengulurkan cinta
aku hanya ingin bahagia
dalam asuhan CintaNya.
Tak sekedar kata dunia.
Dunia tempat ketukan tipu daya
Jakarta, 071011
Ain SAga
====================
Senja nan Muram
Tak bisa lagi kulukis senyuman
saat senja menyapa netra
masih terasa sakit sayapku terluka
robek oleh rangkai kata kata
entah dengan cara apa
kusulap sedih jadi bianglala
kusihir mawar berduri
jadi edelweis sang pujangga
kuterlalu percaya pada alam tinta
jika kemudian panahnya membunuh rasa jingga
hanya sebait kata dahaga
akhiri getar warna
kala kiatmu merdukan suara
penuhkan cawan cita cita
meski semua semu belaka
tetaplah aku jatuh dan setengah amnesia
tak kukenali lagi cintamu
rindumu pun lama tak kusapa
kini bejana telah terhimpun
lembar kenangan
yang mengetuk nafasku diam diam
lalu menawarkan seteguk madunya
apa mau dikata
aku terlanjur tak peduli
kecuali semua kasih yang pernah
mendoakan kebahagiaanku
bukan sekedar dengusan kata cinta bernafsu
atau memahat luka tanpa malu
sedang aku hanya ilalang yang hilang
terpanah mati dilekuk ciuman
bintang
entah kapan aku bisa menjadi awan
yang bebas bergerak
kemana pun sang bayu membawanya terbang
atau kah memang sudah suratan
harus selalu bersahabat dengan gelombang?
Atau mengayuh sampan kenyataan?
di lautan getir tanpa rasa belas kasihan
selain Allah yang Maha Penyayang.
Jakarta, 071011
Ain SAga
==============
Cahaya Magrib
Geletar suara adzan
seakan menukar senyuman
seraya melambaikan tangan
seperti rindu bercengkrama
bersama degup kekhusyuan
melantunkan keikhlasan
pelepas kewajiban
kehangatan dan bahasa indahnya
dalam tauhid cinta
aku pun mabuk memenuhinya
aku hedonis di alunan dzikirNya
aku tertatih isakkan rasa
hakikat hamba menuju taqwaNya
meski baru sebesar jagung
ku menimba ilmu semestaNya..
Tak mengapa..
Aku bahagia bersimpuh sapa
di mihrabNya yang teduh
Mengulum lekuk indahnya do'a.
Jakarta, 071011
Ain SaGa
===================
Secangkir kopiku Hangatkan Pagi
Tak sampai hitungan ke tiga
kutuangkan air panas mendidih
ke dalam cangkir kopiku
asap pun berhamburan ke udara
menghembuskan wangi kopi tiada tara
perlahan kuaduk dengan gerakan tangan penuh cinta
seakan memahat bianglala
aku terhipnotik aromanya
menggelitik rasanya
sruuppp...seteguk mengalir ke dalam tenggorokkanku
kubiarkan berlalu.beku.
Kureguk kedua kali dan ku baca koran pagi
ada bayangan mu lagi
padahal semalaman ia menemani
mimpi? Mengapa harus ada pula di sini
saat kureguk nikmat kopi
kopiku yang berarti dan hangatkan
dinginnya pagi.
Seperti saat ini.
Jakarta, 081011
Ain SAga
========================
PETIR CINTA
Hujan turun laksana badai
hatiku gemuruh menahan dingin
meraja
mengenang pertikaian itu
saat cinta terhujani aneka cemburu
lugas katamu hanguskan bara hatiku
lekat sabdamu hantarkan api di jemariku
tak lah ada kata indah dulu
tak guna kau kembali merayu rindu
inikah semua getir yang tampias
ke lubukku yang merindu
mengapa mudah kau dawamkan
api cemburu
sedang aku menunggu dalam diam bersemu dadu
sampai hujan datang mengurung kesabaran
dan petir menyambar nyambar kesetiaan
aku rapuh tercekam bimbang
petir cintamu padamkan rasa kasih sayang
yang pernah ada antar hati kita
aku kecewa dan hatiku merana dalam gulana.
Petir cinta hanyutkan semua rasa.
Jakarta, 081011
Ain Saga
====================
Yang menyebalkan yang tersayang
Biar saja kuhabiskan tangisanku
di pagi buta kuyup dan penuh beku
kabut memagari keindahan alamku
membuatnya kuncup layu
masih samar kurasakan aksi tawamu
tawa kebencian yang kau display
dalam flasdisk hatiku
sumbang kurasakan kidung sepimu
karena kau begitu menyebalkan
membutakan
memahatkan satu titis emosi
tak tertahankan
salahkah aku dengan adaku
kau melihat namun mencibiri senyumanku
salahkah aku menyayangimu
selimuti hatimu dengan hiasan harum mawar merah jambu
untukmu sahabat
percayalah..
Ku takkan mengambih alih
semua suksesmu..
Jadi tatap aku dengan rindumu
bukan permusuhan dibelitan kalbu
karena sudah terlalu sering kudapai itu.
Ku tak ingin kau pun memakaikan jubah itu ke ragaku.
Aku sahabatmu
bukan musuh yang akan habisi persediaan amunisimu.
Moga kau mengerti..melati
Jakarta, 081011
Ain Saga
==========================
Telephathy Cinta
Bayangmu selalu saja hadir
dalam hujan dan gelombang
namamu melintasi berjam jam
saat sendiriku
seakan kau tahu yang kutahu
kau rasa yang kurasa
kau bagai satu dalam dua raga
antara hatimu dan hatiku
terucap setia dan sewarna
seperti benang benang telephathy cinta
mengikat rasa jadi harmoni merah muda
jadi bingkai cinta yang abadi
dalam memori hati
selamanya jadi satu
Jakarta, 081011
Ain Saga
======================
Kenangan biru
Masih lekat kuterbayang
pernah kita tertawa saling menyayang
katamu aku cerewet
dan kenapa kau pendiam
kau minta padaku carikan
seorang kekasih
yang manja,lucu dan manis
kembali kulebur tawaku diantara
gelombang suaramu
tak apa aku pilihkan yang terbaik untukmu
namun kau malah meragu
kau bilang tak mau dengan itu
dan mulai menebak rasaku
aku kembali tertawa
dan kau mengaminkannya
terkadang kau sangat baik padaku
kadang kau buatku menangis pilu
kadang pun namamu melayang di
udara rinduku
dan aku tak mau jauh darimu
lamat laun kaupun berlalu
seiring isakkan pilu
andai kan hari ini ku tetap bersamamu
itu karena hatiku yang mengenangmu
tak pernah mengerti jalan pikiranmu
kau tersenyum tapi melukaiku
kau tertawa
dan buatku menangis
kini semua hanya jadi bagian kenangan
yang kerap harubirukan kenyataan
entah di bumi mana kan bisa
ku temukan
ataukah kau telah larut dalam
bayang kenangan
tak terhentikan
oleh putaran waktu dan keadaan.
Kau melabuh dalam biru ingatan.
Jakarta, 091011
Ain SaGa
===================
Ku ingat Kamu
Mendung yang selimuti awan
seakan berlari bersama hembusan bayu nakal
bercengkrama menatap gelombang
di samudera alam nan indah megah
semalam aku bermimpi bayangmu
tanpa mendung dan hujan
kau tersenyum meraih jemariku
seakan tak pernah ingin kau lepaskan
aku benci ini
karena kau telah lukai hati
dan pergi tanpa permisi
seolah kau inginkan aku gelisah
dalam resah pilu
mengadu histeria bersama hujan
luruh hingga pagi datang
Jakarta, 091011
===================
Hari cerah
Tak bisa kupercaya
pagi ini begitu buatku bahagia
kuhirup nafas pagi dengan semangat empat lima
kumandi dan tak lupa bersihkan diri
aku pun telah siap dan percaya diri
kususun lagi langkah langkah perjuangan
kulapisi hati dengan rasa cinta dan kasih sayang.
Aku merasa tertantang
sanggupkah kini ku mulai
debut trengginas di dalam diri
agar semua mimpiku
terwujud penuh harmoni
mungkin takkan semudah
tergumamkan
tak seindah senja yang datang
saat kelam datang
namun kita harus terus berjuang
sampai titik darah penghabisan
Jakarta, 101011
Ain Saga
====================
Kau dan Mimpiku
Biar saja aku terus mendoakanmu
berharap dalam bahagiamu
ada arti kehadiranku
tanpa ragu
kan kukecup waktu bersamamu
kan kubasahi rindu
dengan semboyan setiaku
biar saja kau pergi dan menghilang
bagai bayangan
suatu hari nanti kau akan kembali
bersandar di bahu cintamu
dan kau akan berkata:
terima kasih cinta kau telah ada untukku..
Saat itu mungkin..
Airmataku akan berubah jadi mawar merah jambu
di putik hati putihku
Jakarta, 101011
Ain Saga
====================
Saat ku membelah malam
Tak kupedulikan raut bimbang di wajah kekanakkanku
tak kuhirau angin senja yang mendayu lebih keras dari sentuhan rindumu
aku membelah malam dengan
sedikit arogan biru membeku
seperti engkau yang pecahkan keping rindu
jadi serbuk debu di hatiku
kusimpan hangat senyuman
kulagukan kidung jual mahal
kubasuh seluruh harmoni lara
ke dalam jiwa meluka
dan kutepiskan nama kelembutanmu
diantara dinding bisu
namun menyimpan tangisku
kulapangkan jarak meninggalkan
serbuk bayangmu
merangkak pelan dalam lahan
perang..
Perang yang menjual kepercayaan
mengobarkan dendam
rindu tergadai di pucuk malam
melayang merayu waktu
tuk singgah di hati kecilku yang perasa
tapi jejakku keburu berlalu
meninggalkan serpih usang semua
yang menyebut kamu
lelaki dalam hujan mataku.
Jakarta, 121011
AIN SAGA
=======================
Naluri
Sendiri mengarungi sepi
seperti menemani kuncup pagi
hanya embun yang saling bergetaran bermain di pucuk daun
bening mengerjap di mataku
dingin melaburi rasaku
menuai irama keindahan
panorama kehangatan
dari sang Maha Pencipta
membuat mataku berembun juga
kususuri tanah basah terinjak hujan semalam
angin bertiup sedang
tanpa aral dan rintang
aku berjalan menuju harapan
menembus angan dan cita
yang jauh tertinggal
jauh melayang
mendesak kebimbangan
pagi telah melenturkan gores
kesyahduan
di bibir para penghuni bumi
dan melengkapi kebahagiaan
bagi naluriku yang kerap terlukakan
oleh keadaan dan perasaan.
Jakarta, 131011
Ain Saga
====================
Dalam sakitku
Hanya Engkau
yang kubawa bersama rapuhku
asmaMu
indahMu
hangatMu
menyentuh relung kosong jiwaku
kucari nafas cinta
pada desir kalam penuh kesucian
kudapati kasih sayangMu
di mahabbah restuMu
aku terjatuh
dan kau semaikan cinta
aku terluka
kau bawakan dendang kesabaran
entah telah brapa lama
raga ini merasa tak mengenalmu
sampai tasbihku memeluk erat
ridhoMu
bersimpuh ku dalam bingkai takdir dan kuasaMu.
Tanpa merasa sendiri lagi.
Sunyi perciki maghfirahMu
di lembut waktuku
Jakarta, 131011
Ain saga
Sabtu, 08 Oktober 2011
Melukaimu, Bukan Inginku
Setitik dari bercak keraguan
Bukan muncul atas keinginan
Masih terus coba kusematkan
Wujud sebuah pengertian
Tiada niat bubuhkan perih
Diantara ungkap selisih
Sebab cinta hanya memilih
Engkau saja sebagai kekasih
Aku bukan mencoba berkelit
Dari kisah yang kian menyempit
Tiada pula hendak menghimpit
Dirimu dalam pilihan nan sulit
Tak pernah sangsi atas tulusmu
Salah hatiku tak memahamimu
Hingga cahaya pun terlihat semu
Saat mata batin saling bertemu
Dengan apa sakitmu mesti kutebus
Meski sejuta maaf tanpa terputus
Pedih mungkin terlanjur tak terhapus
Oleh apapun, bekasnya tak kan pupus
Tetapi rasa ini sepenuhnya adalah nyata
Dalam bingkai berukir kesederhanaan cinta
Meski berulang kali ku t'lah keliru menata
Terus melukaimu dipanjang ribuan untai kata
Bukan muncul atas keinginan
Masih terus coba kusematkan
Wujud sebuah pengertian
Tiada niat bubuhkan perih
Diantara ungkap selisih
Sebab cinta hanya memilih
Engkau saja sebagai kekasih
Aku bukan mencoba berkelit
Dari kisah yang kian menyempit
Tiada pula hendak menghimpit
Dirimu dalam pilihan nan sulit
Tak pernah sangsi atas tulusmu
Salah hatiku tak memahamimu
Hingga cahaya pun terlihat semu
Saat mata batin saling bertemu
Dengan apa sakitmu mesti kutebus
Meski sejuta maaf tanpa terputus
Pedih mungkin terlanjur tak terhapus
Oleh apapun, bekasnya tak kan pupus
Tetapi rasa ini sepenuhnya adalah nyata
Dalam bingkai berukir kesederhanaan cinta
Meski berulang kali ku t'lah keliru menata
Terus melukaimu dipanjang ribuan untai kata
Sampan Hati
Selalu kumenanti
hadirmu dalam relung fantasi
selalu kutelusuri sungai hati
berkayuh sendiri
tak peduli senja nyaris tiba memelukku
unggas malam yang gelisah
daun bunga yang pucat dan layu
kemana akan kulajukan sampan hatiku
dimana pula akan kutambat biduk
yang melaju
bila langit berwarna biru
tercipta suasana yang penuh dengan mimpi
ah hanya mimpi..
Tak sanggup kubaca misteri
kecuali doa yang beraksi
Jakarta, 07011
Ain Saga
hadirmu dalam relung fantasi
selalu kutelusuri sungai hati
berkayuh sendiri
tak peduli senja nyaris tiba memelukku
unggas malam yang gelisah
daun bunga yang pucat dan layu
kemana akan kulajukan sampan hatiku
dimana pula akan kutambat biduk
yang melaju
bila langit berwarna biru
tercipta suasana yang penuh dengan mimpi
ah hanya mimpi..
Tak sanggup kubaca misteri
kecuali doa yang beraksi
Jakarta, 07011
Ain Saga
Biarkan waktu yang bicara
Musim demi musim berlalu
meniti tangga waktu silih berganti
kembali aku menghirup udara penuh warna imaji
sambil menikmati secangkir kopi pagi
dan menyiapkan jadwal rutinitas
dengan cepat dan akurat.
Biar waktu yang bicara
kita cukup jadi saksi peristiwa
meniti tangga waktu silih berganti
kembali aku menghirup udara penuh warna imaji
sambil menikmati secangkir kopi pagi
dan menyiapkan jadwal rutinitas
dengan cepat dan akurat.
Biar waktu yang bicara
kita cukup jadi saksi peristiwa
Langit Hatiku
Kupandang langit hatiku
pulas dalam mimpi
detak sepi yang berebut atensi
tak kusadari
tak kumengerti
mungkin memang harus lewati ini
tapak jalan penuh linang dan duri
mungkin harus bersandar pada
kerlipan sabar
menganyam impian
takkan seindah lukisan
kupandangi langit hatiku
dengan sepercik asa
esok kan lebih indah
lebih sempurna
menempuh tapak bara
meski hanya setitis rasa tak guna
yang kusemai di singgasana jiwa
Jakarta, 071011
Ain Saga
pulas dalam mimpi
detak sepi yang berebut atensi
tak kusadari
tak kumengerti
mungkin memang harus lewati ini
tapak jalan penuh linang dan duri
mungkin harus bersandar pada
kerlipan sabar
menganyam impian
takkan seindah lukisan
kupandangi langit hatiku
dengan sepercik asa
esok kan lebih indah
lebih sempurna
menempuh tapak bara
meski hanya setitis rasa tak guna
yang kusemai di singgasana jiwa
Jakarta, 071011
Ain Saga
Jumat, 07 Oktober 2011
Kepasrahan
Beribu kali kumencoba mencari
satu tanya terengkuh imaji
hening yang menemani
terasa sepi terpagut senyapnya waktu
namun siluetmu membebani
menengahi hatiku yang pilu
seperti sebuah lukisan usang
hanya menyimpan kenangan
dalam bayangan keindahan
tak sanggup kueja denting malam
selain mengikuti aliran do'a
yang tercipta diantara sejuk pinta
Allahu Robby...
Engkaulah harap yang selalu coba kugenggam
Engkau Cahaya Yang Maha Memberi
meski kadang terlupakan
terlalaikan..
Astagfirullah..
Jakarta, 071011
Ain Saga
satu tanya terengkuh imaji
hening yang menemani
terasa sepi terpagut senyapnya waktu
namun siluetmu membebani
menengahi hatiku yang pilu
seperti sebuah lukisan usang
hanya menyimpan kenangan
dalam bayangan keindahan
tak sanggup kueja denting malam
selain mengikuti aliran do'a
yang tercipta diantara sejuk pinta
Allahu Robby...
Engkaulah harap yang selalu coba kugenggam
Engkau Cahaya Yang Maha Memberi
meski kadang terlupakan
terlalaikan..
Astagfirullah..
Jakarta, 071011
Ain Saga
Senja merah saga
Semburat senja
merah saga
bertahta di ufuk jingga
lembut bayu kelana
tebarkan salam senja
ku renungi alam semesta
alangkah cantinya sengat malam
cubitan gelapnya
serasa madu di mata polosku
kuhadiahi suara syukur
kepad Dia yang maha sempurna
merakit warna jingga
eloknya bak permadani sutra
berkilat berlabuh di dermaga asing
aku senyumi suara jangkrik malam
yag ceriwis bagaikan hadapi bocah cocah penghuni trotoar
kini ku patrikan semangat itu di
setiap helai kelembutan
seperti bayu yang teduhkan alam
rindu yang getarkan rasa
semua menawan lubukku
yang biru karena waktu..
Jakarta, 061011
ain saga
merah saga
bertahta di ufuk jingga
lembut bayu kelana
tebarkan salam senja
ku renungi alam semesta
alangkah cantinya sengat malam
cubitan gelapnya
serasa madu di mata polosku
kuhadiahi suara syukur
kepad Dia yang maha sempurna
merakit warna jingga
eloknya bak permadani sutra
berkilat berlabuh di dermaga asing
aku senyumi suara jangkrik malam
yag ceriwis bagaikan hadapi bocah cocah penghuni trotoar
kini ku patrikan semangat itu di
setiap helai kelembutan
seperti bayu yang teduhkan alam
rindu yang getarkan rasa
semua menawan lubukku
yang biru karena waktu..
Jakarta, 061011
ain saga
Biarkan berguguran dalam pelukan malam
Kembali kutatap rona senja
di tengah macet riuhnya kendaraan
kotaku jakarta
kota sejuta irama kehidupan
peluh yang menyeluruh
getahkan pori kulit muka
membaur getas bersama gulir senja
merangkak mencari gerbang malam
maka tertidurlah semua gelisah
terlelaplah reka cerita
tangisan anak manusia
terdampar di dermaga kota
seperti laron mencari cahaya
mereka berguguran di padang nista
bocah bocah jalanan tanpa suara
tanpa banyak bicara
mengabdi pada cuaca dan kebutuhan cacing dalam perut mungilnya yang lapar luka
wajah pias dalam kelambu senja
kugoreskan penuh rasa kesedihan
bagaikan daun luruh dari atas dahan tinggi
meliuk terbawa bayu senja..
Menyatu dalam pelukan keranda malam..
Tiada yang peduli
ada dan tiadanya
kadang menyulut luka bagi kaum
yang memang terlahir dari sebuah luka pula..
Adakah itu kita?
Bagian dari saudara kita?
Angin senja yang nakal
mengusap keningku terpahamkan.
Hidup tak hanya sekedar senyuman dan rengekan.
Tapi getaran kepekaan..
Dan indahnya berbagi setetes sumber kehidupan.
Jakarta, 051011
Ain Saga
di tengah macet riuhnya kendaraan
kotaku jakarta
kota sejuta irama kehidupan
peluh yang menyeluruh
getahkan pori kulit muka
membaur getas bersama gulir senja
merangkak mencari gerbang malam
maka tertidurlah semua gelisah
terlelaplah reka cerita
tangisan anak manusia
terdampar di dermaga kota
seperti laron mencari cahaya
mereka berguguran di padang nista
bocah bocah jalanan tanpa suara
tanpa banyak bicara
mengabdi pada cuaca dan kebutuhan cacing dalam perut mungilnya yang lapar luka
wajah pias dalam kelambu senja
kugoreskan penuh rasa kesedihan
bagaikan daun luruh dari atas dahan tinggi
meliuk terbawa bayu senja..
Menyatu dalam pelukan keranda malam..
Tiada yang peduli
ada dan tiadanya
kadang menyulut luka bagi kaum
yang memang terlahir dari sebuah luka pula..
Adakah itu kita?
Bagian dari saudara kita?
Angin senja yang nakal
mengusap keningku terpahamkan.
Hidup tak hanya sekedar senyuman dan rengekan.
Tapi getaran kepekaan..
Dan indahnya berbagi setetes sumber kehidupan.
Jakarta, 051011
Ain Saga
Rabu, 05 Oktober 2011
Padam Sebelum Kemuning
Celah waktu ini perlahan memecah hening
Saat matahari semakin tinggi menyingsing
Tak lagi tersisa tetes embun nan bening
Bersama terik sepenuhnya habis mengering
Riuhnya mendung memang tak terlihat beriring
Hanya dengan setitik awan langit bersanding
Namun, nafas pilu tetap meniup seruling
Menguras tangis hingga benar-benar mengering
Tak tau cepat atau lambat waktu berdenting
Senandung luka dimainkan semakin nyaring
Teriakao perih terdengar begitu sering
Laksana dirajam sembilu disekeliling
Salahkah bila kini hati ingin berpaling
Dari kemelut, hiruk pikuk teramat bising
Jiwaku kini didera perasaan asing
Diarak menuju taman penuh krisan kuning
Ialah bunga yang ditata rapi disamping
Sesosok raga bila tiba untuk berbaring
Dalam keabadian tanpa resah mengerling
Tepat saat kata dianggap tak lagi penting
Seakan padam pijar cinta sebelum kemuning
Menghilang sulutnya rasa dan hancur berkeping
Tak ingin memungut yang terlanjur jadi puing
Biar melangkah pergi tanpa coba bergeming
Saat matahari semakin tinggi menyingsing
Tak lagi tersisa tetes embun nan bening
Bersama terik sepenuhnya habis mengering
Riuhnya mendung memang tak terlihat beriring
Hanya dengan setitik awan langit bersanding
Namun, nafas pilu tetap meniup seruling
Menguras tangis hingga benar-benar mengering
Tak tau cepat atau lambat waktu berdenting
Senandung luka dimainkan semakin nyaring
Teriakao perih terdengar begitu sering
Laksana dirajam sembilu disekeliling
Salahkah bila kini hati ingin berpaling
Dari kemelut, hiruk pikuk teramat bising
Jiwaku kini didera perasaan asing
Diarak menuju taman penuh krisan kuning
Ialah bunga yang ditata rapi disamping
Sesosok raga bila tiba untuk berbaring
Dalam keabadian tanpa resah mengerling
Tepat saat kata dianggap tak lagi penting
Seakan padam pijar cinta sebelum kemuning
Menghilang sulutnya rasa dan hancur berkeping
Tak ingin memungut yang terlanjur jadi puing
Biar melangkah pergi tanpa coba bergeming
Dalam Irama-Nya
Lihatlah bagaimana bumi berputar
Tetap diporos meski kadang bergetar
Keteraturan malam berganti fajar
Dengan ribuan mimpi luas terhampar
Langit hitam pun masih terlihat kaya
Sebab mentari meminjamkn cahaya
Tuk bintang dan rembulan agar percaya
Harapan pastilah ada bukan maya
Sepi tak selalu berarti sendiri
Kawan pergi bukan menjauh berlari
Mungkin sejenak meminta, undur diri
Siapkan lebih berkilau pendar hari
Dalam irama-Nya alam kan mengalun
Maka biarlah doa terus terlantun
Menyikapi duka dengan lebih santun
Kuatkan langkah tetap bijak mengayun
Tetap diporos meski kadang bergetar
Keteraturan malam berganti fajar
Dengan ribuan mimpi luas terhampar
Langit hitam pun masih terlihat kaya
Sebab mentari meminjamkn cahaya
Tuk bintang dan rembulan agar percaya
Harapan pastilah ada bukan maya
Sepi tak selalu berarti sendiri
Kawan pergi bukan menjauh berlari
Mungkin sejenak meminta, undur diri
Siapkan lebih berkilau pendar hari
Dalam irama-Nya alam kan mengalun
Maka biarlah doa terus terlantun
Menyikapi duka dengan lebih santun
Kuatkan langkah tetap bijak mengayun
Gatot Kaca Cinta
Andaikan langit yang biru terang
tiba tiba berubah menukik mendung
engkau selalu siap menjadi payung bagiku
kaulah lukisan malam malamku
yang menjadi bintang dalam pulas khayalku
kau pahlawan dalam sepiku
nahkoda sampan terbaikku
meski senja kerap memisahkan kita
dan pagi merayu keraguan
engkau selalu kuat untuk menopang beban kehidupan
tegar menyelami lautan aral
yang tiada pernah berkawan
tawa canda
dan selalu memberi
seperti matahari
kau menjadi energi dalam darahku
gatot kaca cinta di udara kedukaanku.
Itu dulu..
Kini...semua warna berubah pucat kelabu.entah mengapa.
Jakarta, 051011
Ain Saga
tiba tiba berubah menukik mendung
engkau selalu siap menjadi payung bagiku
kaulah lukisan malam malamku
yang menjadi bintang dalam pulas khayalku
kau pahlawan dalam sepiku
nahkoda sampan terbaikku
meski senja kerap memisahkan kita
dan pagi merayu keraguan
engkau selalu kuat untuk menopang beban kehidupan
tegar menyelami lautan aral
yang tiada pernah berkawan
tawa canda
dan selalu memberi
seperti matahari
kau menjadi energi dalam darahku
gatot kaca cinta di udara kedukaanku.
Itu dulu..
Kini...semua warna berubah pucat kelabu.entah mengapa.
Jakarta, 051011
Ain Saga
Udara lamunan
Mendung yang membayang
laksana hatiku yang melayang
melintasi jelaga waktu dalam
hempasan
aku mengetuk pintu ketabahan
peluk mesra sebuah ikatan
yang dahan daunnya nyaris
terkoyak bisikan malam
tetap aku mencoba percaya
pada siapa telah kulabuhkan setia
meski pun dalam hatiku terdengar sebuah suara
yang tak henti memanggili namaku
dan menggenggam jalan cinta yang kuyakin kelak akan berakhir
beku diruas jemariku
jakarta, 051011
ain saga
laksana hatiku yang melayang
melintasi jelaga waktu dalam
hempasan
aku mengetuk pintu ketabahan
peluk mesra sebuah ikatan
yang dahan daunnya nyaris
terkoyak bisikan malam
tetap aku mencoba percaya
pada siapa telah kulabuhkan setia
meski pun dalam hatiku terdengar sebuah suara
yang tak henti memanggili namaku
dan menggenggam jalan cinta yang kuyakin kelak akan berakhir
beku diruas jemariku
jakarta, 051011
ain saga
Saat saat penuh kesan
Penghabisan senja
begitu waktu beranjak ke isya
kuhibur hati lelahku dengan
bacaan istigfar
kurapikan kepingan lusuh kamarku
dan mulai mengkhayalkan sulaman
romantika jenaka
aku tersenyum diantara darah imajiku
berdenyar menyala
dan suara gemuruh lagu semesta
menghanyutkanku
Jakarta, 041011
Ain Saga
begitu waktu beranjak ke isya
kuhibur hati lelahku dengan
bacaan istigfar
kurapikan kepingan lusuh kamarku
dan mulai mengkhayalkan sulaman
romantika jenaka
aku tersenyum diantara darah imajiku
berdenyar menyala
dan suara gemuruh lagu semesta
menghanyutkanku
Jakarta, 041011
Ain Saga
Senja bening
Tak kuasa aku menghukum diri
saat kurasakan terlalu dalam duri ini melukai
aku berjalan gamang
terhimpit sesal yang membuncah
tak karuan
air bening yang terus mengalir
terasa jadi sahabat malamku
desau angin semilir
menambah rasa sepi yang mulai mewabah dalam darahku
aku terlalu jahat hari ini
bahkan kepada hatiku sendiri
aku menghukumnya serta merta
begitu kutahu apa yang terjadi
suara jingga senja
melambaikan jemarinya lembut
seakan ingin berkata
kembalilah kepada fitrahmu
wahai hati kaca..
Semoga Allah berkenan menghapus serpihan dosa
yang mungkin pernah kau lakukan.
Aku akan menjadi sahabatmu
sahabat hati pengiring rasa sedih nan pilu.
Aku ingin kau telah bahagia
lebih dari biasa.
Karena dalam tangispun..
Kau tetap mensyukurinya.
Jakarta, 04;1011
Ain Saga
saat kurasakan terlalu dalam duri ini melukai
aku berjalan gamang
terhimpit sesal yang membuncah
tak karuan
air bening yang terus mengalir
terasa jadi sahabat malamku
desau angin semilir
menambah rasa sepi yang mulai mewabah dalam darahku
aku terlalu jahat hari ini
bahkan kepada hatiku sendiri
aku menghukumnya serta merta
begitu kutahu apa yang terjadi
suara jingga senja
melambaikan jemarinya lembut
seakan ingin berkata
kembalilah kepada fitrahmu
wahai hati kaca..
Semoga Allah berkenan menghapus serpihan dosa
yang mungkin pernah kau lakukan.
Aku akan menjadi sahabatmu
sahabat hati pengiring rasa sedih nan pilu.
Aku ingin kau telah bahagia
lebih dari biasa.
Karena dalam tangispun..
Kau tetap mensyukurinya.
Jakarta, 04;1011
Ain Saga
Selasa, 04 Oktober 2011
CERITA LAMA PADA SELEMBAR KERTAS USANG
Cermin dihadapan hati semakin tebal berdebu
Enggan memantul kebenaran bila hanya kelabu
Rapuh penyangganya seolah usia telah beribu
Ingin sungguh meronta seperti anak hilang ibu
Tetapi suara retakan ini tak terdengar menggebu
Akan tetap pelan meski resah menjadikannya abu
Lewat cermin kecil itu seluruh rasa biasa tergambar
Antara murung raut wajah dan senyum yang lebar
Mewakili segala yang tersembunyi dalam semu kelakar
Alirkan setelahnya jadi tinta tuk menulis diatas lembar
Perlahan pena menggores kisah satu per satu tertuang
Agar tiada pernah terpenggal ingatan lalu terbuang
Derap langkah perjalanan hati nanti utuh terkenang
Ada tuk dibuka kembali saat dimensi terasa lengang
Seperti halnya jejak hari bersamamu coba kuabadikan
Endapkan setiap jengkalnya menjadi abjad serangkaian
Lebur seluruhnya dalam kata diatas putih dijabarkan
Eoforia saat menatap pagi dengan berjuta keindahan
Maupun disforia ketika terkurung kelam tanpa sinaran
Biar kalbu ini tentram atau teraram, lugas dalam coretan
Amarah atau ramah tamahnya cinta terekam ketulusan
Riang tawa, pun tangis jiwa ditengah dekap kelembutan
Kau adalah sepenggal cerita berhias kehangatan batin
Entah mengapa kini aku seperti tak mampu menjalin
Rima kasihmu tak senada saat dawai jiwaku bermain
Terdengar berbeda alunannya diruang terbalut kain
Agaknya sulit terjemahkan dalam aksara yang kusalin
Sudahi goresan ini sebab penaku kering oleh dingin
Ucap maaf mungkin tak meredam luka yang tertanam
Selaksa perih terlanjur kutabur direlung jiwa terdalam
Akan tetapi inilah kenyataan, tak dapat lagi kupendam
Niatku tinggalkan beda terlalu menganga menghujam
Gambaran kita hanya selembar kertas usang menhitam
Enggan memantul kebenaran bila hanya kelabu
Rapuh penyangganya seolah usia telah beribu
Ingin sungguh meronta seperti anak hilang ibu
Tetapi suara retakan ini tak terdengar menggebu
Akan tetap pelan meski resah menjadikannya abu
Lewat cermin kecil itu seluruh rasa biasa tergambar
Antara murung raut wajah dan senyum yang lebar
Mewakili segala yang tersembunyi dalam semu kelakar
Alirkan setelahnya jadi tinta tuk menulis diatas lembar
Perlahan pena menggores kisah satu per satu tertuang
Agar tiada pernah terpenggal ingatan lalu terbuang
Derap langkah perjalanan hati nanti utuh terkenang
Ada tuk dibuka kembali saat dimensi terasa lengang
Seperti halnya jejak hari bersamamu coba kuabadikan
Endapkan setiap jengkalnya menjadi abjad serangkaian
Lebur seluruhnya dalam kata diatas putih dijabarkan
Eoforia saat menatap pagi dengan berjuta keindahan
Maupun disforia ketika terkurung kelam tanpa sinaran
Biar kalbu ini tentram atau teraram, lugas dalam coretan
Amarah atau ramah tamahnya cinta terekam ketulusan
Riang tawa, pun tangis jiwa ditengah dekap kelembutan
Kau adalah sepenggal cerita berhias kehangatan batin
Entah mengapa kini aku seperti tak mampu menjalin
Rima kasihmu tak senada saat dawai jiwaku bermain
Terdengar berbeda alunannya diruang terbalut kain
Agaknya sulit terjemahkan dalam aksara yang kusalin
Sudahi goresan ini sebab penaku kering oleh dingin
Ucap maaf mungkin tak meredam luka yang tertanam
Selaksa perih terlanjur kutabur direlung jiwa terdalam
Akan tetapi inilah kenyataan, tak dapat lagi kupendam
Niatku tinggalkan beda terlalu menganga menghujam
Gambaran kita hanya selembar kertas usang menhitam
Sketsa pagiku
Segores luka
membelah jantung cintaku
tak kurasa sakitnya
setangkup rasa yang tenang dan dingin
beku di cakrawala
aku biarkan langit memeluknya.
Menyimpannya meski samar dan retak
Aku hanya ingin diam agar tak terpanah rangkai dosa
teriakan seorang pecundang picisan
Jakarta, 041011
ain saga
membelah jantung cintaku
tak kurasa sakitnya
setangkup rasa yang tenang dan dingin
beku di cakrawala
aku biarkan langit memeluknya.
Menyimpannya meski samar dan retak
Aku hanya ingin diam agar tak terpanah rangkai dosa
teriakan seorang pecundang picisan
Jakarta, 041011
ain saga
Seberkas Do'a
Dalam hening pagi
ku bersimpuh menagih simpati
kepada Allah yang maha Pemberi
aku tundukkah wajah dan hatiku
munajatku tentang dirimu
yang kerap mengisi ruang hampa hatiku
kuharap Allah akan selalu bersamamu
dan menjaga segenap perjalanan
musafirmu
kubentangkan asa padamu
kurentangkan pinta PadaNya
semoga segalanya akan menjadi
sempurna seperti apa yang tersirat
dalam kelambu jiwa
aamiin
Jakarta, 041011
Ain Saga
ku bersimpuh menagih simpati
kepada Allah yang maha Pemberi
aku tundukkah wajah dan hatiku
munajatku tentang dirimu
yang kerap mengisi ruang hampa hatiku
kuharap Allah akan selalu bersamamu
dan menjaga segenap perjalanan
musafirmu
kubentangkan asa padamu
kurentangkan pinta PadaNya
semoga segalanya akan menjadi
sempurna seperti apa yang tersirat
dalam kelambu jiwa
aamiin
Jakarta, 041011
Ain Saga
Lentera Hati
Kidung kesucian
kembali menggetarkan persendian
hatiku terayun indahnya keharmonisan
yang tersentuh wajah malam
Binarpun warnai lukisan hari
khusyuk menanak rindu
membingkai kasih dan sayang
bersama kehangatan bernas pagi
aku bagikan senyuman bintang
lewat jendela hatimu
baru saja
sesaat kukatakan pada bahasa maya
Aku cinta Udara pagi buta
yang tak pernah berhenti
berbisik tentang hakikat keindahan dan ketulusan
Jakarta, 0410211
AIN SAGA
kembali menggetarkan persendian
hatiku terayun indahnya keharmonisan
yang tersentuh wajah malam
Binarpun warnai lukisan hari
khusyuk menanak rindu
membingkai kasih dan sayang
bersama kehangatan bernas pagi
aku bagikan senyuman bintang
lewat jendela hatimu
baru saja
sesaat kukatakan pada bahasa maya
Aku cinta Udara pagi buta
yang tak pernah berhenti
berbisik tentang hakikat keindahan dan ketulusan
Jakarta, 0410211
AIN SAGA
Senyuman Pagi
Telah kurasakan hangat pagi
bersemi
hati lara jadi harum melati
rebahkan rasa luka di jemari
telah kusampaikan seruan keindahan
kepada langit biru dan semua bintang malam
kepada bunga dan putik kian mekar
selamat pagi
selamat memberi
selamat mengabdi untuk negeri
lupakan saja segala kesedihan
ganti dengan segaris senyuman
untuk semua warna pelangi
masih ada esok yang lebih harmoni
bersemi
hati lara jadi harum melati
rebahkan rasa luka di jemari
telah kusampaikan seruan keindahan
kepada langit biru dan semua bintang malam
kepada bunga dan putik kian mekar
selamat pagi
selamat memberi
selamat mengabdi untuk negeri
lupakan saja segala kesedihan
ganti dengan segaris senyuman
untuk semua warna pelangi
masih ada esok yang lebih harmoni
Rindu
Rindu terjerat dalam kalbu
Cahaya suci membawa setia
Menggelora asmara dalam lubuk jita
Terhimpit jarak satu rasa
Hamparan rasa rindu berawal
Membuncah direlung hati terdalam
Muram muka dendam asmara
Hati galau pikiran setengah gila
Rindu cinta semakin membara
Asmara membakar hati terkampar
Tujuan cinta curahan kesetiaan
Kucuran kasih sayang sikap abadi
Untukmu sayang
Senin, 03 Oktober 2011
BERDIRI DIAMBANG BATAS PERBEDAAN
Bagaimana jutaan warna terlahir
Eloknya bukan begitu saja terukir
Rajutannya mungkin serupa tetes air
Dalam pemahaman jiwa-jiwa pemikir
Ingatan atas lukisan pelangi hadir
Rinai hujan terpikat awan bergulir
Indah, dikala rintik berhenti mengalir
Diantara rangkaian tiada pertentangan
Ibarat merah terima jingga berdampingan
Acuh meski tak tergambar persamaan
Malah semakin membentuk keselarasan
Buaikan mata dalam pandang kekaguman
Arahkan kebelakang segala wujud perbedaan
Nyatanya biru bisa tercipta atas penyatuan
Gabungan antara kuning dan hijau padu padan
Begitupun harapku pada tiap goresan tinta
Abaikan beda yang tersurat disetiap kata
Tetap merangkainya kedalam sebuah cerita
Antara dua hati yang kemudian menjadi cinta
Sisihkan "kau" atau "aku", lahirkan "kita"
Putih ataukah hitam tempatku berdiri saat ini
Entah, tak bisa lagi kucerna bias dibawah kini
Remuklah saja logikaku, jangan lagi diyakini
Biar lebur dinding perbedaan, berseraklah begini
Enggan berseteru tentang pantaskah dijalani
Dunia kita tak sama, tuk dapat saling menemani
Aku, dilihat terlalu tinggi dari segala gurat lini
Akankah sanggup kau daki aral menuju padaku disini
Nantikan ikrarmu perjuangkan asa dipuncak tirani
Eloknya bukan begitu saja terukir
Rajutannya mungkin serupa tetes air
Dalam pemahaman jiwa-jiwa pemikir
Ingatan atas lukisan pelangi hadir
Rinai hujan terpikat awan bergulir
Indah, dikala rintik berhenti mengalir
Diantara rangkaian tiada pertentangan
Ibarat merah terima jingga berdampingan
Acuh meski tak tergambar persamaan
Malah semakin membentuk keselarasan
Buaikan mata dalam pandang kekaguman
Arahkan kebelakang segala wujud perbedaan
Nyatanya biru bisa tercipta atas penyatuan
Gabungan antara kuning dan hijau padu padan
Begitupun harapku pada tiap goresan tinta
Abaikan beda yang tersurat disetiap kata
Tetap merangkainya kedalam sebuah cerita
Antara dua hati yang kemudian menjadi cinta
Sisihkan "kau" atau "aku", lahirkan "kita"
Putih ataukah hitam tempatku berdiri saat ini
Entah, tak bisa lagi kucerna bias dibawah kini
Remuklah saja logikaku, jangan lagi diyakini
Biar lebur dinding perbedaan, berseraklah begini
Enggan berseteru tentang pantaskah dijalani
Dunia kita tak sama, tuk dapat saling menemani
Aku, dilihat terlalu tinggi dari segala gurat lini
Akankah sanggup kau daki aral menuju padaku disini
Nantikan ikrarmu perjuangkan asa dipuncak tirani
Langganan:
Postingan (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...